PENGENALAN GEJALA DAN TANDA PENYAKIT TANAMAN
(Laporan Praktikum
Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman)
Oleh
Tia Nur Fitriani
1614131086
Kelompok 5
JURUSAN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2017
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Jagungmerupakansalahsatujenisbahanmakanan
yang mengandungsumberhidratarang yang dapatdigunakanuntukmenggantikan
(mensubstitusi) berassebab.jagungmemilikikalori
yang hampirsamadengankalori yang terkandungpadapadi, kandungan protein di dalambijijagungsamadenganbijipadi,
sehinggajagungdapat pula menyumbangkansebagiankebutuhan protein yang
diperlukanmanusia, dan jagungdapattumbuhpadaberbagaimacamtanah,
bahkanpadakondisitanah yang agakkering pun jagungmasihdapatditanam (AAK, 2006).
Penyakitbulaiadalahpenyakit terpenting pada pertanian jagung di Indonesia. Kerugian
karena penyakit ini dapat mencapai kerugian hingga 90%, sehingga penyakit ini
menyebabkan penanaman jagung mengandung resiko yang tinggi. Walaupun ada 5
species Peronosclerospora penyebab penyakit bulai pada tanaman jagung telah
dilaporkan (Renfo, 1980) hanya ada 2 species yang telah dilaporkan sampai saat
ini di Indonesia yaitu P. maydis dan P .
philippinensis (Wakman, 2001).
Tanaman jeruk (Citrus spp) merupakan salah satu tanaman
hortikultura yang sangat penting dalam perekonomian masyarakat. Tanaman ini
sudah lama dikenal dan dibudidayakan di Indonesia. Di Indonesia budidaya dan
penelitian jeruk sedang dalam taraf berkembang meskipun sebenarnya usaha ini
sudah dilaksanakan orang sejak jaman sebelum kemerdekaan. Dewasa ini usaha
perkebunan dan penanaman jeruk tidak hanya terpusat di Jawa, tetapi juga sudah
hampir merata di daerah-daerah lain yang kondisi iklim dan tanahnya cocok untuk
ditanami jeruk (Sarwono, 1986).
Luas panen pada
tahun 1979 mencapai 26.977 hektar di seluruh Indonesia. Tahun 1981 berkembang
menjadi 55.073 hektar. Pada tahun 1982 turun menjadi 39.167 hektar, akibat
serangan penyakit Citrus Vein Phloem
Degeneration (CVPD). Produktivitasnya masih tergolong rendah apabila
dibandingkan dengan produksi normal. Rendahnya produktivitas tersebut antara
lain disebabkan oleh penggunaan tanaman yang kurang baik, belum berkembangnya
teknik budidaya serta yang paling penting adalah terjadinya serangan pathogen
penyebab penyakit Citrus Vein Phloem
Degeneration (CVPD) hampir pada seluruh pertanaman jeruk di Indonesia.
Sekitar 9 juta pohon jeruk di sebelas provinsi di Indonesia mengidap penyakit
ini (Sarwono, 1986).
Patogen
menyesuaikan diri dalam kolonisasi sejumlah tanaman inang saja.Secara umum
tanaman mencoba untuk melawan proses invasi patogen danmemiliki seluruh
mekanisme pertahanan untuk mencegah patogen tersebut.Setiap patogen memiliki
cara khas sendiri untuk mengatasi respon pertahanantanaman tersebut, untuk masuk
ke inangnya dan menggunakannya untukkelangsungan hidupnya. Patogen telah
mengembangkan penentu patogenitasdisesuaikan dengan inang yang akan
dimasukinyaa dan mekanisme untukmenghindari serta menekan respon pertahanan,
patogen bermacam-macam. Oleh karena itu, diperlukan praktikum ini untukk
mengenal dan mengetahui tanda dan gejala penyakit tanaman (Mes, 1999).
1.2 Tujuan
Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut.
1.
Mengenal
gejala dan tanda penyakit pada tanaman.
2.
Mengetahui
jenis penyakit penting pada tanaman.
3.
Mengetahui
perbedaan antara gejala dan tanda penyakit tanaman.
II.
METODOLOGI PRAKTIKUM
2.1 Waktu
dan Tempat
Adapun
praktikum dilaksanakan pada hari Kamis, 18 Oktober 2017. Praktikum dilakukan di
Laboratorium Hama dan Penyakit Tumbuhan yang terdapat diFakultas Pertanian
Universitas Lampung.
2.2 Alat
dan Bahan
Alat-alat
yang digunakan dalam praktikum ini yaitu alat tulis, kertas HVS, dll. Sedangkan
bahan yang digunakan adalah sampel dari daun jagung yang terjangkit bulai, daun
singkong yang terjangkit bercak daun baur, daun pisang yang terjangkit bercak
cordana, dan daun jeruk nipis yang terjangkit CVPD yang sudah disiapkan oleh
asisten praktikum.
2.3 Cara
Kerja
Langkah-langkah praktikum ini yaitu dimulai dengan
disiapkannya alat tulis dan beberapa lembar kertas HVS. Lalu dengan teliti
sampel dari masing-masing sampel dengan penyakitnya yang terdapat di meja tiap
kelompok, diamati dan digambar dalam kertas HVS. Tanda dan gejala digambar
dengan teliti dan dicatat dalam hasil praktikum. Kemudian dicatat gejala lain
yang diberikan secara lengkap oleh asisten praktikum.
III.
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil
Praktikum
Adapun
hasil praktikum pengenalan ciri umum kelompok serangga I adalah sebagai
berikut.
No.
|
Gambar
|
Keterangan
|
1.
|
Penyakit Bulai pada Tanaman
Jagung (Peronosclerospora mayolis)
|
1. Bercak hijau
2. Bercak kuning
|
2.
|
Bercak Daun Baur pada
Singkong (Cerocospora ciscosae)
|
1. Bercak cokelat
2. Pusat bewarna abu-abu
|
3.
|
Bercak Daun Cordana pada
Pisang (Cordana musae)
|
1. Bercak cokelat pucat
2. Pinggir kemerahan
|
4.
|
Penyakit CVPD pada Jeruk (Liberobacter asiaticus)
|
1. Daging daung bewarna
kuning
2. Daun kaku
Tulang daun bewarna gelap
3. Ampak bercak-bercak
|
3.2 Pembahasan
Penyakit bulai disebabkan oleh Peronosclerospora maydis. P. maydis akan dapat menginfeksi tanaman
jagung jika tersedia air, baik air embun maupun air hujan dan air gutasi.
Gejala yang ditimbulkan pada tanaman jagung dapat berupa bercak berwarna
klorotik memanjang searah tulang daun dengan batas yang jelas dan adanya tepung
berwarna putih di bawah permukaan daun
tersebut (terlihat lebih jelas saat pagi hari). Ciri-ciri lain dari
gejala penyakit bulai pada tanaman jagung yaitu daun yang mengalami klorosis
karena infeksi patogen bulai menjadi sempit dan kaku, petumbuhan tanaman
terhambat, bahkan tidak menghasilkan tongkol, dan tanaman muda yang terserang
bulai biasanya akan mati (Semangun, 2004).
P. maydis bersifat parasit
obligat sehingga tidak dapat bertahan hidup pada tanah ataupun seresah
(saprofitik). Oleh karena itu P. maydis harus
bertahan dari musim ke musim pada tanaman hidup atau pada benih jagung. Infeksi
konidiofor P. maydis dari permukaan
daun menembus jaringan tanaman melalui stomata tanaman muda dan lesio lokal
berkembang ke titik tumbuh yang menyebabkan infeksi sistemik. Konidia dan
konidiofor yang terbentuk keluar dari stomata daun pada malam hari yang lembab.
Jika biji jagung terinfeksi oleh konidiofor P. maydis maka daun kotiledon maka
daun kotiledon akan selalu terinfeksi tetapi daun kotiledon akan tetap sehat ketika
terinfeksi oleh spora P. maydis (Wakman
dan Burhanudin, 2007).
Pengendalian penyakit bulai pada jagung yang sering
dilakukan dengan fungisida metalaksil pada benih jagung, menanam varietas
jagung tahan penyakit bulai, eradikasi tanaman jagung terserang penyakit bulai,
penanaman jagung secara serempak dan
periode bebas tanaman jagung (Wakman dan Burhanudin, 2007).
