ANALISIS PEMASARAN KOMODITAS BAWANG MERAH(Allium
ascalonicum L) DI KECAMATAN KOTAGAJAH
KABUPATEN LAMPUNG TENGAH
(LaporanTurunLapang
Mata KuliahTataniagaPertanian)
Oleh
Kelompok 2
Tri TarsitaAprilyano (1614131021)
SindiKartikasari (1614131083)
Tia NurFitriani (1614131086)
Tri Wigati (1614131096)
JURUSAN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2017
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang dan Masalah
Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak
terlewat dari proses transaksi yang berupa jual-beli yang biasa disebut dengan
tataniaga atau pemasaran. Pemasaran merupakan salah satu subsistem penting
dalam agribisnis. Kegiatan pemasaran merupakan suatu rangkaian kegiatan yang
terjadi dalam proses mengalirkan barang dan jasa dari sentra konsumsi guna
memenuhi kebutuhan dan memberikan kepuasan bagi konsumen serta memberikan
keuntungan bagi produsen yang biasanya terjadi di pasar. Pasar merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli
untuk melakukan transaksi jual-beli dan merupakan tempat untuk produsen
memasarkan produk-produknya khususnya produk pertanian yang sering kita jumpai
di pasar tradisional. Produk-produk pertanian ini sebelum sampai ke tangan
konsumen haruslah melalui perjalanan melalui beberapa lembaga pemasaran.
Lembaga pemasaran
dapat mempengaruhi harga tergantung pada banyaknya lembaga yang terlibat dalam
pemasaran. Semakin banyak lembaga yang terlibat maka akan mengakibatkan rantai
tataniaga akan semakin panjang dan membuat harga produk semakin mahal. Tataniaga
dari produk-produk pertanian merupakan aspek penting yang perlu diperhatikan
dikarenakan pada kenyataannya banyak praktik-praktik tataniaga yang curang
sehingga dapat merugikan banyak pihak terutama petani. Salah satunya adalah
tataniaga bawang merah.
Dalam kegiatan ini
kami melakukan kegiatan turun lapang dengan objek penelitian kami adalah
pemasaran dari komoditas bawang merah di Kecamatan Kotagajah, Lampung Tengah.
Kami meneliti tentang pemasaran dari komoditas bawang merah dengan melakukan
wawancara ke petani, pedagang, dan konsumen akhir.
1.2 Tujuan Penelitian
Tujuan penulisan laporan turun lapang
tataniaga komoditas bawang merah di Kecamatan
Kotagajah, Lampung Tengah yaitu :
1.Mengetahui
struktur pasar komoditas bawang merah di Kecamatan Kotagajah, Lampung Tengah.
2.Mengetahui
perilaku pasar pada lembaga tataniaga komoditas bawang merah di Kecamatan Kotagajah, Lampung Tengah.
3.Mengetahui
keragaan pasar komoditas bawang merah di Kecamatan Kotagajah, Lampung Tengah.
4.Menganalisis
margin pemasaran komoditas bawang merah di Kecamatan Kotagajah, Lampung Tengah.
5.Mengetahui
pangsa pasar dan pangsa produsen komoditas bawang merah di Kecamatan Kotagajah, Lampung Tengah.
6.Mengetahui
nilai RPM pemasaran komoditas bawang merah di Kecamatan Kotagajah, Lampung Tengah.
1.3 Kegunaan Penelitian/Penulisan
Kegunaan penulisan
laporan turun lapang tataniaga komoditas bawang merahdi Kecamatan Kotagajah, Lampung Tengahini
yaitu:
1.Sebagai
informasi mengenai struktur pasarkomoditas bawang merah di Kecamatan Kotagajah, Lampung Tengah.
2.Sebagai
informasi mengenaiperilaku pasar pada lembaga tataniagakomoditas bawang merah
di Kecamatan Kotagajah, Lampung
Tengah.
3.Sebagai
informasi mengenaikeragaan pasarkomoditas bawang merah diKecamatan Kotagajah, Lampung Tengah.
4.Sebagai
informasi mengenai margin pemasarankomoditas bawang merah di Kecamatan Kotagajah, Lampung Tengah.
5.Sebagai
informasi mengenaipangsa pasar dan produsen pada lembaga tataniaga komoditas
bawang merah di Kecamatan Kotagajah,
LampungTengah.
6.Sebagai
informasi mengenainilai RPMkomoditas bawang merah di Kecamatan
Kotagajah, Lampung Tengah.
II. TINJAUAN PUSTAKA
DAN KERANGKA PEMIKIRAN
2.1
Tinjauan Pustaka
3.4.1 Tanaman BawangMerah
Bawangmerah (Allium ascalonicum L)merupakansalahsatukomoditashortikultura yang
termasukkedalamsayuranrempah yang
digunakansebagaipelengkapbumbumasakangunamenambahcitarasadankenikmatanmasakan.Tanamaninijugaberkhasiatsebagaiobattradisional,
misalnyaobatdemam, masukangin, diabetes melitus,
disentridanakibatgigitanserangga (Samadidan Cahyono,2005).
Secaramorfologi,
bagiantanamanbawangmerahdibedakanatasakar,batang, daun, bunga, buahdanbiji.
Akartanamanbawangmerahterdiriatasakarpokok (primary root) yang
berfungsisebagaitempattumbuhakaradventif(adventitious root) danbuluakar
yang berfungsiuntukmenopangberdirinyatanamansertamenyerap air
danzat-zatharadaridalamtanah. Akardapattumbuhhinggakedalaman 30 cm,
berwarnaputih, danjikadiremasberbaumenyengatsepertibaubawangmerah (Pitojo,
2003).
Bawangmerahtidaktahankekeringankarenasistemperakaran
yangpendek. Sementaraitukebutuhan air
terutamaselamapertumbuhandanpembentukanumbicukupbanyak. Di lain
pihak,bawangmerahjuga paling tidaktahanterhadap air hujan, tempat-tempat yang
selalubasahataubecek. Sebaiknyabawangmerahditanam di musimkemarauatau di
akhirmusimpenghujan. Dengandemikian, bawangmerahselamahidupnya di
musimkemarauakanlebihbaikapabila
pengairannyabaik. Daerah yang paling
baikuntukbudidayabawangmerahadalahdaerahberiklimkering yang
cerahdengansuhuudarapanas. Tempatnya yang terbuka, tidakberkabutdanangin yang
sepoi-sepoi. Daerah yang mendapatsinarmataharipenuhjugasangatdiutamakan,
danlebihbaikjika lama penyinaranmataharilebihdari 12 jam. Perludiingat,
padatempat-tempat yang
terlindungdapatmenyebabkanpembentukanumbinyakurangbaikdanberukurankecil
(Wibowo, 2005).
3.4.2 Pengertian Tataniaga
Definisi
tataniaga yaitu
sebagai suatu aktivitas bisnis yang didalamnya terdapat aliran barang dan jasa
dari titik produksi sampai ke titik konsumen.
Produksi adalah penciptaan kepuasan, proses membuat kegunaan barang dan
jasa. Kepuasan dibentuk dari proses
produktif yang diklasifikasikan menjadi kegunaan bentuk, tempat, waktu dan
kepemilikan. Tataniaga pertanian
mencakup semua kegiatan dan usaha yang berhubungan dengan perpindahan hak milik
dan fisik dari barang-barang hasil pertanian dan barang-barang kebutuhan usaha
pertanian dari tangan produsen ke tangan konsumen. Selain itu termasuk didalamnya kegiatan-kegiatan
tertentu yang menghasilkan perubahan bentuk dari barang yang ditujukan untuk
lebih mempermudah penyalurannya dan memberikan kepuasan yang lebih tinggi
kepada konsumennya (Kotler,
2002).
3.4.3 Struktur Pasar
Strukturpasaradalahpenggolongan
produsen kepada beberapa bentuk pasar berdasarkan pada ciri-ciri seperti jenis
produk yang dihasilkan, banyaknya perusahaan dalam industri, mudah tidaknya
keluar atau masuk ke dalam industri dan peranan iklan dalam kegiatan industri.
Pada analisa ekonomi dibedakan menjadi pasar persaingan sempurna dan pasar
persaingan tidak sempurna (yang meliputi monopoli, oligopoli, monopolistik dan
monopsoni).Bentuk pasar dikatakan persaingan
sempurna apabila ada banyak penjual dan pembeli serta produknya homogen.
Apabila hanya ada satu penjual didalam pasar, maka dinamakan monopoli, namun,
bila sedikit perusahaan besar mensuplai barang dipasar maka dikatakain
oligopoli. Oligopoli ada dua macam, jika produknya homogen dapat dikatakan
sebagai oligopoli murni, sedangkan jika produknya berbeda maka dikatakan
oligopoli berbeda.Struktur pasar terwujud dalam distribusi ukuran perusahaan,
oleh karena itu posisi setiap perusahaan adalah pangsa pasarnya sendiri(Soekartawi,
1994).
3.4.4 Perilaku Pasar
Perilaku pasar adalah
pola kebiasaan pasar meliputi proses(mental) pengambilan keputusanserta
kegiatan fisik individual atau organisasional terhadap produk tertentu,konsisten
selama periode waktutertentu.Poladan
perilaku pasar tidaklah konstan,selalu akan mengalami perubahan.Perilaku
ini terlihat dalam penentuan harga, promosi, koordinasi kegiatan dalam pasar
dan juga dalam kebijakan produk. Perilaku pasarterbagi menjadi tiga jenis
antara lain, perilaku dalam strategi harga, perilaku dalam strategi produk dan
perilaku dalam strategi promosi (Gultom, 1996).
3.4.5 Keragaan Pasar
Keragaan pasar adalah hasil kerja yang
dipengaruhi oleh struktur dan perilaku industri. Menurut para ekonom, kinerja
industri biasanya memusatkan pada tiga aspek pokok yaitu efisiensi, kemajuan
teknologi dan kesinambungan dalam distribusi. Suatu industri selalu mempunyai
motivasi untuk menguasai pasar. Tujuan ini secara lebih khusus disebut performance
(kinerja) industri. Tiga aspek pokok dari kinerja adalah efisiensi dalam
pengalokasian sumber daya, kemajuan teknologi, dan keseimbangan dalam
distribusi.
Kinerja ini secara ekonomi dapat dibagi menjadi tiga yaitu kinerja laba,
kinerja efisiensi, dan pertumbuhan. Kinerja industri adalah hasil kerja yang
dipengaruhi oleh struktur dan perilaku industri (Soekartawi, 1994).
3.4.6 Margin Pemasaran
Margin pemasaran adalah perbedaan antara harga yang dibayar oleh
konsumen untuk produk dengan harga yang diterima oleh produsen untuk
menghasilkannya margin pemasaran ditentukan
oleh sifat produk selera dan preferensi konsumen, memperhatikan jasa-jasa
pemasaran, masalah penjualan yang berkaitan dengan pemasaran. Besarnya marjin
pemasaran dapat bertambah dikarenakan tidak efisiennya jasa-jasa pemasaran
prasarana pemasaransertakeuntungan para perantara dan pengolah yang tidak
wajar.Margin pemasaran memiliki tiga sifat
umum yaitu:
a. Margin
pemasaran pada setiap komoditi pertanian adalah berbeda-beda dikarenakan
perbedaan jasa yang diberikan.
b.Margin
pemasaran produk hasil pertanian cenderung akan naik dalam jangka panjang
dengan menurunnya bagian harga yang diterima petani akibat dari efek upah buruh
dalam jangka panjang dan bertambah tingginya pendapatan masyarakat karena
kemajuan pembangaunan ekonomi.
c. Margin
pemasaran relatif
stabil dalam jangak pendek terutama dalam hubungannya dengan berfluktuasinya
harga-harga produk hasil pertanian (Kotler, 2001).
3.4.7 Pangsa Produsen dan Pangsa Pasar
Pangsa pasar sering digunakan sebagai
indikator proksi untuk melihat adanya kekuatan pasar dan menjadi indikator
seberapa pentingnya suatu perusahaan dalam pasar. Pangsa pasar yang besar
biasanya menandakan kekuatan pasar yang besar dalam menghadapi persaingan dan
sebalinya. Pangsa pasar yang besar akan menendakan kekuatan pasar yang besar
sebaliknya pangsa pasar yang kecil menandakan perusahaan tidak mampu bersaing
pada tekanan persaingan. Pangsa pasar dapat dihitung dengan beberapa cara yaitu
berdasarkan nilai penjualan, unit penjualan, unit produksi dan kapasitas
produksi. Pada produk yang bersifat homogen biasanya pangsa pasar diukur dengan
menggunakan unit atau volume penjualan sedangkan pada pasar yang produknya
heterogen pangsa pasar dihitung terhadap total penjualan (Limbong dan Sitorus,
1987).
3.4.8 Ratio
Profit Margin
(RPM)
Rasio profit margin adalah perbandingan antara net operating income dengan net
sales. Dengan kata lain dapatlah dikatakan bahwa rasio profit margin adalah
selisih antara net sales dengan operating expenses ( harga pokok
penjualan ditambah biaya adminitrasi ditambah biaya umum), selisih mana
dinyatakan dalam persentase dari net
sales. Gross margin ratio adalah
merupakan ratio atau perimbangan antara gross profit (laba kotor) yang
diperoleh perusahaan dengan tingkat penjualan yang dicapai pada periode yang
sama(Murbyanto, 1987).
2.2
Kerangka Pemikiran
Kerangka
pemikiran dari penyusunan laporan ini yaitu :
III.
METODE PENELITIAN
3.1 Konsep Dasar dan
Batasan Operasional
Tataniagaadalahsuatukegiatanpemindahanhakmilikdarisuatubarangdaritanganprodusenkekonsumen.
Sedangkantataniagapertanianadalahsegalakegiatandanusaha yang
memilikihubungandenganperpindahanhakmiliksuatubaranghasilpertaniandankebutuhandariusahapertanian,
yang didalamnyatermasukkegiatan yang menghasilkanperubahanbentukbarang agar
lebihmudahdalampenyalurandanmemberikankepuasanuntukkonsumen.
Kegiatantataniagamemilikisaluran,
salurantataniagasendiriterdiridariserangkaianlembagatataniaga yang
turutmemperlancarkegiatantataniaga.
Salurantataniagadapatmempengaruhihargasuatukomoditaspertanian.
Semakinpanjangsuatusalurantataniagamakahargadariproduktersebutakansemakinmahal
pula.Saluraninimemilikibeberapatingkatan. Salurannoltingkatyaitusalurandimanaprodusenlangsungmenjualproduknyakekonsumenakhir.
Saluransatutingkatyaituperantara yang
memilikitugasuntukmembawaprodukdankepemilikannyalebihdekatkekonsumenakhir, yang
terdiridarisatuperantarapenjualanyaitupengecer.Saluranduatingkatyaitusaluran
yang terdiridariduaperantarayaitupedagangbesardanpengecer.
Laluadasalurantigatingkatyaitusaluran yang
memilikitigaperantarayaitupedagangbesar, pemboronglalupengecer.
3.2
Lokasi
Penelitian, Responden, dan Waktu Penelitian
Penelitian yang kami lakukan adalah mengenai
komoditas bawang merah (Allium
ascalonicum L) yang dilakukan di
Kecamatan Kotagajah, Lampung Tengah. Kami memilih lokasi ini berdasarkan
pertimbangan bahwa lokasi ini merupakan penghasil dari bawang merah. Didaerah
ini pun merupakan daerah penghasil tanaman hortikultura yang akan di
perdagangkan ke pelaku tataniaga.
Responden yang kami datangi akan dibagi menjadi 3
berdasar pada kekuasaan dalam rantai tataniaga, yaitu :
a. Petani
(Produsen bawang merah)
Petani pastinya memiliki peranan yang penting
dalam proses tataniaga. Petani merupakan pihak yang memenuhi kebutuhan dari
konsumen akan suatu komoditas. Petani bawang merah yang akan kami wawancarai
yaitu 12 orang.
b.Tengkulak/Pengepul/Pedagang/Pengecer
Peranan lembaga ini adalah memperlancar arus
dari penyampaian komoditas bawang merah untuk sampai ke tangan konsumen akhir.
c. Konsumen
Konsumen adalah pemakai akhir dari produk yang
dijual dan merupakan penentu dari keberhasilan pedagang dan juga petani
dikarenakan produk yang dihasilkan oleh petani dan dijual oleh pedagang
ditentukan keberhasilannya hanya jika produk itu dibeli oleh konsumen.
Penelitian
ini kami lakukan pada tanggal 5 November 2017. Wawancara ini dilakukan dengan
cara bertanya tentang usaha tani yang tengah dilakukan. Lalu untuk pedagang dan
konsumen akan didasari dari pengalaman responden.
3.3
Metode
Penelitian dan Pengumpulan Data
Penelitian
tentang bawang merah ini kami lakukan dengan cara survei, mengamati langsung, dan
melakukan wawancara langsung di lapangan. Analisis pemasaran bawang merah ini menggunakan dua jenis
data yaitu :
Data
primer yang diperoleh melalui kuisioner meliputi:
a. Luas lahan
garapan petani dan alat/faktor produksi yang digunakan petani.
c. Harga
jual yang ditetapkan petani dan biaya angkut yang ditanggung petani.
d. Harga
jual di tingkat pedagang dan biaya angkut yang ditanggung pedagang tersebut.
e. Harga
jual di pedagang hingga ke tangan konsumen.
Data
sekunder merupakan data tambahan yang digunakan untuk melengkapi data primer
yang telah diperoleh sebelumnya. Data sekunder ini diperoleh menggunakan metode
studi pustaka yaitu dari referensi buku dan internet.Teknik pengambilan sampel
yang kami gunakan adalah secara acak. Petani yang kami wawancarai dipilih
berdasarkan sumber matapencaharian, dimana responden tersebut
bermatapencaharian sebagai petani dengan usahatani bawang merah.Tidakhanyapetani, kami
jugamewawancaraipedagangpengecerdankonsumensecara acak.
3.4
Metode
Analisis Data
3.4.1 Analisis Kualitatif
Analisis yang dilakukan secara
kualitatif antara lain analisis saluran tataniaga, analisis struktur dan
perilaku pasar, dan analisis fungsi lembaga tataniaga. Analisis ini berguna
untuk melihat saluran pemasaran, struktur, perilaku, dan fungsi lembaga yang
ada di kecamatan Kotagajah dan lembaga-lembaga pemasaran yang terlibat dalam menyalurkan
komoditas bawang merah mulai dari produsen sampai ke pedagang pengecer yang pada
akhirnya sampai ke konsumen akhir. Alur tataniaga tersebut dijadikan dasar
dalam menggambarkan pola tataniaga. Perbedaan saluran tataniaga yang dilalui
oleh suatu jenis barang akan berpengaruh pada pembagian pendapatan yang
diterima oleh masing-masing lembaga tataniaga yang terlibat didalamnya.
3.4.2 Analisis Kuantitatif
Analisis secara kuantitatif dilakukan untuk
melihat margin tataniaga
yang terdiri dari biaya-biaya pemasaran dan keuntungan pemasaran.
Bentuk
model matematik marjin pemasaran adalah sebagai berikut:
mji = Psi – Pbi................... (1)
mji = Bti +Ï€i .................... (2)
Dengan
demikian :
Ï€i = mji - Bti.................... (3)
Jadi besarnya total margin
pemasaran adalah:
Mij =
Σmji, i =
1,2,3,........n
Dimana : mji = Marjin
tataniaga pada lembaga ke-i (Rp/kg)
Psi = Harga
penjualan lembaga tataniaga ke-i (Rp/kg)
Pbi = Harga
pembelian lembaga tataniaga ke-i (Rp/kg)
Bti = Biaya
tataniaga lembaga tataniaga ke-i (Rp/kg) Î i =
Keuntungan lembaga tataniaga ke-i (Rp/kg)
Mij = Total
marjin tata niaga (Rp/kg)
3.4.3 Struktur
pasar (market structure)
Struktur pasar
merupakan suatu gambaran tentang hubungan penjual dan pembeli, yang dilihat
dari jumlah lembaga pemasaran, diferensiasi produk, dan kondisi keluar masuk
pasar (entry condition).
3.4.4 Perilaku
pasar (market conduct)
Perilaku pasar
merupakan gambaran dari tingkah laku suatu lembaga pemasaran (petani sebagai
produsen) lembaga perantara atau pedagang, dan konsumen dalam menghadapi
struktur pasar untuk memperoleh keuntungan dan kepuasan sebesar-besarnya.
3.4.5 Keragaan
pasar (market performance)
Keragaan pasar
merupakan gambaran dari gejala pasar yang tampak akibat interaksi dari struktur
pasar (market structure) dan perilaku
pasar (market conduct) yang bersifat
kompleks dan saling mempengaruhi secara dinamis.
Analisis keragaan
pasar dalam penelitian ini didekati melalui beberapa indikator, yaitu :
a.
Saluran
pemasaran
Saluran pemasaran
dianalisis secara deskriptif pada setiap lembaga pemasaran yang terlibat dalam
proses dari arus barang.
b.Pangsa produsen
Analisis pangsa
produsen bertujuan untuk mengetahui bagian harga yang diterima petani
(produsen). Apabila pangsa produsen
semakin tinggi, maka kinerja pasar semakin baik dari sisi produsen. Pangsa
produsen dirumuskan sebagai :
........(1)
Dimana :
Ps = Harga bawang
merah yang diterima petani (produsen)
Pf = Harga bawang
merahdi tingkat petani (produsen)
Pr = Harga bawang merahdi tingkat konsumen
c. Marjin pemasaran dan ratio profit marjin (RPM)
Analisis marjin pemasaran memiliki fungsi
untuk mengetahui perbedaan harga di tingkat produsen (Pf) dengan harga di
tingkat konsumen (Pr). Marjin pemasaran
dirumuskan sebagai :
Mji = Psi – Pbi
atau
Mji = bti + πi
…………....... (2)
Dan total marjin
pemasaran adalah :
Mji = atau
Mj = Pr – Pf ........….................(3)
Penyebaran marjin
pemasaran dapat dilihat berdasarkan persentase dari keuntungan terhadap biaya
pemasaran ( Ratio ProfitMargin/RPM) pada masing-masing lembaga perantara
pemasaran (pedagang), yang dirumuskan sebagai:
RPM =.................................... (4)
Dimana :
mji = Marjin lembaga pemasaran tingkat ke-i
Ps = Harga penjualan
lembaga pemasaran tingkat ke-i
Pbi = Harga pembelian lembaga pemasaran
tingkat ke-i
Bti = Biaya pemasaran lembaga pemasaran
tingkat ke-i
Ï€i = Keuntungan lembaga
pemasaran tingkat ke-i
Mji = Total marjin pemasaran
Pr = Harga pada tingkat
konsumen
Pf = Harga pada tingkat (petani)
produsen
d.
Analisis koefisien korelasi harga
Analisis korelasi harga adalah suatu
analisis yang menggambarkan keterkaitan dari perkembangan harga suatu barang
pada dua tempat atau tingkat yang sama atau berlainan melalui perdagangan. Rumus korelasi harga adalah :
R = ..................
(5)
Dimana :
r = Koefisien korelasi harga
n = Jumlah pengamatan
Pr = Harga yang diterima oleh pedagang akhir
Pf = Harga yang diterima oleh produsen
Apabila koefisien
korelasi ( r ) mendekati satu, maka keeratan hubungan harga pada dua tingkat
pasar adalah erat. Sebaliknya, jika
koefisien korelasi ( r ) mendekati nol, maka hubungan harga pada dua tingkat
pasar adalah kurang erat.
e. Elastisitas transmisi
harga
Analisis elastisitas transmisi harga
memiliki fungsi untuk mengetahui sejauh mana dampak perubahan harga dari suatu
barang di satu tempat/tingkat terhadap perubahan harga barang tersebut di
tempat/tingkat lain. Secara matematis,
elastisitas transmisi harga dirumuskan sebagai :
atau
..................... (6)
Karena harga
mempunyai hubungan linier, di mana Pf merupakan fungsi dari Pr yang secara matematis dirumuskan sebagai :
Pf= a + b Pr ………….......... (7),
dan dari persamaan
(7) diperoleh :
b= atau ........ (8),
maka
Et = …………....…… (9)
Dimana :
Et = elastisitas transmisi harga
δ = diferensiasi atau turunan
Pf = harga rata-rata di
tingkat petani (produsen)
Pr = harga rata-rata di tingkat konsumen
A = konstanta atau titik potong
b = koefisien regresi
IV. GAMBARAN UMUM DAERAH
PENELITIAN
4.1 Sejarah Kotagajah
Asal mula namaKotagajah
didapatkan dari tiga kategori pembukaan yang dilakukan oleh para tetuah desa,
dimana pembukaan desa tersebut antara lain pembukaan oleh warga, pembukaan oleh
transmigrasi, dan pembukaan oleh Yayasan Pembuka Tanah (YAPETA). Pembukaan oleh
YAETA inilah yang banyak berkaitan dengan nama Kotagajah. Semula tanah di
daerah sekitar wilayah ini masih berupa hutan belantara dan milik perorangan,
yaitu milik Ki Santang yang dibeli oleh YAPETA.Hutan ini adalah tempat lalu
lintas Gajah dari selatan ke utara dari barat ke timur karena tempatnya berada
di tengah-tengah dan persimpangan jalan, maka hutan ini berfungsi sebagai
tempat pemberhentian gajah-gajah.
Pada tahun 1954 - 1956 hutan
ini dibuka dengan alat berat yang serba mekanis yang oleh masyarakat pada waktu
itu masih sangat asing. Kotagajah pada waktu itu hanyalah sebutan dan bukan
nama dari desa yang diberikan oleh orang-orang YAPETA saja karena banyak orang
luar yang mencari keluarganya banyak yang tersesat tidak menemukan apa yang
dicarikarena penjelasannya hanya di Kotagajah. Selain itu pada waktu pembukaan
hutan ditemukan kerangka gajah mati yang masih utuh. Melihat keadaan itulah
maka pemerintah daerah TK. II Lampung Tengah menganggap perlu Kotagajah
diwujudkan sebagai desa. Desa Kotagajah diresmikan pada tanggal 12 Januari 1974
dengan kepala desa yang pertama bernama Busro seorang purnawirawan ABRI.
Pelantikan ini diwujudkan dengan surat keputusan Bupati KDH TK. II Lampung
Tengah Nomor 25 Tahun 1973.
Pemerintahan Kecamatan Kotagajah
merupakan kecamatan pemekaran dari wilayah Kecamatan Punggur sejak tahun 2001.
Secara administratif, Kecamatan Kotagajah terbagi menjadi 7 kampung. Sedangkan
banyaknya satuan lingkungan setempat (SLS) terkecil di bawah kampung ialah 166
RT (Statistik Kecamatan Kotagajah2016).
4.2 Gambaran UmumKotagajah
Kecamatan Kotagajahmerupakan
daerah dataran dengan luas 68.05 km2. Kecamatan ini beribukota di Kampung Kotagajahyang
berjarak 14 kilometer dari ibukota Kabupaten Lampung Tengah. Kampung Kotagajahmemiliki
luas wilayah seluas 13,72 km2.
Batas geografis Kecamatan
Kotagajahialah sebagai berikut :
a. Sebelah
Utara : Kecamatan
Terbanggi Besar dan Seputih Raman
b.Sebelah
Selatan :
Kecamatan Gunung Sugih dan Punggur
c. Sebelah
Timur : Kabupaten
Lampung Timur
d.
Sebelah Barat : Kecamatan
Terbanggi Besar dan Gunung Sugih.
Kampung terluas di Kecamatan Kotagajahadalah
Kampung Kotagajahseluas
13,72 km2, diikuti Kampung Sri Tejo Kencono dan Nambah Rejo masing-masing
seluas 10,35 km2 dan 6,08 km2. Sedangkan luas wilayah yang terkecil ialah
Kampung Sapto Mulyo seluas 4,62 km2 atau 10,2 persen dari luas kecamatan(Statistik
Kecamatan Kotagajah2016).
Salah satu tolok ukur kualitas
pamong kampung ialah tingkat pendidikan. Kecamatan Kotagajahdidominasi oleh
mereka yang berpendidikan tamat SLTA yakni mencapai 93 persen. Sedangkan
persentase mereka yang tamat PT sekitar 7 persen. Tidak ada pamong kampung yang
hanya berijazah SD atau pun SMP. Pamong kampung tersebut terdiri dari kepala
dan sekretaris desa yang jumlahnya sebanyak 14 orang. Tingkat pendidikan pamong
kampung ini dapat memengaruhi kinerjanya dalam memberikan pelayanan kepada
masyarakat. Tahun 2015, jumlah sekolah negeri dan swasta SD, SLTP dan SLTA di
Kecamatan Kotagajah, berturut-turut,
ialah 23 SD Sederajat, 9 SLTP
Sederajat dan 3 SLTA Sederajat. Sedangkan jumlah guru yang mengajar di
masing-masing jenjang pendidikan tersebut adalah 333 guru SD, 263 guru SLTP dan 159 guru SLTA Sederajat. (Kotagajahdalam
Angka 2016).
Fasilitas kesehatan yang
umumnya terdapat di level kecamatan ialah Puskesmas. Jumlah puskesmas di
Kecamatan Kotagajahsebanyak 2 unit yang terletak di Kampung Kotagajahdan Sri
Tejo Kencono. Dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat, puskesmas tersebut
didukung 1 unit puskesmas pembantu. Selain puskesmas, di kecamatan ini juga
terdapat 4 tempat praktek dokter dan sekarang praktek bidan bertambah menjadi
34 tempat praktek bidan. Tempat praktek dokter terletak di Kampung Kota Gajah
(3 unit) dan Sri Tejo Kencono (1 unit) (Puskesmas dan Pustu di Kecamatan Kotagajah).
Kotagajahmerupakan salah satu
sentra produksi padi di Lampung Tengah. Di tahun 2015, produksi padi yang dihasilkan
kecamatan ini telah mencapai 39.389 ton atau sekitar 6,38 persen dari produksi
Lampung Tengah. Produksi tersebut berasal dari luas panen seluas 5.706 hektar.
Komoditas tanaman pangan lainnya di Kecamatan Kotagajahialah jagung. Produksi
jagung kecamatan ini pada tahun ini sebanyak 1.402 ton. Produksi jagung
tersebut menyumbang sekitar 0,98 persen dari produksi jagung Lampung Tengah.
Selain itu, Kecamatan Kotagajahjuga memproduksi kacang tanah dan kacang hijau
dimana masingmasing poduksinya sebesar 1 ton.
Fasilitas perdagangan di
Kecamatan Kotagajahrelatif lengkap diantaranya terdapat pasar, minimarket dan
toko/ warung. Keberadaan pasar tersebut terdapat di 3 kampung, yakni Kampung
Sri Tejo Kencono, Kota Gajah dan Kota Gajah Timur. Sementara itu, jumlah
minimarket yang ada di kecamatan ini sebanyak 4 usaha. Keempat minimarket
tersebut berlokasi di Kampung Kota Gajah. Sedangkan jumlah toko/warung sebanyak
85 unit, keadaan ini berbeda dari tahun kemarin karena bertambah. Jumlah toko/
warung yang paling banyak ada di Kampung Kota Gajah yaitu sebanyak 32 usaha.
Jasa perbankan relatif mudah diakses oleh masyarakat yang bertempat tinggal di
Kecamatan Kotagajah. Tidak berbeda dengan keadaan tahun lalu. Di kecamatan ini
tersedia fasilitas perbankan Bank Umum sebanyak 1 unit. Bank tersebut terletak
di Kampung Kota Gajah. Sedangkan banyaknya koperasi yang masih aktif di wilayah
ini ada 16 unit yakni 2 KUD, 12 koperasi simpan pinjam dan 2 lainnya. Kampung
yang paling banyak terdapat koperasi ialah Kampung Kota Gajah dan Kota Gajah
Timur. Jumlah koperasi di kedua kampung tersebut masing-masing sebanyak 6 unit.
Keberadaan bank dan koperasi ini diharapkan dapat mendorong pertumbuhan sektor
riil di Kecamatan Kotagajah(Statistik Daerah Kotagajah, 2016).
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1
Hasil
Penelitian
Data hasil penelitian di Kecamatan Kotagajahmengenai
tataniaga komoditas bawang merah adalah sebagai berikut.
Tabel
1. Identitas Petani Bawang Merah
No
|
Nama Responden
|
Umur(thn)
|
JK
|
PU(Thn)
|
LL(ha)
|
SL
|
Modal (Rp)
|
|
1
|
Rubiyanto
|
49
|
L
|
2.5
|
0.5
|
MS
|
3,390,000
|
|
2
|
Supriyanto
|
45
|
L
|
2.5
|
0.5
|
MS
|
15,015,000
|
|
3
|
Sudar
|
52
|
L
|
2.5
|
0.5
|
MS
|
5,150,000
|
|
4
|
Ari
|
54
|
L
|
2.5
|
1
|
MS
|
10,990,000
|
|
5
|
Salamon
|
57
|
L
|
2.5
|
0.5
|
MS
|
8,965,000
|
|
6
|
Misro
|
45
|
L
|
2.5
|
1
|
MS
|
7,630,000
|
|
7
|
Kateno
|
46
|
L
|
2.5
|
1
|
MS
|
7,900,000
|
|
8
|
Zaenuri
|
43
|
L
|
2.5
|
1
|
MS
|
6,100,000
|
|
9
|
Sukidi
|
55
|
L
|
2.5
|
0.5
|
MS
|
6,360,000
|
|
10
|
Jamal
|
47
|
L
|
2.5
|
0.25
|
MS
|
2,812,500
|
|
11
|
Supardi
|
53
|
L
|
0.5
|
0.25
|
MS
|
3,150,000
|
|
12
|
Teguh
|
53
|
L
|
2.5
|
0.5
|
MS
|
5,455,000
|
|
Jumlah
|
599
|
28
|
7.5
|
82,917,500
|
||||
Rata-rata
|
49.9
|
L
|
2.3
|
0.625
|
MS
|
6,909,792
|
Ket
:
JK
(Jenis Kelamin) L
(Laki-laki) PU (Pengalaman Usaha)
LL (Luas Lahan) SL(Status
Lahan) MS
(Milik sendiri)
Tabel 2. Identitas Pedagang Pengumpul (Tengkulak)
No
|
Nama Responden
|
Umur (thn)
|
Jenis Kelamin
|
Pengalaman Usaha (Tahun)
|
Volume Usaha (kg)
|
|
1
|
Ipul
|
44
|
L
|
5
|
20,000
|
Tabel 3. Identitas Pedagang Pengecer
No
|
Nama
Responden
|
Umur (thn)
|
Jenis Kelamin
|
Skala Usaha
|
Volume Usaha
(kg)
|
||
1
|
Mariyem
|
59
|
P
|
Kecil
|
100
|
||
2
|
Emi
|
19
|
P
|
Kecil
|
80
|
||
3
|
Arifin
|
25
|
L
|
Kecil
|
80
|
||
4
|
Maemunah
|
34
|
P
|
Kecil
|
60
|
||
5
|
Mbah Komariah
|
62
|
P
|
Kecil
|
60
|
||
Jumlah
|
199
|
380
|
|||||
Rata-rata
|
39.8
|
P
|
Kecil
|
76
|
|||
Tabel
4. Identitas Konsumen Akhir Bawang Merah
No
|
Nama
Responden
|
Umur (thn)
|
Jenis Kelamin
|
Status
|
|
1
|
Sumiati
|
46
|
P
|
IRt
|
|
2
|
Aminah
|
49
|
P
|
IRt
|
|
3
|
Yuli Rafi
|
33
|
P
|
IRt
|
|
4
|
Siti Rubiyah
|
50
|
P
|
IRt
|
|
5
|
Sri Maryati
|
47
|
P
|
W
|
|
6
|
Siti Muryani
|
37
|
P
|
P
|
|
7
|
Dasiyem
|
68
|
P
|
IRt
|
|
8
|
Siti Surati
|
32
|
P
|
IRt
|
|
9
|
Sumanti
|
26
|
P
|
W
|
|
10
|
Haryati
|
39
|
P
|
W
|
|
11
|
Misrotun
|
28
|
P
|
IRt
|
|
12
|
Rohayani
|
35
|
P
|
IRt
|
|
Jumlah
|
490
|
||||
Rata-rata
|
40.8
|
P
|
IRt
|
Ket :
IRt: Ibu Rumah Tangga W:
Wiraswasta P:
Petani
Petani bawang merah dalam melakukan kegiatan produksi
bawang merah mengeluarkan beberapa biaya dalam penggunaan faktor produksi yang
dapat dilihat pada Tabel(5), Tabel(6), Tabel(7), Tabel(8) dan Tabel(9)dan total
pengeluaran petani. Lalu, mendapatkan penerimaan dari hasil penjualanpada Tabel(10)
dan Tabel(11).
Tabel 9. Jumlah Modal Petani
No
|
Nama
|
Peralatan
|
Benih
|
Pupuk
|
Pestisida
|
Biaya TK
|
Biaya Angkut
|
Jumlah Modal
|
1
|
Rubiyanto
|
300,000
|
2,000,000
|
580,000
|
210,000
|
300,000
|
0
|
3,390,000
|
2
|
Supriyanto
|
1,575,000
|
10,000,000
|
2,530,000
|
510,000
|
300,000
|
100,000
|
15,015,000
|
3
|
Sudar
|
850,000
|
2,500,000
|
1,060,000
|
340,000
|
300,000
|
100,000
|
5,150,000
|
4
|
Ari
|
1,200,000
|
7,000,000
|
1,730,000
|
460,000
|
500,000
|
100,000
|
10,990,000
|
5
|
Salamon
|
680,000
|
6,000,000
|
1,445,000
|
340,000
|
300,000
|
200,000
|
8,965,000
|
6
|
Misro
|
700,000
|
4,000,000
|
1,870,000
|
460,000
|
500,000
|
100,000
|
7,630,000
|
7
|
Kateno
|
1,200,000
|
4,000,000
|
1,540,000
|
460,000
|
500,000
|
200,000
|
7,900,000
|
8
|
Zaenuri
|
1,175,000
|
2,500,000
|
1,185,000
|
540,000
|
500,000
|
200,000
|
6,100,000
|
9
|
Sukidi
|
400,000
|
5,000,000
|
740,000
|
220,000
|
0
|
0
|
6,360,000
|
10
|
Jamal
|
400,000
|
1,250,000
|
532,500
|
280,000
|
250,000
|
100,000
|
2,812,500
|
11
|
Supardi
|
400,000
|
1,200,000
|
840,000
|
360,000
|
250,000
|
100,000
|
3,150,000
|
12
|
Teguh
|
875,000
|
3,000,000
|
840,000
|
340,000
|
300,000
|
100,000
|
5,455,000
|
Jumlah
|
9,755,000
|
48,450,000
|
14,892,500
|
4,520,000
|
4,000,000
|
1,300,000
|
82,917,500
|
|
|
Rata-Rata
|
812,917
|
4,037,500
|
1,241,042
|
376,667
|
333,333
|
108,333
|
6,909,792
|
Tabel 10. Penjualan dan Harga Jual Petanike Pedagang
Pengumpul
No
|
Nama
|
Luas Lahan (ha)
|
Volume Jual
(Kg)
|
Harga Jual
(Rp/Kg)
|
Nilai
Penjualan(Rp)
|
|
1
|
Rubiyanto
|
0.5
|
300
|
15,000
|
4,500,000
|
|
2
|
Supriyanto
|
0.5
|
4,000
|
15,000
|
60,000,000
|
|
3
|
Sudar
|
0.5
|
750
|
15,000
|
11,250,000
|
|
4
|
Ari
|
1
|
2,500
|
15,000
|
37,500,000
|
|
5
|
Salamon
|
0.5
|
1,500
|
15,000
|
22,500,000
|
|
6
|
Misro
|
1
|
800
|
15,000
|
12,000,000
|
|
7
|
Kateno
|
1
|
1,000
|
15,000
|
15,000,000
|
|
8
|
Zaenuri
|
1
|
3,000
|
15,000
|
45,000,000
|
|
9
|
Sukidi
|
0.5
|
500
|
15,000
|
7,500,000
|
|
10
|
Jamal
|
0.25
|
400
|
15,000
|
6,000,000
|
|
11
|
Supardi
|
0.25
|
300
|
15,000
|
4,500,000
|
|
12
|
Teguh
|
0.5
|
800
|
15,000
|
12,000,000
|
|
|
Jumlah
|
7.5
|
15,850
|
180,000
|
237,750,000
|
|
|
Rata-Rata
|
0.625
|
1,321
|
15,000
|
19,812,500
|
Tabel 11. Keuntungan Petani (Produsen)
No
|
Nama
|
Nilai Penjualan (Rp)
|
Jumlah Modal
(Rp)
|
Keuntungan
(Rp)
|
|
1
|
Rubiyanto
|
4,500,000
|
3,390,000
|
1,110,000
|
|
2
|
Supriyanto
|
60,000,000
|
15,015,000
|
44,985,000
|
|
3
|
Sudar
|
11,250,000
|
5,150,000
|
6,100,000
|
|
4
|
Ari
|
37,500,000
|
10,990,000
|
26,510,000
|
|
5
|
Salamon
|
22,500,000
|
8,965,000
|
13,535,000
|
|
6
|
Misro
|
12,000,000
|
7,630,000
|
4,370,000
|
|
7
|
Kateno
|
15,000,000
|
7,900,000
|
7,100,000
|
|
8
|
Zaenuri
|
45,000,000
|
6,100,000
|
38,900,000
|
|
9
|
Sukidi
|
7,500,000
|
6,360,000
|
1,140,000
|
|
10
|
Jamal
|
6,000,000
|
2,812,500
|
3,187,500
|
|
11
|
Supardi
|
4,500,000
|
3,150,000
|
1,350,000
|
|
12
|
Teguh
|
12,000,000
|
5,455,000
|
6,545,000
|
|
|
Jumlah
|
237750000
|
82,917,500
|
154,832,500
|
|
|
Rata-Rata
|
19812500
|
6,909,792
|
12,902,708
|
Dimana
keuntungan petani/kg :Rp9.768,61/kg
Pengepul melakukan kegiatan pembelian kepada petani dan
menjual bawang merah kepada pengecer yang dapat dilihat pada Tabel(12) dan Tabel(13).
Tabel 12. Volume dan Penjualan Pengumpul ke Pedagang
Pengecer
No
|
Nama
|
Volume (Kg)
|
Harga Beli
|
Pengeluaran pembelian
|
Harga Jual
|
Total
Penerimaan
|
|||
Beli
|
Jual
|
Susut
|
(Rp/kg)
|
(Rp)
|
(Rp/Kg)
|
(Rp)
|
|||
1
|
Ipul
|
20,000
|
19,975
|
25
|
15,000
|
300,000,000
|
18,000
|
359,550,000
|
Tabel 13. Biaya Pemasaran Pedagang Pengumpul
No
|
Nama
|
Penyusutan
(Rp)
|
Transportasi
(Rp)
|
Tenaga Kerja
(Rp)
|
Total Biaya
|
Keuntungan
|
|
1
|
Ipul
|
375,000
|
400,000
|
500,000
|
301,275,000
|
58,275,000
|
Pengecer melakukan pembelian bawang merah dari pengepul
dan penjualan kepada konsumen akhir yang
dapat dilihat pada Tabel(15).
Tabel 15. Volume Pembelian dan Biaya Pemasaran Pedagang
Pengecer
No
|
Nama
|
Volume (Kg)
|
Harga Beli
|
Pengeluaran
|
Harga Jual
|
Penerimaan
|
Transportasi
|
Keuntungan
|
||
Beli
|
Jual
|
(Rp/kg)
|
(Rp)
|
(Rp/Kg)
|
(Rp)
|
(Rp)
|
||||
1
|
Mariyem
|
100
|
100
|
18,000
|
1,800,000
|
21,000
|
2,100,000
|
20,000
|
280,000
|
|
2
|
Emi
|
80
|
80
|
18,000
|
1,440,000
|
21,000
|
1,680,000
|
20,000
|
220,000
|
|
3
|
Arifin
|
80
|
80
|
18,000
|
1,440,000
|
20,000
|
1,600,000
|
30,000
|
130,000
|
|
4
|
Maemunah
|
60
|
60
|
18,000
|
1,080,000
|
21,000
|
1,260,000
|
15,000
|
165,000
|
|
5
|
Mbah Komariah
|
60
|
60
|
18,000
|
1,080,000
|
22,000
|
1,320,000
|
15,000
|
225,000
|
|
Jumlah
|
380
|
380
|
90,000
|
6,840,000
|
105,000
|
7,960,000
|
100,000
|
1,020,000
|
||
|
Rata-Rata
|
76
|
76
|
18,000
|
1,368,000
|
21,000
|
1,592,000
|
20,000
|
204,000
|
Bawang merah pada akhirnya akan sampai kepada kosumen
akhir yang dapat dilihat pada Tabel (16).
Tabel 16. Harga Beli Konsumen Akhir
No
|
Nama
Responden
|
Harga Beli
|
(Rp/kg)
|
||
1
|
Sumiati
|
20,000
|
2
|
Aminah
|
20,000
|
3
|
Yuli Rafi
|
20,000
|
4
|
Siti Rubiyah
|
22,000
|
5
|
Sri Maryati
|
20,000
|
6
|
Siti Muryani
|
20,000
|
7
|
Dasiyem
|
22,000
|
8
|
Siti Surati
|
22,000
|
9
|
Sumanti
|
20,000
|
10
|
Haryati
|
22,000
|
11
|
Misrotun
|
22,000
|
12
|
Rohayani
|
22,000
|
Jumlah
|
252,000
|
|
Rata-rata
|
21,000
|
Tataniaga pertanian bawang merah dari produsen sampai
dengan konsumen akhir memberikan beberapa perbedaan harga yang dapat dilihat
pada Tabel (17), selain itu masing-masing pelaku tataniaga dalam pemasaran
bawang merah terjadi marjin pemasaran pada Tabel(18).
Tabel 17. Harga Jual dan Beli Pelaku Tataniaga Bawang
Merah
No
|
Pelaku
|
Harga Beli
|
Harga Jual
|
(Rp/kg)
|
(Rp/kg)
|
||
1
|
Petani/produsen
|
0
|
15000
|
2
|
Pengepul
|
15000
|
18000
|
3
|
Pengecer
|
18000
|
21000
|
4
|
Konsumen Akhir
|
21000
|
0
|
Tabel 18. Marjin Pemasaran
No
|
Keterangan
|
Satuan
|
Nilai
|
Share (%)
|
1
|
Harga Jual Petani
|
Rp/Kg
|
15,000
|
71.4%
|
2
|
Harga beli pedagang pengumpul
|
Rp/Kg
|
15,000
|
71.4%
|
|
Harga Jual Pedagang Pengumpul
|
Rp/Kg
|
18,000
|
85.7%
|
|
Biaya pemasaran
|
Rp/Kg
|
53.75
|
0.3%
|
|
Penyusutan
|
Rp/Kg
|
18.75
|
0.1%
|
|
Kemasan
|
Rp/Kg
|
0
|
0.0%
|
|
Transportasi
|
Rp/Kg
|
10
|
0.0%
|
|
Tenaga Kerja
|
Rp/Kg
|
25
|
0.1%
|
|
Marjin Pemasaran
|
Rp/Kg
|
3,000
|
14.3%
|
|
Profit Marjin
|
Rp/Kg
|
2,946.25
|
14.0%
|
|
RPM
|
%
|
55
|
5481.4%
|
3
|
Harga beli pedagang pengecer
|
Rp/Kg
|
18,000
|
85.7%
|
|
Harga jual pedagang pengecer
|
Rp/Kg
|
21,000
|
100.0%
|
|
Biaya pemasaran
|
Rp/Kg
|
263.16
|
1.3%
|
|
Penyusutan
|
Rp/Kg
|
0
|
0.0%
|
|
Kemasan
|
Rp/Kg
|
0
|
0.0%
|
|
Transportasi
|
Rp/Kg
|
263.16
|
1.3%
|
|
Tenaga Kerja
|
Rp/Kg
|
0
|
0.0%
|
|
Marjin Pemasaran
|
Rp/Kg
|
3,000
|
14.3%
|
|
Profit Marjin
|
Rp/Kg
|
2,737
|
13.0%
|
|
RPM
|
%
|
10.4
|
1040.0%
|
4
|
Harga beli konsumen
|
Rp/Kg
|
21,000
|
100%
|
5.2
Pembahasan
5.2.1 Struktur Pasar
Struktur pasar pada tataniaga bawang merah di Kecamatan Kotagajah yaitu saat petani menjual kepada
tengkulak, struktus pasar yang terjadi adalah monopsoni dikarenakan banyak
penjual dan satu pembeli. Saat tengkual menjual kembali bawang merah yang
didapatkannya dari petani kepada pengecer, struktur pasar yang terbentuk yaitu
pasar oligopoli dikarenakan tidak banyak pengepul yang menyuplai bawang merah
ke pedagang pengecer. Untuk penjualan dari pedagang pengecer kepada konsumen
akhir, struktur pasar yang terbentuk adalah pasar persaingan sempurna (PPS).
Dimana dalam PPS tersebut banyak penjual dan banyak pembeli.
|
|
|
|
Petani sebagai produsen yang rata-rata pengalaman usahanya baru sekitar 2,3
tahun dalam memproduksi bawang merah seperti yang ditunjukkan pada Tabel (1)
langsung menjual produknya kepada pengepul yang sudah menjadi langgangan
kelompok tani setempat, apabila petani tidak langsung menjual hasil panennya
maka belum ada kepastian bahwa semua bawang merah akan terjual dan biaya
tambahan seperti penyimpanan dan pengangkutan akan memperkecil pendapatan dan
penerimaan. Dalam hal ini, petani sebagai penerima harga dan harga bawang merh
tersebut ditetapkan oleh pengepul. Harga rata-rata yang diberikan pengepul saat
membeli bawang merah dari petani(produsen) adalah sebesar Rp15.000,00 yang
dapat dilihat pada Tabel (10) dan Tabel (12).
Pengepul menyalurkan atau menjual kembali bawang merah akan di salurkan
kepada pedagang pengecer dan harga bawang merah ditetapkanoleh pengepul dan ada
kalanya melalui kegiatan tawar-menawar. Kemudian, bawang merah tersebut akan
sampai kepada konsumen akhir.Kondisi pasar bebrapa saat ini cukup stabil dan
fluktuasi harga tidak terlalu besar. Struktur pasar dalam tataniaga bawang
merah di Kecamatan Kotagajah sudah cukup baik begitupun dalam
pendistribusiannya, dikarenakan petani-petani sudah tergabung kedalam suatu
kelompok tani yang bernama Krida Tani.
5.2.2 Perilaku Pasar
Perilaku pasar adalah sebagai kebiasaan pasar meliputi proses(mental) pengambilan
keputusandan perilaku pasar tidaklah konstan,selalumengalami perubahan sesuai situasi dan kondi yang dapat
mempengaruhi pasar.Perilaku ini terlihat dalam
penentuan harga, promosi, koordinasi kegiatan dalam pasar dan juga dalam
kebijakan produk.
Pembentukan harga
dalam tataniaga bawang merah di Kecamatan Kotagajah sering dilakukan dengan
cara tawar-menawar, pengepul sebagai pemberi harga saat membeli dan menjual
bawang merah, serta pengecer sebagai pemberi harga bagi konsumen akhir yang
ingin membeli bawang merah.
Bawang merah
sebagai bumbu pokok orang Indonesia, termasuk masyarakat Lampung. Saat harga
bawang merah melonjak naik, maka konsumen akan mengurangi permintaan akan
bawang merah dan begitupun sebaliknya. Akan tetapi, permintaan akan bawang
merah selalu ada walaupun harganya tinggi yang disebabkan oleh kebutuhan akan
bawang merah untuk masakan sehari-hari.
5.2.3 Keragaan Pasar
Keragaan pasar dipengaruhi oleh struktur
dan perilaku pasar itu sendiri
dan memusatkan pada tiga aspek pokok yaitu
efisiensi, kemajuan teknologi dan kesinambungan dalam distribusi. Dimana untuk mencapai kinerja yang efektif dan efisien,
petani bwang merah menggunakan perkembangan teknologi dalam memenuhi permintaan
pasar. Berupa penggunaan alat dan mesin pertanian (ALSINTAN) untuk membatu
dalam mengolah tanah, pemberantasan hama, pengendalian organisme pengganggu
tanaman (OPT), pengairan, dll. Sebagai contoh yaitu penggunaan traktor dan
sprayer. Agar lebih efisien, petani juga menggunakan beberapa pestisida yang
ditunjukkan pada Tabel (6) dan menggunakan pupuk pada Tabel (7) agar hasil
panen bawang merah pun optimal.
Kesinambungan dalam
distribusi bawang merah dapat dilihat dari jalur distribusi bawang merah, yaitu
dari petani, pengepul, pengecer, dan konsumen akhir.Dimana keempat pelaku dalam
tataniaga bawang merah ini saling membutuhkan satu sama lainnya. Jalur
distribusi bawang merah tidak memiliki hambatan yang khusus, akan tetapi
kondisi iklim dan lingkungan sangat berpengaruh terhadap jumlah bawang merah
yang ada di pasar yang berpengaruh terhadap permintaan dan penawaran bawang merah.
5.2.4 Margin Pemasaran
Margin pemasaran menunjukkan perbedaan
antara harga yang dibayar oleh konsumen untuk produk dengan harga yang diterima
oleh produsen untuk menghasilkannya margin
pemasaran ditentukan oleh sifat produk, selera
dan preferensi konsumen, memperhatikan jasa-jasa pemasaran, masalah penjualan
yang berkaitan dengan pemasaran. Besarnya marjin pemasaran dapat bertambah
dikarenakan tidak efisiennya jasa-jasa pemasaran prasarana
pemasaransertakeuntungan para perantara dan pengolah yang tidak wajar.Dapat diketahui bahwa marjin pemasaran dapat
menunjukkan selisih antara harga di tingkat produsen
(Pf) dengan harga di tingkat konsumen (Pr).
Besarnya marjin
pemasaran bawang merah dari semua pelaku tataniaga dapat dilihat pada Tabel
(18). Terdapat share yang menunjukkanpersebaran
pangsa pasar, share dapat dicari
dengan membagikan nilai pada masing-masing
biaya yang dikeluarkan dibagi dengan harga akhir komoditas bawang merahyang perlu dibayarkan oleh konsumen akhir.
Harga jual komoditas bawang merah kepada pengepul ditingkat petani (produsen)
yaitu sebesar Rp15.000,00/kg, sedangkan harga jual bawang merah dari pengepul
tersebut kepada pedagang eceran sebesar Rp18.000,00/kg, dari nilai tersebut
dapat diketahui bahwa marjin pemasaran bawang merah ditingkat pengepul sebesar
Rp3.000,00/kg. Marjin yang cukup besar ini disebabkan oleh rendahnya biaya yang
perlu dikeluarkan oleh pengepul, dimana biaya angkut bawang merah saat
pembelian bawang merah kepada petani biaya angkut dibebankan kepada petani
sesuai dengan Tabel (9), lalu pengeluaran biaya transportasi saat
mendistribusikan bawang merah kepada pengecer, biaya penyusutan bawang merah,
serta tenaga kerja yang tidak terlalu tinggi. Share marjin pemasaran di tingkat
pengepul yaitu sebesar 14,3%. Dimana sesuai dengan Tabel (12) dan Tabel (13), harga bawang merah sebesar Rp15.000/kg dan beberapa
pengeluaran lainnya didapatkan total
biaya yang dikeluarkan pengepul yaitu sebesar Rp301.075.000,00
untuk 20.000 kg bawang merah yang pengepul beli.
Bawang merah yang
didapat dari petani akan dijual kembali dengan harga Rp18.000,00/kgkepada
pengecer dan mendapatkan pendapatan sebesar Rp359.550.000,00
dan keuntungan bersih pengepul(pengumpul) sesuai Tabel (13) yaitu sebesar Rp58.475.000,00
dan untuk lebih rincinya, profit(keuntungan) dalam pemasaran bawang merah
ditingkat pengepul yaitu sebesar Rp2.946,25/kg
dan share profit marjinnya sebesar 14%.
Bawang merah yang
dijual kembali oleh pedagang pengecer dengan harga Rp21.000,00/kg dan harga
beli ke pedagang pengepul/pengumpul sebesar Rp18.000,00/kg bawang merah. Marjin
yang cukup besar tersebut disebabkan oleh pengeluaran pengecer hanya sebatas
untuk transportasi dan pembelian bawang merah sesuai pada Tabel (15). Marjin
pemasaran di tingkat pengecer ini yaitu sebesar Rp3.000,00/kg dan share marjin
pemasaran yaitu sebesar 14,3%. Profit marjin pemasaran di tingkat pedagang
pengecer yaitu sebesar Rp2.737,00/kg dengan nilai share 13%.Untuk keuntungan
rata-rata petani sebagai produsen yaitu sebesar 9.768,61/kg
bawang merah dan nilai share petani terhadap harga akhir yang diterima konsumen
akhir yaitu sebesar
71,4 %, dan share
ditingkat konsumen akhir sebesar 100%.
Marjin pemasaran
petani berbeda cukup jauh dengan pengepul dan pengecer yaitu 71,4% dengan
14,3%, begitupun keuntungan tiap pelaku tataniaga yang berbeda. Hal tersebut
menunjukkan bahwa sistem tataniaga komoditas bawang merah di Kecamatan Kotagajah
kurang efisien.
5.2.5 Pangsa Produsen (Market Share) dan Pangsa Pasar(Producen
Share)
Pangsa pasar sering digunakan sebagai
indikator untuk melihat adanya kekuatan pasar suatu perusahaan dalam pasar.
Pangsa pasar yang besar biasanya menandakan kekuatan pasar yang besar dalam
menghadapi persaingan dan sebaliknya.
Pangsa pasar yang besar akan menendakan kekuatan pasar yang besar sebaliknya
pangsa pasar yang kecil menandakan perusahaan tidak mampu bersaing pada tekanan
persaingan.
Pangsa produsen dapat dicari dengan membagikanharga yang dibayarkonsumen
akhir dan harga di tingkat
produsen. Di kecamatan Kotagajah, diketahui bahwa
rata-rata harga yang diterima petani (Pf) sebesar Rp15.000,00/kg, sedangkan rata-rata
harga yang diterima dan dibayarkan
konsumen sebesar
Rp21.000,00/kg. Sehingga pangsa
produsen bawang merah
di Kecamatan Kotagajah
sebesar71,4%.
Pelaku tataniaga
dalam pemasaran bawang merah di kecamatan kota yaitu melalui perantara pengepul dan
pedagang pengecer dimana memiliki pangsa pasar yang cukup merata yaitu sebesar
14,3%, dimana masing-masing pelaku dalam sistem pemasaran mendapat keuntungan yang
cukup besar. Pangsa pasar produsen memiliki nilai yang paling besar dan
menunjukan bahwa kekuatan produsen berpengaruh besar terhadap sistem tataniaga
komoditas bawang merah di Kecamatan Kotagajah.
5.2.6 Ratio
Profit Margin
(RPM)
Menurut Murbyanto (1987), rasio
profit margin adalah
perbandingan antara net operating income
dengan net sales. Dengan kata lain
dapatlah dikatakan bahwa rasio profit margin adalah selisih antara net sales dengan operating expenses ( harga pokok penjualan ditambah biaya adminitrasi ditambah biaya umum), selisih mana
dinyatakan dalam persentase dari net
sales. Gross margin ratio adalah
merupakan ratio atau perimbangan antara gross profit (laba kotor) yang
diperoleh perusahaan dengan tingkat penjualan yang dicapai.
Nilai RPM komoditas bawang merah di Kecamata Kotagajah pada pedagang pengupul sebesar 5.481,4%
dan dan RPM
pada pedagang pengecer sebesar 1.040%.
nilai masing-masing RPM berbeda satu sama lainnya disebabkan oleh besarnya
biaya dan keuntungan masing-masing pelaku pemasaran tersebut berbeda.RPMyang tidak merata menujukkan adanya kesenjangan pada pengambilan keuntungan
diantara lembaga atau pelaku tataniaga tersebut.
Nilai RPM yang paling besar yaitu di tingkat
pengepul, sebesar 5.481,4%, hal ini menunjukkan bahwa pengepul mendapatkan
keuntungan yang tidak wajar. Nilai tersebut bisa disebabkan oleh biaya tenaga
kerja, tansportasi, dan penyusutan yang tidak terlalu tinggi, serta jumlah
barang yang dijual sangat banyak sehingga pembagi biaya untuk tiap kilogramnya.
Hanya sebesar Rp53,75/kg bawang merah, Dimana pada tingkat lembaga
pengepul ini bawang merah ditimbun untuk dijual kembali kepada pedagang
pengecer yang membeli dalam jumlah yang lumayan banyak.
VI.
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil
dari laporan penelitian ini adalah sebagai berikut.
1.Struktus
pasar dalam tataniaga tergantung jumlah pelaku dan pembentuk harga. Pasar
antara petani dan pengepul berstruktur monopsoni, pasar antara pengepul dan
pengecer berstruktur oligopoli, serta pasar antara pengecer dan konsumen akhir
yaitu PPS.
2.Perilaku
pasar komoditi pembelian dan penjualan bawang merah tergantung kepada tingkat
harga. Apabila harga tinggi maka penawaran akan bertambah akan tetapi
permintaan berkurang. Pembentukan harga bisa ditetapkan oleh si penjual,
pembeli, atau melalui kegiatan tawar-menawar.
3.Keragaan
pasarbawang merah tidak memiliki
hambatan yang khusus, akan tetapi kondisi iklim dan lingkungan sangat
berpengaruh terhadap jumlah bawang merah yang ada di pasar yang berpengaruh
terhadap permintaan dan penawaran bawang merah.
4.Marjin pemasaran petani berbeda cukup jauh dengan
pengepul dan pengecer yaitu 71,4% dengan 14,3%, begitupun keuntungan tiap
pelaku tataniaga yang berbeda. Hal tersebut menunjukkan bahwa sistem
tataniaga komoditas bawang
merah di Kecamatan Kotagajah
kurang efisien.
5.Pangsa pasar produsen memiliki nilai yang paling besar (71,4%)
dan menunjukan bahwa kekuatan produsen berpengaruh besar terhadap sistem
tataniaga komoditas bawang merah di Kecamatan Kotagajah.
6.Nilai RPM yang paling
besar yaitu di tingkat pengepul (5.481,4%),
menunjukkan bahwa pengepul mendapatkan keuntungan yang tidak wajar akibat biaya
tenaga kerja, tansportasi, dan penyusutan yang tidak terlalu tinggi, serta
jumlah barang yang dijual sangat banyak sehingga pembagi biaya untuk tiap kilogramnya.
6.2 Saran
Saran yang dapat kami berikan
dalam proses penelitian ini adalah sebagai berikut.
1.Marjin
pemasaran akan lebih baik apabila nilai satu dengan lainnya tidak terlalu
besar.
2.Harga
bawang merah setidaknya harus stabil serta ditetapkannya harga atap dan dasar
bawang merah.
3.Penyebaran
informasi tentang harga dasar dan atap kepada semua pelaku atau lembaga
tataniaga bawang merah.
DAFTAR PUSTAKA
BPS Kabupaten Lampung Tengah. 2016. Statistik Daerah Kecamatan Kotagajah 2016.Badan
Pusat Statistik Kabupaten Lampung Tengah. Lampung.
BPS Kabupaten Lampung Tengah. 2016. Kota Gajah dalam Angka 2016.Badan Pusat
Statistik Kabupaten Lampung Tengah. Lampung.
Gultom.
H.L.T. 1996. Tata
Niaga Pertanian. USU Press. Medan.
Kotler,
P. 2001. Manajemen Pemasaran. Edisi
Millenium.Prehallindo. Jakarta.
Kotler, P.2002.ManajemenPemasaran, Edisi Millenium, Jilid 2.
PT Prenhallindo. Jakarta.
Limbong,
W. H. dan Sitorus, P. 1987. Pengantar
Tataniaga Pertanian. Diktat IPB. Bogor.
Mubyarto.1987. Pengantar
Ekonomi Pertanian. LP3ES. Yogyakarta.
Pitojo, S.2003. BenihBawang Merah. Penerbit Kansius. Yogyakarta.
Samadi, Budidan BambangCahyono.2005. Bawang Merah Interaksi Usaha Tani.
Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
Soekartawi.1994. Prinsip
Dasar Ekonomi Pertanian: Teori dan Aplikasi. Rajawali Press. Jakarta.
Wibowo,
S. 2005. BudiDaya Bawang Putih, Merah dan Bombay. Penebar Swadaya. Jakarta.
LAMPIRAN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar