Minggu, 29 April 2018

ANALISIS PEMASARAN KOMODITAS BAWANG MERAH(Allium ascalonicum L) DI KECAMATAN KOTAGAJAH KABUPATEN LAMPUNG TENGAH (LaporanTurunLapang Mata KuliahTataniagaPertanian)







ANALISIS PEMASARAN KOMODITAS BAWANG MERAH(Allium ascalonicum L) DI KECAMATAN KOTAGAJAH
KABUPATEN LAMPUNG TENGAH
(LaporanTurunLapang Mata KuliahTataniagaPertanian)




Oleh

Kelompok 2
Tri TarsitaAprilyano                (1614131021)
SindiKartikasari                      (1614131083)
Tia NurFitriani                        (1614131086)
Tri Wigati                                (1614131096)












JURUSAN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2017






I.     PENDAHULUAN



1.1  Latar Belakang dan Masalah

Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak terlewat dari proses transaksi yang berupa jual-beli yang biasa disebut dengan tataniaga atau pemasaran. Pemasaran merupakan salah satu subsistem penting dalam agribisnis. Kegiatan pemasaran merupakan suatu rangkaian kegiatan yang terjadi dalam proses mengalirkan barang dan jasa dari sentra konsumsi guna memenuhi kebutuhan dan memberikan kepuasan bagi konsumen serta memberikan keuntungan bagi produsen yang biasanya terjadi di pasar. Pasar merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli untuk melakukan transaksi jual-beli dan merupakan tempat untuk produsen memasarkan produk-produknya khususnya produk pertanian yang sering kita jumpai di pasar tradisional. Produk-produk pertanian ini sebelum sampai ke tangan konsumen haruslah melalui perjalanan melalui beberapa lembaga pemasaran.

Lembaga pemasaran dapat mempengaruhi harga tergantung pada banyaknya lembaga yang terlibat dalam pemasaran. Semakin banyak lembaga yang terlibat maka akan mengakibatkan rantai tataniaga akan semakin panjang dan membuat harga produk semakin mahal. Tataniaga dari produk-produk pertanian merupakan aspek penting yang perlu diperhatikan dikarenakan pada kenyataannya banyak praktik-praktik tataniaga yang curang sehingga dapat merugikan banyak pihak terutama petani. Salah satunya adalah tataniaga bawang merah.

Dalam kegiatan ini kami melakukan kegiatan turun lapang dengan objek penelitian kami adalah pemasaran dari komoditas bawang merah di Kecamatan Kotagajah, Lampung Tengah. Kami meneliti tentang pemasaran dari komoditas bawang merah dengan melakukan wawancara ke petani, pedagang, dan konsumen akhir.


1.2  Tujuan Penelitian

Tujuan penulisan laporan turun lapang tataniaga komoditas bawang merah di Kecamatan Kotagajah, Lampung Tengah yaitu :
1.Mengetahui struktur pasar komoditas bawang merah di Kecamatan Kotagajah, Lampung Tengah.
2.Mengetahui perilaku pasar pada lembaga tataniaga komoditas bawang merah di Kecamatan Kotagajah, Lampung Tengah.
3.Mengetahui keragaan pasar komoditas bawang merah di Kecamatan Kotagajah, Lampung Tengah.
4.Menganalisis margin pemasaran komoditas bawang merah di Kecamatan Kotagajah, Lampung Tengah.
5.Mengetahui pangsa pasar dan pangsa produsen komoditas bawang merah di Kecamatan Kotagajah, Lampung Tengah.
6.Mengetahui nilai RPM pemasaran komoditas bawang merah di Kecamatan Kotagajah, Lampung Tengah.


1.3  Kegunaan Penelitian/Penulisan

Kegunaan penulisan laporan turun lapang tataniaga komoditas bawang merahdi Kecamatan Kotagajah, Lampung Tengahini yaitu:
1.Sebagai informasi mengenai struktur pasarkomoditas bawang merah di Kecamatan Kotagajah, Lampung Tengah.
2.Sebagai informasi mengenaiperilaku pasar pada lembaga tataniagakomoditas bawang merah di Kecamatan Kotagajah, Lampung Tengah.
3.Sebagai informasi mengenaikeragaan pasarkomoditas bawang merah diKecamatan Kotagajah, Lampung Tengah.
4.Sebagai informasi mengenai margin pemasarankomoditas bawang merah di Kecamatan Kotagajah, Lampung Tengah.
5.Sebagai informasi mengenaipangsa pasar dan produsen pada lembaga tataniaga komoditas bawang merah di Kecamatan Kotagajah, LampungTengah.
6.Sebagai informasi mengenainilai RPMkomoditas bawang merah di Kecamatan Kotagajah, Lampung Tengah.












II.  TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN



2.1  Tinjauan Pustaka

3.4.1  Tanaman BawangMerah

Bawangmerah (Allium ascalonicum L)merupakansalahsatukomoditashortikultura yang termasukkedalamsayuranrempah yang digunakansebagaipelengkapbumbumasakangunamenambahcitarasadankenikmatanmasakan.Tanamaninijugaberkhasiatsebagaiobattradisional, misalnyaobatdemam, masukangin, diabetes melitus, disentridanakibatgigitanserangga (Samadidan Cahyono,2005).

Secaramorfologi, bagiantanamanbawangmerahdibedakanatasakar,batang, daun, bunga, buahdanbiji. Akartanamanbawangmerahterdiriatasakarpokok (primary root) yang berfungsisebagaitempattumbuhakaradventif(adventitious root) danbuluakar yang berfungsiuntukmenopangberdirinyatanamansertamenyerap air danzat-zatharadaridalamtanah. Akardapattumbuhhinggakedalaman 30 cm, berwarnaputih, danjikadiremasberbaumenyengatsepertibaubawangmerah (Pitojo, 2003).

Bawangmerahtidaktahankekeringankarenasistemperakaran yangpendek. Sementaraitukebutuhan air terutamaselamapertumbuhandanpembentukanumbicukupbanyak. Di lain pihak,bawangmerahjuga paling tidaktahanterhadap air hujan, tempat-tempat yang selalubasahataubecek. Sebaiknyabawangmerahditanam di musimkemarauatau di akhirmusimpenghujan. Dengandemikian, bawangmerahselamahidupnya di musimkemarauakanlebihbaikapabila pengairannyabaik. Daerah yang paling baikuntukbudidayabawangmerahadalahdaerahberiklimkering yang cerahdengansuhuudarapanas. Tempatnya yang terbuka, tidakberkabutdanangin yang sepoi-sepoi. Daerah yang mendapatsinarmataharipenuhjugasangatdiutamakan, danlebihbaikjika lama penyinaranmataharilebihdari 12 jam. Perludiingat, padatempat-tempat yang terlindungdapatmenyebabkanpembentukanumbinyakurangbaikdanberukurankecil (Wibowo, 2005).


3.4.2  Pengertian Tataniaga

Definisi tataniaga yaitu sebagai suatu aktivitas bisnis yang didalamnya terdapat aliran barang dan jasa dari titik produksi sampai ke titik konsumen.  Produksi adalah penciptaan kepuasan, proses membuat kegunaan barang dan jasa.  Kepuasan dibentuk dari proses produktif yang diklasifikasikan menjadi kegunaan bentuk, tempat, waktu dan kepemilikan.  Tataniaga pertanian mencakup semua kegiatan dan usaha yang berhubungan dengan perpindahan hak milik dan fisik dari barang-barang hasil pertanian dan barang-barang kebutuhan usaha pertanian dari tangan produsen ke tangan konsumen.  Selain itu termasuk didalamnya kegiatan-kegiatan tertentu yang menghasilkan perubahan bentuk dari barang yang ditujukan untuk lebih mempermudah penyalurannya dan memberikan kepuasan yang lebih tinggi kepada konsumennya (Kotler, 2002).


3.4.3  Struktur Pasar

Strukturpasaradalahpenggolongan produsen kepada beberapa bentuk pasar berdasarkan pada ciri-ciri seperti jenis produk yang dihasilkan, banyaknya perusahaan dalam industri, mudah tidaknya keluar atau masuk ke dalam industri dan peranan iklan dalam kegiatan industri. Pada analisa ekonomi dibedakan menjadi pasar persaingan sempurna dan pasar persaingan tidak sempurna (yang meliputi monopoli, oligopoli, monopolistik dan monopsoni).Bentuk pasar dikatakan persaingan sempurna apabila ada banyak penjual dan pembeli serta produknya homogen. Apabila hanya ada satu penjual didalam pasar, maka dinamakan monopoli, namun, bila sedikit perusahaan besar mensuplai barang dipasar maka dikatakain oligopoli. Oligopoli ada dua macam, jika produknya homogen dapat dikatakan sebagai oligopoli murni, sedangkan jika produknya berbeda maka dikatakan oligopoli berbeda.Struktur pasar terwujud dalam distribusi ukuran perusahaan, oleh karena itu posisi setiap perusahaan adalah pangsa pasarnya sendiri(Soekartawi, 1994).


3.4.4  Perilaku Pasar

Perilaku pasar adalah pola kebiasaan pasar meliputi proses(mental) pengambilan keputusanserta kegiatan fisik individual atau organisasional terhadap produk tertentu,konsisten selama periode waktutertentu.Poladan perilaku pasar tidaklah konstan,selalu akan mengalami perubahan.Perilaku ini terlihat dalam penentuan harga, promosi, koordinasi kegiatan dalam pasar dan juga dalam kebijakan produk. Perilaku pasarterbagi menjadi tiga jenis antara lain, perilaku dalam strategi harga, perilaku dalam strategi produk dan perilaku dalam strategi promosi (Gultom, 1996).


3.4.5  Keragaan Pasar

Keragaan pasar adalah hasil kerja yang dipengaruhi oleh struktur dan perilaku industri. Menurut para ekonom, kinerja industri biasanya memusatkan pada tiga aspek pokok yaitu efisiensi, kemajuan teknologi dan kesinambungan dalam distribusi. Suatu industri selalu mempunyai motivasi untuk menguasai pasar. Tujuan ini secara lebih khusus disebut performance (kinerja) industri. Tiga aspek pokok dari kinerja adalah efisiensi dalam pengalokasian sumber daya, kemajuan teknologi, dan keseimbangan dalam distribusi. Kinerja ini secara ekonomi dapat dibagi menjadi tiga yaitu kinerja laba, kinerja efisiensi, dan pertumbuhan. Kinerja industri adalah hasil kerja yang dipengaruhi oleh struktur dan perilaku industri (Soekartawi, 1994).


3.4.6  Margin Pemasaran

Margin pemasaran adalah perbedaan antara harga yang dibayar oleh konsumen untuk produk dengan harga yang diterima oleh produsen untuk menghasilkannya margin pemasaran ditentukan oleh sifat produk selera dan preferensi konsumen, memperhatikan jasa-jasa pemasaran, masalah penjualan yang berkaitan dengan pemasaran. Besarnya marjin pemasaran dapat bertambah dikarenakan tidak efisiennya jasa-jasa pemasaran prasarana pemasaransertakeuntungan para perantara dan pengolah yang tidak wajar.Margin pemasaran memiliki tiga sifat umum yaitu:
a. Margin pemasaran pada setiap komoditi pertanian adalah berbeda-beda dikarenakan perbedaan jasa yang diberikan.
b.Margin pemasaran produk hasil pertanian cenderung akan naik dalam jangka panjang dengan menurunnya bagian harga yang diterima petani akibat dari efek upah buruh dalam jangka panjang dan bertambah tingginya pendapatan masyarakat karena kemajuan pembangaunan ekonomi.
c. Margin pemasaran relatif stabil dalam jangak pendek terutama dalam hubungannya dengan berfluktuasinya harga-harga produk hasil pertanian (Kotler, 2001).


3.4.7  Pangsa Produsen dan Pangsa Pasar

Pangsa pasar sering digunakan sebagai indikator proksi untuk melihat adanya kekuatan pasar dan menjadi indikator seberapa pentingnya suatu perusahaan dalam pasar. Pangsa pasar yang besar biasanya menandakan kekuatan pasar yang besar dalam menghadapi persaingan dan sebalinya. Pangsa pasar yang besar akan menendakan kekuatan pasar yang besar sebaliknya pangsa pasar yang kecil menandakan perusahaan tidak mampu bersaing pada tekanan persaingan. Pangsa pasar dapat dihitung dengan beberapa cara yaitu berdasarkan nilai penjualan, unit penjualan, unit produksi dan kapasitas produksi. Pada produk yang bersifat homogen biasanya pangsa pasar diukur dengan menggunakan unit atau volume penjualan sedangkan pada pasar yang produknya heterogen pangsa pasar dihitung terhadap total penjualan (Limbong dan Sitorus, 1987).


3.4.8  Ratio Profit Margin (RPM)

Rasio profit margin adalah perbandingan antara net operating income dengan net sales. Dengan kata lain dapatlah dikatakan bahwa rasio profit margin adalah selisih antara net sales dengan operating expenses ( harga pokok penjualan ditambah biaya adminitrasi ditambah biaya umum), selisih mana dinyatakan dalam persentase dari net sales. Gross margin ratio adalah merupakan ratio atau perimbangan antara gross profit (laba kotor) yang diperoleh perusahaan dengan tingkat penjualan yang dicapai pada periode yang sama(Murbyanto, 1987).


2.2  Kerangka Pemikiran

Text Box: Struktur PasarKerangka pemikiran dari penyusunan laporan ini yaitu :
Text Box: Perilaku Pasar
 























III.    METODE PENELITIAN



3.1  Konsep Dasar dan Batasan Operasional

Tataniagaadalahsuatukegiatanpemindahanhakmilikdarisuatubarangdaritanganprodusenkekonsumen. Sedangkantataniagapertanianadalahsegalakegiatandanusaha yang memilikihubungandenganperpindahanhakmiliksuatubaranghasilpertaniandankebutuhandariusahapertanian, yang didalamnyatermasukkegiatan yang menghasilkanperubahanbentukbarang agar lebihmudahdalampenyalurandanmemberikankepuasanuntukkonsumen.

Kegiatantataniagamemilikisaluran, salurantataniagasendiriterdiridariserangkaianlembagatataniaga yang turutmemperlancarkegiatantataniaga. Salurantataniagadapatmempengaruhihargasuatukomoditaspertanian. Semakinpanjangsuatusalurantataniagamakahargadariproduktersebutakansemakinmahal pula.Saluraninimemilikibeberapatingkatan. Salurannoltingkatyaitusalurandimanaprodusenlangsungmenjualproduknyakekonsumenakhir. Saluransatutingkatyaituperantara yang memilikitugasuntukmembawaprodukdankepemilikannyalebihdekatkekonsumenakhir, yang terdiridarisatuperantarapenjualanyaitupengecer.Saluranduatingkatyaitusaluran yang terdiridariduaperantarayaitupedagangbesardanpengecer. Laluadasalurantigatingkatyaitusaluran yang memilikitigaperantarayaitupedagangbesar, pemboronglalupengecer.


3.2  Lokasi Penelitian, Responden, dan Waktu Penelitian

Penelitian yang kami lakukan adalah mengenai komoditas bawang merah (Allium ascalonicum L) yang dilakukan di Kecamatan Kotagajah, Lampung Tengah. Kami memilih lokasi ini berdasarkan pertimbangan bahwa lokasi ini merupakan penghasil dari bawang merah. Didaerah ini pun merupakan daerah penghasil tanaman hortikultura yang akan di perdagangkan ke pelaku tataniaga.

Responden yang kami datangi akan dibagi menjadi 3 berdasar pada kekuasaan dalam rantai tataniaga, yaitu :
a. Petani (Produsen bawang merah)
Petani pastinya memiliki peranan yang penting dalam proses tataniaga. Petani merupakan pihak yang memenuhi kebutuhan dari konsumen akan suatu komoditas. Petani bawang merah yang akan kami wawancarai yaitu 12 orang.
b.Tengkulak/Pengepul/Pedagang/Pengecer
Peranan lembaga ini adalah memperlancar arus dari penyampaian komoditas bawang merah untuk sampai ke tangan konsumen akhir.
c. Konsumen
Konsumen adalah pemakai akhir dari produk yang dijual dan merupakan penentu dari keberhasilan pedagang dan juga petani dikarenakan produk yang dihasilkan oleh petani dan dijual oleh pedagang ditentukan keberhasilannya hanya jika produk itu dibeli oleh konsumen.

Penelitian ini kami lakukan pada tanggal 5 November 2017. Wawancara ini dilakukan dengan cara bertanya tentang usaha tani yang tengah dilakukan. Lalu untuk pedagang dan konsumen akan didasari dari pengalaman responden.


3.3  Metode Penelitian dan Pengumpulan Data

Penelitian tentang bawang merah ini kami lakukan dengan cara survei, mengamati langsung, dan melakukan wawancara langsung di lapangan. Analisis pemasaran bawang merah ini menggunakan dua jenis data yaitu :

Data primer yang diperoleh melalui kuisioner meliputi:
a. Luas lahan garapan petani dan alat/faktor produksi yang digunakan petani.
b.Saluran distribusi hasil produksi bawang merah dari petani.
c. Harga jual yang ditetapkan petani dan biaya angkut yang ditanggung petani.
d.      Harga jual di tingkat pedagang dan biaya angkut yang ditanggung pedagang tersebut.
e. Harga jual di pedagang hingga ke tangan konsumen.

Data sekunder merupakan data tambahan yang digunakan untuk melengkapi data primer yang telah diperoleh sebelumnya. Data sekunder ini diperoleh menggunakan metode studi pustaka yaitu dari referensi buku dan internet.Teknik pengambilan sampel yang kami gunakan adalah secara acak. Petani yang kami wawancarai dipilih berdasarkan sumber matapencaharian, dimana responden tersebut bermatapencaharian sebagai petani dengan usahatani bawang merah.Tidakhanyapetani, kami jugamewawancaraipedagangpengecerdankonsumensecara acak.


3.4  Metode Analisis Data

3.4.1  Analisis Kualitatif

Analisis yang dilakukan secara kualitatif antara lain analisis saluran tataniaga, analisis struktur dan perilaku pasar, dan analisis fungsi lembaga tataniaga. Analisis ini berguna untuk melihat saluran pemasaran, struktur, perilaku, dan fungsi lembaga yang ada di kecamatan Kotagajah dan lembaga-lembaga pemasaran yang terlibat dalam menyalurkan komoditas bawang merah mulai dari produsen sampai ke pedagang pengecer yang pada akhirnya sampai ke konsumen akhir. Alur tataniaga tersebut dijadikan dasar dalam menggambarkan pola tataniaga. Perbedaan saluran tataniaga yang dilalui oleh suatu jenis barang akan berpengaruh pada pembagian pendapatan yang diterima oleh masing-masing lembaga tataniaga yang terlibat didalamnya.


3.4.2  Analisis Kuantitatif

Analisis secara kuantitatif dilakukan untuk melihat margin tataniaga yang terdiri dari biaya-biaya pemasaran dan keuntungan pemasaran.
Bentuk model matematik marjin pemasaran adalah sebagai berikut:
mji = Psi – Pbi................... (1)
mji = Bti +Ï€i .................... (2)
Dengan demikian :
Ï€i = mji - Bti.................... (3)
Jadi besarnya total margin pemasaran adalah:
Mij = Σmji,                   i = 1,2,3,........n
Dimana :       mji       = Marjin tataniaga pada lembaga ke-i (Rp/kg)
Psi       = Harga penjualan lembaga tataniaga ke-i (Rp/kg)
Pbi       = Harga pembelian lembaga tataniaga ke-i (Rp/kg)
Bti       = Biaya tataniaga lembaga tataniaga ke-i (Rp/kg) Πi = Keuntungan lembaga tataniaga ke-i (Rp/kg)
Mij       = Total marjin tata niaga (Rp/kg)


3.4.3  Struktur pasar (market structure)

Struktur pasar merupakan suatu gambaran tentang hubungan penjual dan pembeli, yang dilihat dari jumlah lembaga pemasaran, diferensiasi produk, dan kondisi keluar masuk pasar (entry condition).


3.4.4  Perilaku pasar (market conduct)

Perilaku pasar merupakan gambaran dari tingkah laku suatu lembaga pemasaran (petani sebagai produsen) lembaga perantara atau pedagang, dan konsumen dalam menghadapi struktur pasar untuk memperoleh keuntungan dan kepuasan sebesar-besarnya.


3.4.5  Keragaan pasar (market performance)

Keragaan pasar merupakan gambaran dari gejala pasar yang tampak akibat interaksi dari struktur pasar (market structure) dan perilaku pasar (market conduct) yang bersifat kompleks dan saling mempengaruhi secara dinamis.
Analisis keragaan pasar dalam penelitian ini didekati melalui beberapa indikator, yaitu :
a. Saluran pemasaran
Saluran pemasaran dianalisis secara deskriptif pada setiap lembaga pemasaran yang terlibat dalam proses dari arus barang.  
b.Pangsa produsen
Analisis pangsa produsen bertujuan untuk mengetahui bagian harga yang diterima petani (produsen).  Apabila pangsa produsen semakin tinggi, maka kinerja pasar semakin baik dari sisi produsen. Pangsa produsen dirumuskan sebagai : 
........(1)
Dimana      :
Ps         = Harga bawang merah yang diterima petani  (produsen)
Pf         = Harga bawang merahdi tingkat petani (produsen)
Pr         =  Harga bawang merahdi tingkat konsumen
c. Marjin pemasaran dan ratio profit marjin (RPM)
Analisis marjin pemasaran memiliki fungsi untuk mengetahui perbedaan harga di tingkat produsen (Pf) dengan harga di tingkat konsumen (Pr).  Marjin pemasaran dirumuskan sebagai : 
Mji             =  Psi – Pbi    atau    
Mji             =  bti + Ï€i   ………….......  (2) 
Dan total marjin pemasaran adalah :
Mji               atau
Mj              = Pr – Pf   ........….................(3)
Penyebaran marjin pemasaran dapat dilihat berdasarkan persentase dari keuntungan terhadap biaya pemasaran ( Ratio ProfitMargin/RPM) pada masing-masing lembaga perantara pemasaran (pedagang), yang dirumuskan sebagai:   
       RPM         =....................................    (4)
Dimana      :    
mji       = Marjin lembaga pemasaran tingkat ke-i
Ps         = Harga penjualan lembaga pemasaran tingkat ke-i
Pbi       = Harga pembelian lembaga pemasaran tingkat ke-i
Bti       = Biaya pemasaran lembaga pemasaran tingkat ke-i
Ï€i         = Keuntungan lembaga pemasaran tingkat ke-i 
Mji       = Total marjin pemasaran
Pr         = Harga pada tingkat konsumen 
Pf         = Harga pada tingkat (petani) produsen 
d.            Analisis koefisien korelasi harga
Analisis korelasi harga adalah suatu analisis yang menggambarkan keterkaitan dari perkembangan harga suatu barang pada dua tempat atau tingkat yang sama atau berlainan melalui perdagangan.  Rumus korelasi harga adalah :
R = .................. (5)
Dimana      :
r           =  Koefisien korelasi harga
n          =  Jumlah pengamatan
Pr         =  Harga yang diterima oleh pedagang akhir
Pf         =  Harga yang diterima oleh produsen 
Apabila koefisien korelasi ( r ) mendekati satu, maka keeratan hubungan harga pada dua tingkat pasar adalah erat.  Sebaliknya, jika koefisien korelasi ( r ) mendekati nol, maka hubungan harga pada dua tingkat pasar adalah kurang erat. 
e. Elastisitas transmisi harga 
Analisis elastisitas transmisi harga memiliki fungsi untuk mengetahui sejauh mana dampak perubahan harga dari suatu barang di satu tempat/tingkat terhadap perubahan harga barang tersebut di tempat/tingkat lain.  Secara matematis, elastisitas transmisi harga dirumuskan sebagai :
      atau    .....................    (6)
Karena harga mempunyai hubungan linier, di mana Pf merupakan fungsi dari Pr yang  secara matematis dirumuskan sebagai :   
Pf= a + b Pr   …………..........    (7), 
dan dari persamaan (7) diperoleh :   
b=              atau ........ (8),
maka 
Et         = …………....……   (9) 
Dimana      :   
Et         =  elastisitas transmisi harga
δ          =  diferensiasi atau turunan
Pf         = harga rata-rata di tingkat petani (produsen) 
Pr         =  harga rata-rata di tingkat konsumen
A         =  konstanta atau titik potong 
b          =   koefisien regresi 










IV.    GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN



4.1  Sejarah Kotagajah

Asal mula namaKotagajah didapatkan dari tiga kategori pembukaan yang dilakukan oleh para tetuah desa, dimana pembukaan desa tersebut antara lain pembukaan oleh warga, pembukaan oleh transmigrasi, dan pembukaan oleh Yayasan Pembuka Tanah (YAPETA). Pembukaan oleh YAETA inilah yang banyak berkaitan dengan nama Kotagajah. Semula tanah di daerah sekitar wilayah ini masih berupa hutan belantara dan milik perorangan, yaitu milik Ki Santang yang dibeli oleh YAPETA.Hutan ini adalah tempat lalu lintas Gajah dari selatan ke utara dari barat ke timur karena tempatnya berada di tengah-tengah dan persimpangan jalan, maka hutan ini berfungsi sebagai tempat pemberhentian gajah-gajah.

Pada tahun 1954 - 1956 hutan ini dibuka dengan alat berat yang serba mekanis yang oleh masyarakat pada waktu itu masih sangat asing. Kotagajah pada waktu itu hanyalah sebutan dan bukan nama dari desa yang diberikan oleh orang-orang YAPETA saja karena banyak orang luar yang mencari keluarganya banyak yang tersesat tidak menemukan apa yang dicarikarena penjelasannya hanya di Kotagajah. Selain itu pada waktu pembukaan hutan ditemukan kerangka gajah mati yang masih utuh. Melihat keadaan itulah maka pemerintah daerah TK. II Lampung Tengah menganggap perlu Kotagajah diwujudkan sebagai desa. Desa Kotagajah diresmikan pada tanggal 12 Januari 1974 dengan kepala desa yang pertama bernama Busro seorang purnawirawan ABRI. Pelantikan ini diwujudkan dengan surat keputusan Bupati KDH TK. II Lampung Tengah Nomor 25 Tahun 1973.

Pemerintahan Kecamatan Kotagajah merupakan kecamatan pemekaran dari wilayah Kecamatan Punggur sejak tahun 2001. Secara administratif, Kecamatan Kotagajah terbagi menjadi 7 kampung. Sedangkan banyaknya satuan lingkungan setempat (SLS) terkecil di bawah kampung ialah 166 RT (Statistik Kecamatan Kotagajah2016).


4.2  Gambaran UmumKotagajah

Kecamatan Kotagajahmerupakan daerah dataran dengan luas 68.05 km2. Kecamatan ini beribukota di Kampung Kotagajahyang berjarak 14 kilometer dari ibukota Kabupaten Lampung Tengah. Kampung Kotagajahmemiliki luas wilayah seluas 13,72 km2.

Batas geografis Kecamatan Kotagajahialah sebagai berikut :
a. Sebelah Utara     : Kecamatan Terbanggi Besar dan Seputih Raman
b.Sebelah Selatan  : Kecamatan Gunung Sugih dan Punggur
c. Sebelah Timur    : Kabupaten Lampung Timur
d.   Sebelah Barat   : Kecamatan Terbanggi Besar dan Gunung Sugih.

Kampung terluas di Kecamatan Kotagajahadalah Kampung Kotagajahseluas 13,72 km2, diikuti Kampung Sri Tejo Kencono dan Nambah Rejo masing-masing seluas 10,35 km2 dan 6,08 km2. Sedangkan luas wilayah yang terkecil ialah Kampung Sapto Mulyo seluas 4,62 km2 atau 10,2 persen dari luas kecamatan(Statistik Kecamatan Kotagajah2016).

Salah satu tolok ukur kualitas pamong kampung ialah tingkat pendidikan. Kecamatan Kotagajahdidominasi oleh mereka yang berpendidikan tamat SLTA yakni mencapai 93 persen. Sedangkan persentase mereka yang tamat PT sekitar 7 persen. Tidak ada pamong kampung yang hanya berijazah SD atau pun SMP. Pamong kampung tersebut terdiri dari kepala dan sekretaris desa yang jumlahnya sebanyak 14 orang. Tingkat pendidikan pamong kampung ini dapat memengaruhi kinerjanya dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Tahun 2015, jumlah sekolah negeri dan swasta SD, SLTP dan SLTA di Kecamatan Kotagajah, berturut-turut,  ialah 23 SD Sederajat,  9 SLTP Sederajat dan 3 SLTA Sederajat. Sedangkan jumlah guru yang mengajar di masing-masing jenjang pendidikan tersebut adalah 333 guru SD, 263  guru SLTP dan 159 guru SLTA Sederajat. (Kotagajahdalam Angka 2016).

Fasilitas kesehatan yang umumnya terdapat di level kecamatan ialah Puskesmas. Jumlah puskesmas di Kecamatan Kotagajahsebanyak 2 unit yang terletak di Kampung Kotagajahdan Sri Tejo Kencono. Dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat, puskesmas tersebut didukung 1 unit puskesmas pembantu. Selain puskesmas, di kecamatan ini juga terdapat 4 tempat praktek dokter dan sekarang praktek bidan bertambah menjadi 34 tempat praktek bidan. Tempat praktek dokter terletak di Kampung Kota Gajah (3 unit) dan Sri Tejo Kencono (1 unit) (Puskesmas dan Pustu di Kecamatan Kotagajah).

Kotagajahmerupakan salah satu sentra produksi padi di Lampung Tengah. Di tahun 2015, produksi padi yang dihasilkan kecamatan ini telah mencapai 39.389 ton atau sekitar 6,38 persen dari produksi Lampung Tengah. Produksi tersebut berasal dari luas panen seluas 5.706 hektar. Komoditas tanaman pangan lainnya di Kecamatan Kotagajahialah jagung. Produksi jagung kecamatan ini pada tahun ini sebanyak 1.402 ton. Produksi jagung tersebut menyumbang sekitar 0,98 persen dari produksi jagung Lampung Tengah. Selain itu, Kecamatan Kotagajahjuga memproduksi kacang tanah dan kacang hijau dimana masingmasing poduksinya sebesar 1 ton.

Fasilitas perdagangan di Kecamatan Kotagajahrelatif lengkap diantaranya terdapat pasar, minimarket dan toko/ warung. Keberadaan pasar tersebut terdapat di 3 kampung, yakni Kampung Sri Tejo Kencono, Kota Gajah dan Kota Gajah Timur. Sementara itu, jumlah minimarket yang ada di kecamatan ini sebanyak 4 usaha. Keempat minimarket tersebut berlokasi di Kampung Kota Gajah. Sedangkan jumlah toko/warung sebanyak 85 unit, keadaan ini berbeda dari tahun kemarin karena bertambah. Jumlah toko/ warung yang paling banyak ada di Kampung Kota Gajah yaitu sebanyak 32 usaha. Jasa perbankan relatif mudah diakses oleh masyarakat yang bertempat tinggal di Kecamatan Kotagajah. Tidak berbeda dengan keadaan tahun lalu. Di kecamatan ini tersedia fasilitas perbankan Bank Umum sebanyak 1 unit. Bank tersebut terletak di Kampung Kota Gajah. Sedangkan banyaknya koperasi yang masih aktif di wilayah ini ada 16 unit yakni 2 KUD, 12 koperasi simpan pinjam dan 2 lainnya. Kampung yang paling banyak terdapat koperasi ialah Kampung Kota Gajah dan Kota Gajah Timur. Jumlah koperasi di kedua kampung tersebut masing-masing sebanyak 6 unit. Keberadaan bank dan koperasi ini diharapkan dapat mendorong pertumbuhan sektor riil di Kecamatan Kotagajah(Statistik Daerah Kotagajah, 2016).








V.  HASIL DAN PEMBAHASAN



5.1  Hasil Penelitian

Data hasil penelitian di Kecamatan Kotagajahmengenai tataniaga komoditas bawang merah adalah sebagai berikut.

Tabel 1. Identitas Petani Bawang Merah
No
Nama Responden
Umur(thn)
JK
PU(Thn)
LL(ha)
SL
Modal (Rp)
1
Rubiyanto
49
L
2.5
0.5
MS
3,390,000
2
Supriyanto
45
L
2.5
0.5
MS
15,015,000
3
Sudar
52
L
2.5
0.5
MS
5,150,000
4
Ari
54
L
2.5
1
MS
10,990,000
5
Salamon
57
L
2.5
0.5
MS
8,965,000
6
Misro
45
L
2.5
1
MS
7,630,000
7
Kateno
46
L
2.5
1
MS
7,900,000
8
Zaenuri
43
L
2.5
1
MS
6,100,000
9
Sukidi
55
L
2.5
0.5
MS
6,360,000
10
Jamal
47
L
2.5
0.25
MS
2,812,500
11
Supardi
53
L
0.5
0.25
MS
3,150,000
12
Teguh
53
L
2.5
0.5
MS
5,455,000
Jumlah
599
28
7.5
82,917,500
Rata-rata
49.9
L
2.3
0.625
MS
6,909,792
Ket :
            JK (Jenis Kelamin)      L (Laki-laki)                PU (Pengalaman Usaha)
            LL (Luas Lahan)         SL(Status Lahan)        MS (Milik sendiri)


Tabel 2. Identitas Pedagang Pengumpul (Tengkulak)
No
Nama Responden
Umur (thn)
Jenis Kelamin
Pengalaman Usaha (Tahun)
Volume Usaha (kg)
1
Ipul
44
L
5
20,000

Tabel 3. Identitas Pedagang Pengecer
No
Nama Responden
Umur (thn)
Jenis Kelamin
Skala Usaha
Volume Usaha (kg)

1
Mariyem
59
P
Kecil
100

2
Emi
19
P
Kecil
80

3
Arifin
25
L
Kecil
80

4
Maemunah
34
P
Kecil
60

5
Mbah Komariah
62
P
Kecil
60

Jumlah
199
380

Rata-rata
39.8
P
Kecil
76


Tabel 4. Identitas Konsumen Akhir Bawang Merah
No
Nama Responden
Umur (thn)
Jenis Kelamin
Status
1
Sumiati
46
P
IRt
2
Aminah
49
P
IRt
3
Yuli Rafi
33
P
IRt
4
Siti Rubiyah
50
P
IRt
5
Sri Maryati
47
P
W
6
Siti Muryani
37
P
P
7
Dasiyem
68
P
IRt
8
Siti Surati
32
P
IRt
9
Sumanti
26
P
W
10
Haryati
39
P
W
11
Misrotun
28
P
IRt
12
Rohayani
35
P
IRt
Jumlah
490
Rata-rata
40.8
P
IRt
Ket      :
IRt: Ibu Rumah Tangga          W: Wiraswasta            P: Petani
Petani bawang merah dalam melakukan kegiatan produksi bawang merah mengeluarkan beberapa biaya dalam penggunaan faktor produksi yang dapat dilihat pada Tabel(5), Tabel(6), Tabel(7), Tabel(8) dan Tabel(9)dan total pengeluaran petani. Lalu, mendapatkan penerimaan dari hasil penjualanpada Tabel(10) dan Tabel(11).

Tabel 9. Jumlah Modal Petani
No
Nama
Peralatan
Benih
Pupuk
Pestisida
Biaya TK
Biaya Angkut
Jumlah Modal
1
Rubiyanto
300,000
2,000,000
580,000
210,000
300,000
0
3,390,000
2
Supriyanto
1,575,000
10,000,000
2,530,000
510,000
300,000
100,000
15,015,000
3
Sudar
850,000
2,500,000
1,060,000
340,000
300,000
100,000
5,150,000
4
Ari
1,200,000
7,000,000
1,730,000
460,000
500,000
100,000
10,990,000
5
Salamon
680,000
6,000,000
1,445,000
340,000
300,000
200,000
8,965,000
6
Misro
700,000
4,000,000
1,870,000
460,000
500,000
100,000
7,630,000
7
Kateno
1,200,000
4,000,000
1,540,000
460,000
500,000
200,000
7,900,000
8
Zaenuri
1,175,000
2,500,000
1,185,000
540,000
500,000
200,000
6,100,000
9
Sukidi
400,000
5,000,000
740,000
220,000
0
0
6,360,000
10
Jamal
400,000
1,250,000
532,500
280,000
250,000
100,000
2,812,500
11
Supardi
400,000
1,200,000
840,000
360,000
250,000
100,000
3,150,000
12
Teguh
875,000
3,000,000
840,000
340,000
300,000
100,000
5,455,000
Jumlah
9,755,000
48,450,000
14,892,500
4,520,000
4,000,000
1,300,000
82,917,500

Rata-Rata
812,917
4,037,500
1,241,042
376,667
333,333
108,333
6,909,792

Tabel 10. Penjualan dan Harga Jual Petanike Pedagang Pengumpul
No
Nama
Luas Lahan (ha)
Volume Jual (Kg)
Harga Jual (Rp/Kg)
Nilai Penjualan(Rp)
1
Rubiyanto
0.5
300
15,000
4,500,000
2
Supriyanto
0.5
4,000
15,000
60,000,000
3
Sudar
0.5
750
15,000
11,250,000
4
Ari
1
2,500
15,000
37,500,000
5
Salamon
0.5
1,500
15,000
22,500,000
6
Misro
1
800
15,000
12,000,000
7
Kateno
1
1,000
15,000
15,000,000
8
Zaenuri
1
3,000
15,000
45,000,000
9
Sukidi
0.5
500
15,000
7,500,000
10
Jamal
0.25
400
15,000
6,000,000
11
Supardi
0.25
300
15,000
4,500,000
12
Teguh
0.5
800
15,000
12,000,000

Jumlah
7.5
15,850
180,000
237,750,000

Rata-Rata
0.625
1,321
15,000
19,812,500

Tabel 11. Keuntungan Petani (Produsen)
No
Nama
Nilai Penjualan (Rp)
Jumlah Modal (Rp)
Keuntungan (Rp)
1
Rubiyanto
4,500,000
3,390,000
1,110,000
2
Supriyanto
60,000,000
15,015,000
44,985,000
3
Sudar
11,250,000
5,150,000
6,100,000
4
Ari
37,500,000
10,990,000
26,510,000
5
Salamon
22,500,000
8,965,000
13,535,000
6
Misro
12,000,000
7,630,000
4,370,000
7
Kateno
15,000,000
7,900,000
7,100,000
8
Zaenuri
45,000,000
6,100,000
38,900,000
9
Sukidi
7,500,000
6,360,000
1,140,000
10
Jamal
6,000,000
2,812,500
3,187,500
11
Supardi
4,500,000
3,150,000
1,350,000
12
Teguh
12,000,000
5,455,000
6,545,000

Jumlah
237750000
82,917,500
154,832,500

Rata-Rata
19812500
6,909,792
12,902,708
Dimana keuntungan petani/kg :Rp9.768,61/kg

Pengepul melakukan kegiatan pembelian kepada petani dan menjual bawang merah kepada pengecer yang dapat dilihat pada Tabel(12) dan Tabel(13).

Tabel 12. Volume dan Penjualan Pengumpul ke Pedagang Pengecer
No
Nama
Volume (Kg)
Harga Beli
Pengeluaran pembelian
Harga Jual
Total Penerimaan
Beli
Jual
Susut
(Rp/kg)
(Rp)
(Rp/Kg)
(Rp)
1
Ipul
20,000
19,975
25
15,000
300,000,000
18,000
359,550,000

Tabel 13. Biaya Pemasaran Pedagang Pengumpul
No
Nama
Penyusutan (Rp)
Transportasi (Rp)
Tenaga Kerja (Rp)
Total Biaya
Keuntungan
1
Ipul
375,000
400,000
500,000
301,275,000
58,275,000
Pengecer melakukan pembelian bawang merah dari pengepul dan penjualan kepada konsumen akhir  yang dapat dilihat pada Tabel(15).

Tabel 15. Volume Pembelian dan Biaya Pemasaran Pedagang Pengecer
No
Nama
Volume (Kg)
Harga Beli
Pengeluaran
Harga Jual
Penerimaan
Transportasi
Keuntungan
Beli
Jual
(Rp/kg)
(Rp)
(Rp/Kg)
(Rp)
(Rp)
1
Mariyem
100
100
18,000
1,800,000
21,000
2,100,000
20,000
280,000
2
Emi
80
80
18,000
1,440,000
21,000
1,680,000
20,000
220,000
3
Arifin
80
80
18,000
1,440,000
20,000
1,600,000
30,000
130,000
4
Maemunah
60
60
18,000
1,080,000
21,000
1,260,000
15,000
165,000
5
Mbah Komariah
60
60
18,000
1,080,000
22,000
1,320,000
15,000
225,000
Jumlah
380
380
90,000
6,840,000
105,000
7,960,000
100,000
1,020,000

Rata-Rata
76
76
18,000
1,368,000
21,000
1,592,000
20,000
204,000

Bawang merah pada akhirnya akan sampai kepada kosumen akhir yang dapat dilihat pada Tabel (16).

Tabel 16. Harga Beli Konsumen Akhir
No
Nama Responden
Harga Beli
(Rp/kg)
1
Sumiati
20,000
2
Aminah
20,000
3
Yuli Rafi
20,000
4
Siti Rubiyah
22,000
5
Sri Maryati
20,000
6
Siti Muryani
20,000
7
Dasiyem
22,000
8
Siti Surati
22,000
9
Sumanti
20,000
10
Haryati
22,000
11
Misrotun
22,000
12
Rohayani
22,000
Jumlah
252,000
Rata-rata
21,000

Tataniaga pertanian bawang merah dari produsen sampai dengan konsumen akhir memberikan beberapa perbedaan harga yang dapat dilihat pada Tabel (17), selain itu masing-masing pelaku tataniaga dalam pemasaran bawang merah terjadi marjin pemasaran pada Tabel(18).

Tabel 17. Harga Jual dan Beli Pelaku Tataniaga Bawang Merah
No
Pelaku
Harga Beli
Harga Jual
(Rp/kg)
(Rp/kg)
1
Petani/produsen
0
15000
2
Pengepul
15000
18000
3
Pengecer
18000
21000
4
Konsumen Akhir
21000
0

Tabel 18. Marjin Pemasaran
No
Keterangan
Satuan
Nilai
Share (%)
1
Harga Jual Petani
Rp/Kg
15,000
71.4%
2
Harga beli pedagang pengumpul
Rp/Kg
15,000
71.4%

Harga Jual Pedagang Pengumpul
Rp/Kg
18,000
85.7%

Biaya pemasaran
Rp/Kg
53.75
0.3%

       Penyusutan
Rp/Kg
18.75
0.1%

       Kemasan
Rp/Kg
0
0.0%

       Transportasi
Rp/Kg
10
0.0%

       Tenaga Kerja
Rp/Kg
25
0.1%

Marjin Pemasaran
Rp/Kg
3,000
14.3%

Profit Marjin
Rp/Kg
2,946.25
14.0%

RPM
%
55
5481.4%
3
Harga beli pedagang pengecer
Rp/Kg
18,000
85.7%

Harga jual pedagang pengecer
Rp/Kg
21,000
100.0%

Biaya pemasaran
Rp/Kg
263.16
1.3%

       Penyusutan
Rp/Kg
0
0.0%

       Kemasan
Rp/Kg
0
0.0%

       Transportasi
Rp/Kg
263.16
1.3%

       Tenaga Kerja
Rp/Kg
0
0.0%

Marjin Pemasaran
Rp/Kg
3,000
14.3%

Profit Marjin
Rp/Kg
2,737
13.0%

RPM
%
10.4
1040.0%
4
Harga beli konsumen
Rp/Kg
21,000
100%


5.2  Pembahasan

5.2.1  Struktur Pasar

Struktur pasar pada tataniaga bawang merah di Kecamatan Kotagajah yaitu saat petani menjual kepada tengkulak, struktus pasar yang terjadi adalah monopsoni dikarenakan banyak penjual dan satu pembeli. Saat tengkual menjual kembali bawang merah yang didapatkannya dari petani kepada pengecer, struktur pasar yang terbentuk yaitu pasar oligopoli dikarenakan tidak banyak pengepul yang menyuplai bawang merah ke pedagang pengecer. Untuk penjualan dari pedagang pengecer kepada konsumen akhir, struktur pasar yang terbentuk adalah pasar persaingan sempurna (PPS). Dimana dalam PPS tersebut banyak penjual dan banyak pembeli.

Konsumen Akhir
 
Pengecer
 
Pengepul
 
Petani
 
                                                                                            


Petani sebagai produsen yang rata-rata pengalaman usahanya baru sekitar 2,3 tahun dalam memproduksi bawang merah seperti yang ditunjukkan pada Tabel (1) langsung menjual produknya kepada pengepul yang sudah menjadi langgangan kelompok tani setempat, apabila petani tidak langsung menjual hasil panennya maka belum ada kepastian bahwa semua bawang merah akan terjual dan biaya tambahan seperti penyimpanan dan pengangkutan akan memperkecil pendapatan dan penerimaan. Dalam hal ini, petani sebagai penerima harga dan harga bawang merh tersebut ditetapkan oleh pengepul. Harga rata-rata yang diberikan pengepul saat membeli bawang merah dari petani(produsen) adalah sebesar Rp15.000,00 yang dapat dilihat pada Tabel (10) dan Tabel (12).

Pengepul menyalurkan atau menjual kembali bawang merah akan di salurkan kepada pedagang pengecer dan harga bawang merah ditetapkanoleh pengepul dan ada kalanya melalui kegiatan tawar-menawar. Kemudian, bawang merah tersebut akan sampai kepada konsumen akhir.Kondisi pasar bebrapa saat ini cukup stabil dan fluktuasi harga tidak terlalu besar. Struktur pasar dalam tataniaga bawang merah di Kecamatan Kotagajah sudah cukup baik begitupun dalam pendistribusiannya, dikarenakan petani-petani sudah tergabung kedalam suatu kelompok tani yang bernama Krida Tani.


5.2.2  Perilaku Pasar

Perilaku pasar adalah sebagai kebiasaan pasar meliputi proses(mental) pengambilan keputusandan perilaku pasar tidaklah konstan,selalumengalami perubahan sesuai situasi dan kondi yang dapat mempengaruhi pasar.Perilaku ini terlihat dalam penentuan harga, promosi, koordinasi kegiatan dalam pasar dan juga dalam kebijakan produk.

Pembentukan harga dalam tataniaga bawang merah di Kecamatan Kotagajah sering dilakukan dengan cara tawar-menawar, pengepul sebagai pemberi harga saat membeli dan menjual bawang merah, serta pengecer sebagai pemberi harga bagi konsumen akhir yang ingin membeli bawang merah.

Bawang merah sebagai bumbu pokok orang Indonesia, termasuk masyarakat Lampung. Saat harga bawang merah melonjak naik, maka konsumen akan mengurangi permintaan akan bawang merah dan begitupun sebaliknya. Akan tetapi, permintaan akan bawang merah selalu ada walaupun harganya tinggi yang disebabkan oleh kebutuhan akan bawang merah untuk masakan sehari-hari.


5.2.3  Keragaan Pasar

Keragaan pasar dipengaruhi oleh struktur dan perilaku pasar itu sendiri dan memusatkan pada tiga aspek pokok yaitu efisiensi, kemajuan teknologi dan kesinambungan dalam distribusi. Dimana untuk mencapai kinerja yang efektif dan efisien, petani bwang merah menggunakan perkembangan teknologi dalam memenuhi permintaan pasar. Berupa penggunaan alat dan mesin pertanian (ALSINTAN) untuk membatu dalam mengolah tanah, pemberantasan hama, pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT), pengairan, dll. Sebagai contoh yaitu penggunaan traktor dan sprayer. Agar lebih efisien, petani juga menggunakan beberapa pestisida yang ditunjukkan pada Tabel (6) dan menggunakan pupuk pada Tabel (7) agar hasil panen bawang merah pun optimal.

Kesinambungan dalam distribusi bawang merah dapat dilihat dari jalur distribusi bawang merah, yaitu dari petani, pengepul, pengecer, dan konsumen akhir.Dimana keempat pelaku dalam tataniaga bawang merah ini saling membutuhkan satu sama lainnya. Jalur distribusi bawang merah tidak memiliki hambatan yang khusus, akan tetapi kondisi iklim dan lingkungan sangat berpengaruh terhadap jumlah bawang merah yang ada di pasar yang berpengaruh terhadap permintaan dan penawaran bawang merah.


5.2.4  Margin Pemasaran

Margin pemasaran menunjukkan perbedaan antara harga yang dibayar oleh konsumen untuk produk dengan harga yang diterima oleh produsen untuk menghasilkannya margin pemasaran ditentukan oleh sifat produk, selera dan preferensi konsumen, memperhatikan jasa-jasa pemasaran, masalah penjualan yang berkaitan dengan pemasaran. Besarnya marjin pemasaran dapat bertambah dikarenakan tidak efisiennya jasa-jasa pemasaran prasarana pemasaransertakeuntungan para perantara dan pengolah yang tidak wajar.Dapat diketahui bahwa marjin pemasaran dapat menunjukkan selisih antara harga di tingkat produsen (Pf) dengan harga di tingkat konsumen (Pr). 

Besarnya marjin pemasaran bawang merah dari semua pelaku tataniaga dapat dilihat pada Tabel (18). Terdapat share yang menunjukkanpersebaran pangsa pasar, share dapat dicari dengan membagikan nilai pada masing-masing biaya yang dikeluarkan dibagi dengan harga akhir komoditas bawang merahyang perlu dibayarkan oleh konsumen akhir. Harga jual komoditas bawang merah kepada pengepul ditingkat petani (produsen) yaitu sebesar Rp15.000,00/kg, sedangkan harga jual bawang merah dari pengepul tersebut kepada pedagang eceran sebesar Rp18.000,00/kg, dari nilai tersebut dapat diketahui bahwa marjin pemasaran bawang merah ditingkat pengepul sebesar Rp3.000,00/kg. Marjin yang cukup besar ini disebabkan oleh rendahnya biaya yang perlu dikeluarkan oleh pengepul, dimana biaya angkut bawang merah saat pembelian bawang merah kepada petani biaya angkut dibebankan kepada petani sesuai dengan Tabel (9), lalu pengeluaran biaya transportasi saat mendistribusikan bawang merah kepada pengecer, biaya penyusutan bawang merah, serta tenaga kerja yang tidak terlalu tinggi. Share marjin pemasaran di tingkat pengepul yaitu sebesar 14,3%. Dimana sesuai dengan Tabel (12) dan Tabel (13), harga bawang merah sebesar Rp15.000/kg dan beberapa pengeluaran lainnya didapatkan total biaya yang dikeluarkan pengepul yaitu sebesar Rp301.075.000,00 untuk 20.000 kg bawang merah yang pengepul beli.

Bawang merah yang didapat dari petani akan dijual kembali dengan harga Rp18.000,00/kgkepada pengecer dan mendapatkan pendapatan sebesar Rp359.550.000,00 dan keuntungan bersih pengepul(pengumpul) sesuai Tabel (13) yaitu sebesar Rp58.475.000,00 dan untuk lebih rincinya, profit(keuntungan) dalam pemasaran bawang merah ditingkat pengepul yaitu sebesar Rp2.946,25/kg dan share profit marjinnya sebesar 14%.

Bawang merah yang dijual kembali oleh pedagang pengecer dengan harga Rp21.000,00/kg dan harga beli ke pedagang pengepul/pengumpul sebesar Rp18.000,00/kg bawang merah. Marjin yang cukup besar tersebut disebabkan oleh pengeluaran pengecer hanya sebatas untuk transportasi dan pembelian bawang merah sesuai pada Tabel (15). Marjin pemasaran di tingkat pengecer ini yaitu sebesar Rp3.000,00/kg dan share marjin pemasaran yaitu sebesar 14,3%. Profit marjin pemasaran di tingkat pedagang pengecer yaitu sebesar Rp2.737,00/kg dengan nilai share 13%.Untuk keuntungan rata-rata petani sebagai produsen yaitu sebesar 9.768,61/kg bawang merah dan nilai share petani terhadap harga akhir yang diterima konsumen akhir yaitu sebesar
71,4 %, dan share ditingkat konsumen akhir sebesar 100%.

Marjin pemasaran petani berbeda cukup jauh dengan pengepul dan pengecer yaitu 71,4% dengan 14,3%, begitupun keuntungan tiap pelaku tataniaga yang berbeda. Hal tersebut menunjukkan bahwa sistem tataniaga komoditas bawang merah di Kecamatan Kotagajah kurang efisien.


5.2.5  Pangsa Produsen (Market Share) dan Pangsa Pasar(Producen Share)

Pangsa pasar sering digunakan sebagai indikator untuk melihat adanya kekuatan pasar suatu perusahaan dalam pasar. Pangsa pasar yang besar biasanya menandakan kekuatan pasar yang besar dalam menghadapi persaingan dan sebaliknya. Pangsa pasar yang besar akan menendakan kekuatan pasar yang besar sebaliknya pangsa pasar yang kecil menandakan perusahaan tidak mampu bersaing pada tekanan persaingan.

Pangsa produsen dapat dicari dengan membagikanharga yang dibayarkonsumen akhir dan harga di tingkat produsen. Di kecamatan Kotagajah, diketahui bahwa rata-rata harga yang diterima petani (Pf) sebesar Rp15.000,00/kg, sedangkan rata-rata harga yang diterima dan dibayarkan konsumen sebesar Rp21.000,00/kg. Sehingga pangsa produsen bawang merah di Kecamatan Kotagajah sebesar71,4%.

Pelaku tataniaga dalam pemasaran bawang merah di kecamatan kota yaitu melalui perantara pengepul dan pedagang pengecer dimana memiliki pangsa pasar yang cukup merata yaitu sebesar 14,3%, dimana masing-masing pelaku dalam sistem pemasaran mendapat keuntungan yang cukup besar. Pangsa pasar produsen memiliki nilai yang paling besar dan menunjukan bahwa kekuatan produsen berpengaruh besar terhadap sistem tataniaga komoditas bawang merah di Kecamatan Kotagajah.


5.2.6  Ratio Profit Margin (RPM)

Menurut Murbyanto (1987), rasio profit margin adalah perbandingan antara net operating income dengan net sales. Dengan kata lain dapatlah dikatakan bahwa rasio profit margin adalah selisih antara net sales dengan operating expenses ( harga pokok penjualan ditambah biaya adminitrasi ditambah biaya umum), selisih mana dinyatakan dalam persentase dari net sales. Gross margin ratio adalah merupakan ratio atau perimbangan antara gross profit (laba kotor) yang diperoleh perusahaan dengan tingkat penjualan yang dicapai.

Nilai RPM komoditas bawang merah di Kecamata Kotagajah pada pedagang pengupul sebesar 5.481,4% dan dan RPM pada pedagang  pengecer sebesar 1.040%. nilai masing-masing RPM berbeda satu sama lainnya disebabkan oleh besarnya biaya dan keuntungan masing-masing pelaku pemasaran tersebut berbeda.RPMyang tidak merata menujukkan adanya kesenjangan pada pengambilan keuntungan diantara lembaga atau pelaku tataniaga tersebut.

Nilai RPM yang paling besar yaitu di tingkat pengepul, sebesar 5.481,4%, hal ini menunjukkan bahwa pengepul mendapatkan keuntungan yang tidak wajar. Nilai tersebut bisa disebabkan oleh biaya tenaga kerja, tansportasi, dan penyusutan yang tidak terlalu tinggi, serta jumlah barang yang dijual sangat banyak sehingga pembagi biaya untuk tiap kilogramnya. Hanya sebesar Rp53,75/kg bawang merah, Dimana pada tingkat lembaga pengepul ini bawang merah ditimbun untuk dijual kembali kepada pedagang pengecer yang membeli dalam jumlah yang lumayan banyak.






VI. KESIMPULAN DAN SARAN



6.1  Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari laporan penelitian ini adalah sebagai berikut.
1.Struktus pasar dalam tataniaga tergantung jumlah pelaku dan pembentuk harga. Pasar antara petani dan pengepul berstruktur monopsoni, pasar antara pengepul dan pengecer berstruktur oligopoli, serta pasar antara pengecer dan konsumen akhir yaitu PPS.
2.Perilaku pasar komoditi pembelian dan penjualan bawang merah tergantung kepada tingkat harga. Apabila harga tinggi maka penawaran akan bertambah akan tetapi permintaan berkurang. Pembentukan harga bisa ditetapkan oleh si penjual, pembeli, atau melalui kegiatan tawar-menawar.
3.Keragaan pasarbawang merah tidak memiliki hambatan yang khusus, akan tetapi kondisi iklim dan lingkungan sangat berpengaruh terhadap jumlah bawang merah yang ada di pasar yang berpengaruh terhadap permintaan dan penawaran bawang merah.
4.Marjin pemasaran petani berbeda cukup jauh dengan pengepul dan pengecer yaitu 71,4% dengan 14,3%, begitupun keuntungan tiap pelaku tataniaga yang berbeda. Hal tersebut menunjukkan bahwa sistem tataniaga komoditas bawang merah di Kecamatan Kotagajah kurang efisien.
5.Pangsa pasar produsen memiliki nilai yang paling besar (71,4%) dan menunjukan bahwa kekuatan produsen berpengaruh besar terhadap sistem tataniaga komoditas bawang merah di Kecamatan Kotagajah.
6.Nilai RPM yang paling besar yaitu di tingkat pengepul (5.481,4%), menunjukkan bahwa pengepul mendapatkan keuntungan yang tidak wajar akibat biaya tenaga kerja, tansportasi, dan penyusutan yang tidak terlalu tinggi, serta jumlah barang yang dijual sangat banyak sehingga pembagi biaya untuk tiap kilogramnya.


6.2  Saran

Saran yang dapat kami berikan dalam proses penelitian ini adalah sebagai berikut.
1.Marjin pemasaran akan lebih baik apabila nilai satu dengan lainnya tidak terlalu besar.
2.Harga bawang merah setidaknya harus stabil serta ditetapkannya harga atap dan dasar bawang merah.
3.Penyebaran informasi tentang harga dasar dan atap kepada semua pelaku atau lembaga tataniaga bawang merah.














DAFTAR PUSTAKA



BPS Kabupaten Lampung Tengah. 2016. Statistik Daerah Kecamatan Kotagajah 2016.Badan Pusat Statistik Kabupaten Lampung Tengah. Lampung.

BPS Kabupaten Lampung Tengah. 2016. Kota Gajah dalam Angka 2016.Badan Pusat Statistik Kabupaten Lampung Tengah. Lampung.

Gultom. H.L.T. 1996. Tata Niaga Pertanian. USU Press. Medan.

Kotler, P. 2001. Manajemen Pemasaran. Edisi Millenium.Prehallindo. Jakarta.

Kotler, P.2002.ManajemenPemasaran, Edisi Millenium, Jilid 2. PT Prenhallindo. Jakarta. 

Limbong, W. H. dan Sitorus, P. 1987. Pengantar Tataniaga Pertanian. Diktat IPB. Bogor.

Mubyarto.1987. Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3ES. Yogyakarta.

Pitojo, S.2003. BenihBawang Merah. Penerbit Kansius. Yogyakarta.

Samadi, Budidan BambangCahyono.2005. Bawang Merah Interaksi Usaha Tani. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

Soekartawi.1994. Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian: Teori dan Aplikasi. Rajawali Press. Jakarta.

Wibowo, S. 2005. BudiDaya Bawang Putih, Merah dan Bombay. Penebar Swadaya. Jakarta.


























LAMPIRAN

Tidak ada komentar:

Posting Komentar