Bercak daun baur pada daun singkong disebabkan oleh jamur
Cercospora viscosae.Adapun gejala
bercak daun baur pada ubi kayu adalah: bercak daun besar, berwarna coklat,
tanpa batas yang jelas. Tiap bercak meliputi seperlima dari luas helaian daun
atau lebih. Permukaan atas bercak berwarna coklat merata, tetapi dipermukaan
bawah pusat bercak yang berwarna coklat terdapat keabu-abuan.. Cendawan ini
tidak membentuk stroma, tetapi membentuk spora secara merata. Konidiofor coklat
kemerahan. Membentuk berkas yang mirip koremium dan konidiumnya seperti gada
terbalik silindris. Konidiumnya dipencarkan oleh angin dan serangga, meskipun
angin memegang peranan yang lebih besar dalam pemencarannya. Cendawan
mengadakan penetrasi langsung dengan menembus permukaan lateral sel-sel
epidermal, atau melalui mulut kulit. Infeksi dapat melalui dua sisi daun,
tetapi yang paling banyak melalui epidermis atas. Faktor-faktor yang
mempengaruhi penyakit bercak daun baur adalah curah hujan, suhu dan kelembapan.
Penyakit timbul pada musim hujan, tetapi gejalanya akan timbul pada musim panas.
Suhu dan kelembapan yang rendah akan membuat penyebaran penyakit akan semakin
tinggi, begitu juga sebaliknya. Pengendalian penyakit ini dilakukan dengan
penanaman varietas tahan (seperti varietas Malang 2), pergiliran tanaman,
pemakaian stek sehat (dilakukan strilisasi stek supaya bebas dari patogen),
memotong bagian daun yang terserang, dan memekai Fungisida yaitu penyemprotan
Perenox 5% 2 minggu sekali (Semangun, 2000).
Daun pisang dapat terkena penyakit bercak daun cordana, penyakit
ini disebabkan oleh patogen Cordana
Musae. Gejala yang timpul mula-mula timbul becak-becak jorong atau bulat
telur, kadang berbentuk berlian, kemudian membesar dan berwarna coklat pucat,
dengan tepi yang berwarna coklat kemerahan, dikelilingi bercak berwarna kuning
cerah. Seringkali becak tampak bercincin-cincin, dan dapat terbentuk di
sekeliling becak sigatoka. Becak dapat menjadi besar sekali, bahkan dikatakan
bahwa panjangnya dapat mencapai 10 cm. Bila yang terinfeksi tepi daun, becak
dapat berbentuk sabit, yang kemudian dapat memanjang menjadi coreng berwarna
coklat pucat, yang dapat meluas sampai ibu tulang daun. Pengendalian yang bisa
dilakukan yaitu tidak menanam pisang di bawah naungan yang lebat dan tidak
menanam pisang terlalu rapat. Jika diperlukan becak daun Cordana dapat
dikendalikan dengan fungisida seperti yang dipakai untuk becak daun Cercospora
(Anonim, 2010).
Penyakit CVPD (Citrus Vein Phloem Degeneration)
disebabkan oleh bakteri Liberobacter
asiaticus.Gejala klorosis pada daun mirip dengan klorosis yang terjadi
karena kelaparan unsur Zn, Fe, Mn atau N. Tetapi percobaan pemupukan dan
penyemprotan dengan bermacam-macam unsur tidak dapat tidak dapat menyembuhkan
penyakit ini. CVPD menyebabkan tulang-tulang daun berwarna hijau tua sedangkan
Tristeza menyebabkan tulang-tulang daun menjadi pucat (Vein Clearing). Dimana daun terlihat kaku, bewarna kuning, tuang
daun menjadi gelap dan daging daun bewarna kuning.CVPD tidak dapat menular
secara mekanis dengan gosokan, tetapi akhir-akhir ini terdapat tanda-tanda
bahwa penyakit dapat menular dengan perantaraan alat-alat pertanian seperti
gunting pangkas, pisau okulasi dan gergaji. Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Penularan Penyakit CVPD Keberadaan Serangga Vektor (Departemen Ilmu Hama dan
Penyakit Tumbuhan, 1981).
Pengendalian dan pemberantasan penyakit CVPD yaitu untuk
mendapatkan pertanaman jeruk yang sehat, agar ditanam bibit yang bebas penyakit
ganas ini dan memberantas vektor serangganya dengan insektisida (perfekthion).
Melindungi tanaman dengan menggunakan insektisida (Basudin 60 EC) dengan
intensif untuk menahan populasi vektor (Psyllidae, Diaphorina citri), ”Eradikasi sebagian” dengan pemangkasan
ranting/batang, dan membongkar/membasmi tanamantanaman sakit yang dapat
merupakan sumber infeksi/sumber inokulum (Tirtawidjaya, 1983).
IV. KESIMPULAN
Adapun kesimpulan
dari praktikum ini adalah sebagai berikut.
1.
Penyakit
merupakan sesuatu yang menyebabkan gangguan pada tanaman dan dapat menyebabkan
tanaman perlahan mati.
2.
Gejala
merupakan perubahan yang ditunjukkan tanaman sebagai akibat adanya penyakit
oleh patogen dan tanda penyakit merupakan kenampakan makrokopis akibat dari
patogen pada inang.
3.
Penyakit
bulai pada jagung (Peroonosclerospora
mayolis) memiliki gejala bercak kuning dan hijau yang tidak beraturan yang
akan membuat dau menjadi cokelat dan mati.
4.
Bercak
daun baur (Cerocosspora viscosae) pada
daun singkong bergejala memiliki bercak cokelat tanpa batas yang jelas pada
permukaan atas daung yang nantinya akan merata.
5.
Bercak
daun cordana pada pisang (Cordana musae) diawali
dengan bercak berbentuk bulat telur bewarna cokelat pucat dan bagian tepi
kemerahan dan dapat mencapai 10 cm.
6.
Penyakit
CVPD pada jeruk (Liberobacter asiaticus) menyebabkan
daun menjadi kuning dan kaku, tulang daung bewarna gelap, dan terdapat
bercak-bercak.
DAFTAR PUSTAKA
AAK. 2006. Teknik
Bercocok Tanam Jagung. Kanisius. Badan Pusat Statistik Yogyakarta. Balitsereal Litbang Deptan.
Yogyakarta.
Anonim. 2010. Penyakit-Penyakit
Penting Tanaman Pisang. http://kliniktanaman.blogspot.co.id/2010/08/penyakit-penyakit-penting-tanaman_31.html,
diakses pada 25 Oktober 2017.
Departemen Ilmu Hama & Penyakit Tumbuhan. 1981. Penyakit Pada Tanaman Jeruk Dan Usaha
Pengendaliannya. Fak. Pertanian IPB. Bogor.
Mes, J.J.
1999. Molecular aspects of
the interaction between tomato andFusariumoxysporumf.sp.lycopersici.Amsterdam:University Of Amsterdam, FNWI: Swammerdam
Institute for LifeSciences (SILS). Amsterdam.
Sarwono. 1986. Jeruk
Dan Kerabatnya. PT. Penebar Swadaya. Yoryakarta.
Semangun H. 2000. Penyakit-penyakit
Tanaman Hortikultura di Indonesia. Universitas Gajah Mada.Yogyakarta.
Semangun, H. 2004.
Penyakit-penyakit Tanaman Hortikultura di
Indonesia. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Tirtawidjaya. S. 1983.
Citrus Vein Phloem Degeneration Virus. Penyebab Citrus chlorosis Di Jawa.
IPB. Bogor.
Wakman, W. danBurhanuddin. 2001.Pengelolaanpenyakitprapanenjagung.
BadanPenelitiandanPengambanganPertanian.PusatPenelitiandanPengembanganTanamanPangan.BalaiPenelitianTanamanSerealia.
Wakman, W. danBurhanuddin. 2007. PengelolaanpenyakitprapanenjagungDalamBukuJagung.
Teknikproduksidanpengambanga.BadanPenelitiandanPengambanganPertanian.PusatPenelitiandanPengembanganTanamanPangan.BalaiPenelitianTanamanSerealia.
LAMPIRAN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar