TIPE ALAT MULUT DAN TANDA SERANGAN
(Laporan Praktikum
Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman)
Oleh
Tia Nur Fitriani
1614131086
Kelompok 5
JURUSAN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2017
I.
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Serangga yang
termasuk kelas insecta terdapat berbagai macam ordo dan spesies yang beragam.
Beberapa diantaranya sering kita temui di kehidupan sehari-hari. Serangga
memiliki atau termasuk anggota hama terbanyak yang menyerang tanaman, termasuk
tanaman pertanian.
Serangga memiliki
bentuk yang beragam tergantung jenis dari serangga tersebut. Banyak dari
serangga tersebut memiliki kesamaan bentuk, warna, tipe mulut, dan sebagainya.
Adapun permasalahan serangga yang sebagian besar menjadi hama tanaman akan
membawa dampak buruk bagi petani yang tumbuhannya terserang, meskipun begitu
masih ada beberapa serangga yang berperan lain. Serangga dapat merusak,
memakan, dan mematikan tanaman. Sehingga hasil produksi pun menurun.
Serangga yang sering kita temui antara lain yaitu belalang,
walang sangit, kepik, capung, dll. Masing-masing serangga memiliki alat
mulutnya sendiri-sendiri. Dimana serangga tersebut memiliki ciri, daur hidup,
metamorfosis, dan pola penyerangan yang beragam. Dalam menyerang tumbuhan,
kebanyakan hama menggunakan mulutkan dan meningggalkan bekas atau gejala akibat
serangannya tersebut.
Oleh karena
banyaknya jenis seranggadengan tipe mulut dan tanda serangan yang berbeda, maka
dilakukannya praktikum ini untuk tipe alat mulut dan tanda serangan hama atau
serangga ersebut.
1.2 Tujuan
Praktikum
Adapun tujuan dari
praktikum ini adalahsebagai berikut.
1.
Mengenal
lebih dalam tipe-tipe alat mulut hama
2.
Mengenal
tanda serangan (kerusakan) yang diakibatkan oleh alat mulut bertipe penggigit
pengunyah (mandibulata) dan penusuk pengisap (haustelata).
II.
METODOLOGI PRAKTIKUM
2.1 Waktu
dan Tempat
Adapun praktikum dilaksanakan
pada hari Kamis, 12 Oktober 2017. Praktikum dilakukan di Laboratorium Hama dan
Penyakit Tumbuhan yang terdapat diFakultas Pertanian Universitas Lampung
2.2 Alat
dan Bahan
Alat-alat yang
digunakan dalam praktikum ini yaitu alat tulis, kertas HVS, dll. Sedangkan
bahan yang digunakan adalah dua sampel kakao yang terserang hama, bulir padi
yang terserang walang sangit, daun jeruk nipis yang di makan belalang, dan daun
kelapa yang rusak akibat serangan hama.
2.3 Cara
Kerja
Langkah-langkah praktikum ini yaitu dimulai dengan disiapkannya alat tulis
dan beberapa lembar kertas HVS. Lalu dengan teliti sampel dari masing-masing
sampel yang terserang hama atau serangga mulai dari kakao, bulir padi, daun
jeruk nipis, dan daun kelapa.yang ada di meja tiap kelompok diamati dan
digambar dalam kertas HVS. Diamati tanda serangan hama, yaitu ciri-ciri
serangan serangga atau hama. Sampel dan tanda serangan digambar dengan teliti
dan dicatat nama dari serangga tersebut dalam hasil praktikum.
III.
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil
Adapun hasil dari praktikum ini adalah sebagai berikut.
|
Nama inang : kakao
Gejala serangan : timbul bintik-bintik cokelat pada
kulit luar, lalu buah akan membusuk dan berlubang.
Tipe alat mulut : haustelata
|
|
Nama inang : kakao
Gejala serangan : timbul bintik- bintik putih yang
melekat pada kulit buah dan menumpuk.
Tipe alat mulut : haustelata
|
|
Nama inang : padi
Gejala serangan : bulir padi kosong, karena sudah
dihisap oleh walang sangit
Tipe alat mulut : haustelata
|
Belalang (Valanga nigricornis)
|
Nama inang : daun kelapa
Gejala serangan : timbul bercak cokelat memanjang yang
menyebabkan daun menjadi keriput
Tipe alat mulut : mandibulata
|
|
Nama inang : daun jeruk nipis
Gejala serangan : Menggigit daun yang diawali dari
pinggiran helaian daun. Hingga lama-lama kelamaan sampai ketulang daun.
Tipe alat mulut : mandibulata
|
3.2 Pembahasan
Kepik (Helopeltis sp.) yang menyerang kakao. Hama
ini merupakan salah satu hama utama tanaman kakao di Indonesia menyerang buah
dan tunas muda. Serangan pada buah muda menyebabkan buah mati, sedangkan
pada buah tua menyebabkan bentuk buah abnormal. Serangan pada buah dapat menurunkan
daya hasil 42%. Sedangkan serangan berat dan berulang-ulang pada pucuk tanaman
dapat menekan produksi kakao 36-75%. Penyebaran hama meliputi Jawa, Sumatera,
Sulawesi, Kalimantan dan Papua.
Pucuk yang
terserang yaitu tanaman muda masih lunak dengan daun belum membuka, sehingga
daun layu, gugur kemudian ranting layu mengering dan meranggas serta tampak
seperti lidi. Pada buah kakao, kepik menyukai buah muda dan buah mendekati
matang. Buah yang terserang menunjukkan bekas tusukan berupa bercak-bercak
cekung berwarna coklat-hitam, berukuran ± 2-3 mm pada permukaan buah akibat
tusukan stylet nimfa dan imago. Letak bercak-bercak cenderung pada ujung buah. Buah
yang terserang berat, tampak seluruh permukaan buah dipenuhi bekas tusukan
hitam dan kering, dimana kulit buah kering dan retak-retak. Buah muda berukuran
kurang dari 5 cm menjadi kering dan rontok apabila terjadi serangan berat
(Sukamto, 2007).
Kepik penghisap
buah merupakan anggota dari ordo hemiptera dengan tipe mulut haustelata dan
metamorphosis paurometabola. Pada umumnya bagian yang diserang adalah bagian
buah.Pengendalian yang efektif dan efisien sampai saat ini dengan insektisida
pada areal yang terbatas yaitu bila serangan helopeltis >15% penyemprotan
dilakukan secara menyeluruh. Selain itu hama helopeltis juga dapat dikendalikan
secara biologis, menggunakan semut hitam. Sarang semut dibuat dari daun kakao
kering atau daun kelapa diletakkan di atas jorket dan diolesi gula (Wigiman.
2003.)
Pengendalian dengan
Musuh Alami, parasitoid : Euphurus hclopeltianus, cacing parasit pada nimfa :
agianarata paradacamadata, patogen: Metharizium anisopliae, Beauveria bassiana,
predator: Coccineiia sp, semut hitam (D. bittfbēreufatus), semut rangrang (Occophyih smaragdina), burung kapinis (Collocalia esculent), dll (Pracaya. 2007).
Kutu putihyang
biasanya terdapat pada kulit kakao adalah kutu yang dapat menjadi hama dan
sekaligus juga dapat menjadi alternatif pengendalian hama lainnya seperti
penggerek buah kakao dan penghisap buah kakao. Kutu yang temasuk ke dalam
family pseudococeae dan ordo homoptera ini menjadi hama jika menyerang bunga,
calon buah, tunas, dan daun-daun muda tanaman kakao. Sedangkan jika menempel
pada buah, kutu putih justru dapat mengundang semut hitam yang merupakan
predator beberapa hama.
Simbiosis antar semut
dan kutu putih ini dapat menguntungkan
tanaman
inangnya
karena semut dapat menghambat
penyerangan hama lain pada tanaman inang seperti semut pada tanaman kakao yang menghalangi hama penggerek buah kakao yaitu Conopomorpha cramerella dan Helopelthis antonii. Hubungan antara
semut dan kutu putih ini berkorelasi positif, semakin banyak kutu putih yang
ada pada tanaman kakao tersebut, maka semakin banyak pula semut yang datang.
Sebaliknya hubungan antara semut dengan
serangga C. cramerella dan H. antonii berkorelasi negatif, yaitu
semakin banyak semut yang ada pada tanaman kakao, maka akan semakin sedikit hama
ini yang menyerang tanaman tersebut
(William, 2004).
Walang sangit (Leptocorixa acuta) yang menyerang
padi, memiliki ukuran tubuh yang kecil , memiliki aroma yang khas dan
menyengat, serangga ini biasanya menyerang tanaman padi tepat pada saat tanaman
padi baru berbuah susu, cara penyerangan hama ini dengan cera menusuk dan
menghisap bulir padi hingga mengakibatkan bulir atau biji padi menjadi hampa dan tidak berisi, hal inilah yang
membuat kualitas dan pendapatan hasil panen menjadi menurun (Herman. 2003);
Walang sangit (Laptocarisa acuta) termasuk ke dalam
ordo hemiptera secara umum morfologinya tersusun dari antenna, caput, toraks,
abdomen, tungkai depan, tungkai belakang, sayap depan dan sayap belakang. Tipe
alat mulut yaitu penusuk penghisap dengan kemampuan mandibular berkembang
dengan baik dalam bentuk parus yang biasanya beruas, dan ramping yang timbul di
bagian depan kepala dan umumnya menjulur ke belakang sepanjang sisi ventral
tubuh, kadang-kadang tepat di belakang dasardasar tungkai belakang. Walang
sangit mengalami metamorfosis sederhana yang perkembangannya dimulai dari
stadia telur, nimfa dan imago.
Walang sangit
mengisap cairan bulir padi dengan cara menusukkan stiletnya. Hilangnya cairan
biji menyebabkan biji padi menjadi mengecil tetapi jarang yang menjadi hampa
karena walang sangit tidak dapat mengosongkan seluruh isi biji yang sedang
tumbuh. Jika bulir yang matang susu tidak tersedia, walang sangit juga masih
dapat menyerang atau menghisap bulir padi yang mulai mengeras dengan cara
mengeluarkan enzim yang dapat mencerna karbohidrat. Dalam prosesnya walang
sangit mengkontaminasi biji dengan mikroorganisme yang dapat mengakibatkan biji
berubah warna dan rapuh. Kerusakan dalam fase ini lebih bersifat kualitatif.
Pada proses penggilingan, bulir-bulir padi akan rapuh dan mudah patah. Walang
sangit juga bisa menjadi vektor patogen Helminthosporium
oryzae.
Kumbang janur
kelapa (Brontisa sp.) saat ini
menjadi ancaman bagi perkelapaan nasional maupun internasional. Serangan berat
hama ini dapat mengakibatkan penurunan produksi hingga 50% dan kematian tanaman
muda sekitar 5%. Kumbang janur kelapa dikenal sebagai hama yang polifag atau
memakan lebih dari satu jenis tumbuhan/tanaman. Selain kelapa sebagai tanaman
yang paling disukai, hama ini juga menyerang tanaman palma lainnya seperti
Pinang, sagu, California Fan palm, dll. (Balitka, 2009).
Gejala serangan Brontispa longissima mudah dikenali.
Imago dan larva hama ini mulai menyerang pucuk kelapa yang belum terbuka dab
menggerek lapisan epidermis parenchyma daun, sehingga menimbulkan bercak-bercak
cokelat memanjang dalam suatu garis lurus dan garis-garis tersebut sejajar satu
dengan lainnya. Serangan terus menerus menyebabkan bercak-bercak ini kemudian
menyatu sehingga daun berwarna kecokelatan kemudian mengering, kelihatan
megeriput, sehingga setelah pelepah terbuka penuh daun kelihatan seperti
terbakar.
Upaya pengendalian
kumbang janur kelapa di Kalimantan Barat masih terbatas hanya secara mekanis
dan sedikit dengan menggunakan insektisida kimiawi. Pengendalian secara hayati
belum banyak dikembangkan karena masih terbatasnya informasi mengenai
keberadaan musuh alami hama kumbang janur kelapa di Kalimantan Barat serta
teknologi aplikasinya di lapangan. Padahal pengendalian kumbang janur kelapa
secara hayati merupakan prospek besar dan potensial untuk dilakukan. Hal ini
bukan saja karena metode ini lebih ramah lingkungan akan tetapi juga karena
banyak musuh alami dari hama kumbang janur kelapa.
Belalang kayu (Valanga nigricornis), yang biasanya
menyerang tanaman dan bersifat merugikan. Bagian tubuh terdiri dari kepala,
toraks, dan abdomen. Gejala serangan yaitu menggigit daun yg diawali dari
pinggiran helaian daun. Hingga lama-lama kelamaan sampai ketulang daun. Ciri
khas serangannya berbentuk gerigi. Inang terserang hama yaitu daun, bunga,
ranting tanaman.
Secara umum
alat-alat mulut serangga terdiri dari : Labrum (bibir atas), Sepasang mandibel
(geraham pertama), Sepasang maksila (geraham kedua), Labium (bibir bawah), dan
Epifaring (lidah).Bagian–bagian mulut serangga dapat diklasifikasikan menjadi
dua tipe umum, mandibulata (pengunyah) dan haustelata (penghisap).
Tipe alat mulut
pengunyah, mandibel bergerak secara transversal yaitu dari sisi ke sisi, dan
serangga tersebut biasanya mampu menggigit dan mengunyah makanannya. Tipe mulut penghisap memiliki bagian-bagian
dengan bentuk seperti probosis yang memanjang atau paruh dan melalui alat itu
makanan cair dihisap. Mandibel pada bagian mulut penghisap mungkin memanjang
dan berbentuk stilet atau tidak ada. Contoh serangga dengan tipe alat mulut
menggigit mengunyah yaitu ordo Coleoptera, Orthoptera, Isoptera, dan
Lepidoptera.
Tipe alat mulut
mengunyah dan menghisap. Tipe alat mulut ini diwakili oleh tipe alat mulut
lebah madu Apis cerana (Hymenoptera, Apidae) merupakan tipe kombinasi yang
struktur labrum dan mandibelnya serupa dengan tipe alat mulut menggigit
mengunyah, tapi maksila dan labiumnya memanjang dan menyatu. Glosa merupakan
bagian dari labium yang berbentuk memanjang sedangkan ujungnya menyerupai lidah
yang berbulu disebut flabelum yang dapat bergerak menyusup dan menarik untuk
mencapai cairan nektar yang ada di dalam bunga. Tipe alat mulut menusuk
mengisap. Kepik, mempunyai alat mulut menusuk mengisap, misalnya Scotinophara
(Heteroptera). Alat mulut yang paling menonjol adalah labium, yang berfungsi
menjadi selongsong stilet. Ada empat stilet yang sangat runcing yang berfungsi
sebagai alat penusuk dan mengisap cairan tanaman.
Selain kedua tipe
tersebut, masih ada beberapa tipe mulut. Tipe alat mulut menjilat mengisap, tipe
alat mulut ini misalnya pada alat mulut lalat (Diptera). Tipe alat mulut mengisap
biasanya terdapat pada ngengat dan kupu-kupu dewasa (Lepidoptera) dan merupakan
tipe yang khusus. Keempat stilet berasal dari sepasang maksila dan mandibel ini
merupakan suatu perubahan bentuk dari alat mulut serangga pengunyah (Triharso.
1996)
IV.
KESIMPULAN
Adapun kesimpulan dari praktikum ini adalah sebagai
berikut.
1.
Tipe
alat mulut hama yang sering disekitar kita ada dua, yaitu mandibulata
(penggigit penngunyah) dan haustelata (penusuk pengisap)
2.
Ciri
atau gejala serangan haustelata yaitu adanya bercak-bercak cokelat pada tubuhan
yang diserang.
3.
Gejala
serangan mandibulata daun yang robek atau rusak.
4.
Ordo
yang termasuk haustelata yaitu hemiptera, diptera, dan thysanoptera.
5.
Ordo
yang temasuk mandibulata yaitu odonata, coleoptera, isoptera, dan orthoptera.
6.
Contoh
serangga haustelata adalah wereng dan kepik.
7.
Contoh
serangga mandibulata adalah penggorok dan belalang.
Balai Besar Pusat pertanian Tanaman Pangan (BBP2TP)
Ambon. 2013. Insektisida Nabati
Pengendalian Hama Berwawasan Lingkungan, diakses tanggal 27 September 2015 pukul 22.10 WIB.
Balitka. 2009. Hama Daun Kelapa Mengancam Perkelapaan
Nasional dan Internasional. Balai Penelitian Tanaman Kelapa dan Palma Lain
(BALITKA)
Herman. 2003. Rugi Akibat Hama Walang Sangit. Sumbawa:
Gaung Post
Sukamto, et al. 2007. Pengenalan dan Pengendalian Hama
Penyakit Tanaman Kakao. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia. Dicetak oleh
Megah Oset Arjasa, Jember
Triharso. 1996. Dasar-dasar Perlindungan Tanaman. Gadjah
Mada University Press, Yogyakarta.
Wigiman. 2003. Hama Tanama: Cermin Morfologi ,biologi dan
gejala serangan. Yogyakarta: Gajah Mada UnivercityPracaya. 2007. Hama dan
Penyakit Tanaman. Jakarta: Penebar Swadaya
Williams DJ. 2004.
Mealybugs of southern Asia. The Natural History Museum, London.
LAMPIRAN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar