Minggu, 29 April 2018

PENGENALAN GEJALA DAN TANDA PENYAKIT TANAMAN (Laporan Praktikum Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman)







PENGENALAN GEJALA DAN TANDA PENYAKIT TANAMAN
(Laporan Praktikum Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman)




Oleh
Tia Nur Fitriani
1614131086
Kelompok 5



images





JURUSAN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2017




I.       PENDAHULUAN




1.1  Latar Belakang

Jagungmerupakansalahsatujenisbahanmakanan yang mengandungsumberhidratarang yang dapatdigunakanuntukmenggantikan (mensubstitusi) berassebab.jagungmemilikikalori yang hampirsamadengankalori yang terkandungpadapadi, kandungan protein di dalambijijagungsamadenganbijipadi, sehinggajagungdapat pula menyumbangkansebagiankebutuhan protein yang diperlukanmanusia, dan jagungdapattumbuhpadaberbagaimacamtanah, bahkanpadakondisitanah yang agakkering pun jagungmasihdapatditanam (AAK, 2006).

Penyakitbulaiadalahpenyakit terpenting pada pertanian jagung di Indonesia. Kerugian karena penyakit ini dapat mencapai kerugian hingga 90%, sehingga penyakit ini menyebabkan penanaman jagung mengandung resiko yang tinggi. Walaupun ada 5 species Peronosclerospora penyebab penyakit bulai pada tanaman jagung telah dilaporkan (Renfo, 1980) hanya ada 2 species yang telah dilaporkan sampai saat ini di Indonesia yaitu P. maydis dan P . philippinensis (Wakman, 2001).

Tanaman jeruk (Citrus spp) merupakan salah satu tanaman hortikultura yang sangat penting dalam perekonomian masyarakat. Tanaman ini sudah lama dikenal dan dibudidayakan di Indonesia. Di Indonesia budidaya dan penelitian jeruk sedang dalam taraf berkembang meskipun sebenarnya usaha ini sudah dilaksanakan orang sejak jaman sebelum kemerdekaan. Dewasa ini usaha perkebunan dan penanaman jeruk tidak hanya terpusat di Jawa, tetapi juga sudah hampir merata di daerah-daerah lain yang kondisi iklim dan tanahnya cocok untuk ditanami jeruk (Sarwono, 1986).

Luas panen pada tahun 1979 mencapai 26.977 hektar di seluruh Indonesia. Tahun 1981 berkembang menjadi 55.073 hektar. Pada tahun 1982 turun menjadi 39.167 hektar, akibat serangan penyakit Citrus Vein Phloem Degeneration (CVPD). Produktivitasnya masih tergolong rendah apabila dibandingkan dengan produksi normal. Rendahnya produktivitas tersebut antara lain disebabkan oleh penggunaan tanaman yang kurang baik, belum berkembangnya teknik budidaya serta yang paling penting adalah terjadinya serangan pathogen penyebab penyakit Citrus Vein Phloem Degeneration (CVPD) hampir pada seluruh pertanaman jeruk di Indonesia. Sekitar 9 juta pohon jeruk di sebelas provinsi di Indonesia mengidap penyakit ini (Sarwono, 1986).

Patogen menyesuaikan diri dalam kolonisasi sejumlah tanaman inang saja.Secara umum tanaman mencoba untuk melawan proses invasi patogen danmemiliki seluruh mekanisme pertahanan untuk mencegah patogen tersebut.Setiap patogen memiliki cara khas sendiri untuk mengatasi respon pertahanantanaman tersebut, untuk masuk ke inangnya dan menggunakannya untukkelangsungan hidupnya. Patogen telah mengembangkan penentu patogenitasdisesuaikan dengan inang yang akan dimasukinyaa dan mekanisme untukmenghindari serta menekan respon pertahanan, patogen bermacam-macam. Oleh karena itu, diperlukan praktikum ini untukk mengenal dan mengetahui tanda dan gejala penyakit tanaman (Mes, 1999).

1.2  Tujuan Praktikum

Adapun tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut.
1.      Mengenal gejala dan tanda penyakit pada tanaman.
2.      Mengetahui jenis penyakit penting pada tanaman.
3.      Mengetahui perbedaan antara gejala dan tanda penyakit tanaman.




II.    METODOLOGI PRAKTIKUM




2.1  Waktu dan Tempat

Adapun praktikum dilaksanakan pada hari Kamis, 18 Oktober 2017. Praktikum dilakukan di Laboratorium Hama dan Penyakit Tumbuhan yang terdapat diFakultas Pertanian Universitas Lampung.


2.2  Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu alat tulis, kertas HVS, dll. Sedangkan bahan yang digunakan adalah sampel dari daun jagung yang terjangkit bulai, daun singkong yang terjangkit bercak daun baur, daun pisang yang terjangkit bercak cordana, dan daun jeruk nipis yang terjangkit CVPD yang sudah disiapkan oleh asisten praktikum.


2.3  Cara Kerja

Langkah-langkah praktikum ini yaitu dimulai dengan disiapkannya alat tulis dan beberapa lembar kertas HVS. Lalu dengan teliti sampel dari masing-masing sampel dengan penyakitnya yang terdapat di meja tiap kelompok, diamati dan digambar dalam kertas HVS. Tanda dan gejala digambar dengan teliti dan dicatat dalam hasil praktikum. Kemudian dicatat gejala lain yang diberikan secara lengkap oleh asisten praktikum.







III. HASIL DAN PEMBAHASAN




3.1  Hasil Praktikum

Adapun hasil praktikum pengenalan ciri umum kelompok serangga I adalah sebagai berikut.
No.
Gambar
Keterangan
1.
Penyakit Bulai pada Tanaman Jagung (Peronosclerospora mayolis)
1. Bercak hijau
2. Bercak kuning
2.
Bercak Daun Baur pada Singkong (Cerocospora ciscosae)
1. Bercak cokelat
2. Pusat bewarna abu-abu
3.
Bercak Daun Cordana pada Pisang (Cordana musae)
1. Bercak cokelat pucat
2. Pinggir kemerahan
4.
Penyakit CVPD pada Jeruk (Liberobacter asiaticus)
1. Daging daung bewarna kuning
2. Daun kaku
Tulang daun bewarna gelap
3. Ampak bercak-bercak
3.2  Pembahasan

Penyakit bulai disebabkan oleh Peronosclerospora maydis. P. maydis akan dapat menginfeksi tanaman jagung jika tersedia air, baik air embun maupun air hujan dan air gutasi. Gejala yang ditimbulkan pada tanaman jagung dapat berupa bercak berwarna klorotik memanjang searah tulang daun dengan batas yang jelas dan adanya tepung berwarna putih di bawah permukaan daun  tersebut (terlihat lebih jelas saat pagi hari). Ciri-ciri lain dari gejala penyakit bulai pada tanaman jagung yaitu daun yang mengalami klorosis karena infeksi patogen bulai menjadi sempit dan kaku, petumbuhan tanaman terhambat, bahkan tidak menghasilkan tongkol, dan tanaman muda yang terserang bulai biasanya akan mati (Semangun, 2004).

P. maydis bersifat parasit obligat sehingga tidak dapat bertahan hidup pada tanah ataupun seresah (saprofitik). Oleh karena itu P. maydis harus bertahan dari musim ke musim pada tanaman hidup atau pada benih jagung. Infeksi konidiofor P. maydis dari permukaan daun menembus jaringan tanaman melalui stomata tanaman muda dan lesio lokal berkembang ke titik tumbuh yang menyebabkan infeksi sistemik. Konidia dan konidiofor yang terbentuk keluar dari stomata daun pada malam hari yang lembab. Jika biji jagung terinfeksi oleh konidiofor P. maydis maka daun kotiledon maka daun kotiledon akan selalu terinfeksi tetapi daun kotiledon akan tetap sehat ketika terinfeksi oleh spora P. maydis (Wakman dan Burhanudin, 2007).

Pengendalian penyakit bulai pada jagung yang sering dilakukan dengan fungisida metalaksil pada benih jagung, menanam varietas jagung tahan penyakit bulai, eradikasi tanaman jagung terserang penyakit bulai, penanaman jagung secara serempak dan  periode bebas tanaman jagung (Wakman dan Burhanudin, 2007).

Bercak daun baur pada daun singkong disebabkan oleh jamur Cercospora viscosae.Adapun gejala bercak daun baur pada ubi kayu adalah: bercak daun besar, berwarna coklat, tanpa batas yang jelas. Tiap bercak meliputi seperlima dari luas helaian daun atau lebih. Permukaan atas bercak berwarna coklat merata, tetapi dipermukaan bawah pusat bercak yang berwarna coklat terdapat keabu-abuan.. Cendawan ini tidak membentuk stroma, tetapi membentuk spora secara merata. Konidiofor coklat kemerahan. Membentuk berkas yang mirip koremium dan konidiumnya seperti gada terbalik silindris. Konidiumnya dipencarkan oleh angin dan serangga, meskipun angin memegang peranan yang lebih besar dalam pemencarannya. Cendawan mengadakan penetrasi langsung dengan menembus permukaan lateral sel-sel epidermal, atau melalui mulut kulit. Infeksi dapat melalui dua sisi daun, tetapi yang paling banyak melalui epidermis atas. Faktor-faktor yang mempengaruhi penyakit bercak daun baur adalah curah hujan, suhu dan kelembapan. Penyakit timbul pada musim hujan, tetapi gejalanya akan timbul pada musim panas. Suhu dan kelembapan yang rendah akan membuat penyebaran penyakit akan semakin tinggi, begitu juga sebaliknya. Pengendalian penyakit ini dilakukan dengan penanaman varietas tahan (seperti varietas Malang 2), pergiliran tanaman, pemakaian stek sehat (dilakukan strilisasi stek supaya bebas dari patogen), memotong bagian daun yang terserang, dan memekai Fungisida yaitu penyemprotan Perenox 5% 2 minggu sekali (Semangun, 2000).

Daun pisang dapat terkena penyakit bercak daun cordana, penyakit ini disebabkan oleh patogen Cordana Musae. Gejala yang timpul mula-mula timbul becak-becak jorong atau bulat telur, kadang berbentuk berlian, kemudian membesar dan berwarna coklat pucat, dengan tepi yang berwarna coklat kemerahan, dikelilingi bercak berwarna kuning cerah. Seringkali becak tampak bercincin-cincin, dan dapat terbentuk di sekeliling becak sigatoka. Becak dapat menjadi besar sekali, bahkan dikatakan bahwa panjangnya dapat mencapai 10 cm. Bila yang terinfeksi tepi daun, becak dapat berbentuk sabit, yang kemudian dapat memanjang menjadi coreng berwarna coklat pucat, yang dapat meluas sampai ibu tulang daun. Pengendalian yang bisa dilakukan yaitu tidak menanam pisang di bawah naungan yang lebat dan tidak menanam pisang terlalu rapat. Jika diperlukan becak daun Cordana dapat dikendalikan dengan fungisida seperti yang dipakai untuk becak daun Cercospora (Anonim, 2010).

Penyakit CVPD (Citrus Vein Phloem Degeneration) disebabkan oleh bakteri Liberobacter asiaticus.Gejala klorosis pada daun mirip dengan klorosis yang terjadi karena kelaparan unsur Zn, Fe, Mn atau N. Tetapi percobaan pemupukan dan penyemprotan dengan bermacam-macam unsur tidak dapat tidak dapat menyembuhkan penyakit ini. CVPD menyebabkan tulang-tulang daun berwarna hijau tua sedangkan Tristeza menyebabkan tulang-tulang daun menjadi pucat (Vein Clearing). Dimana daun terlihat kaku, bewarna kuning, tuang daun menjadi gelap dan daging daun bewarna kuning.CVPD tidak dapat menular secara mekanis dengan gosokan, tetapi akhir-akhir ini terdapat tanda-tanda bahwa penyakit dapat menular dengan perantaraan alat-alat pertanian seperti gunting pangkas, pisau okulasi dan gergaji. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penularan Penyakit CVPD Keberadaan Serangga Vektor (Departemen Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan, 1981).

Pengendalian dan pemberantasan penyakit CVPD yaitu untuk mendapatkan pertanaman jeruk yang sehat, agar ditanam bibit yang bebas penyakit ganas ini dan memberantas vektor serangganya dengan insektisida (perfekthion). Melindungi tanaman dengan menggunakan insektisida (Basudin 60 EC) dengan intensif untuk menahan populasi vektor (Psyllidae, Diaphorina citri),  ”Eradikasi sebagian” dengan pemangkasan ranting/batang, dan membongkar/membasmi tanamantanaman sakit yang dapat merupakan sumber infeksi/sumber inokulum (Tirtawidjaya, 1983).









IV. KESIMPULAN




Adapun kesimpulan dari praktikum ini adalah sebagai berikut.
1.      Penyakit merupakan sesuatu yang menyebabkan gangguan pada tanaman dan dapat menyebabkan tanaman perlahan mati.
2.      Gejala merupakan perubahan yang ditunjukkan tanaman sebagai akibat adanya penyakit oleh patogen dan tanda penyakit merupakan kenampakan makrokopis akibat dari patogen pada inang.
3.      Penyakit bulai pada jagung (Peroonosclerospora mayolis) memiliki gejala bercak kuning dan hijau yang tidak beraturan yang akan membuat dau menjadi cokelat dan mati.
4.      Bercak daun baur (Cerocosspora viscosae) pada daun singkong bergejala memiliki bercak cokelat tanpa batas yang jelas pada permukaan atas daung yang nantinya akan merata.
5.      Bercak daun cordana pada pisang (Cordana musae) diawali dengan bercak berbentuk bulat telur bewarna cokelat pucat dan bagian tepi kemerahan dan dapat mencapai 10 cm.
6.      Penyakit CVPD pada jeruk (Liberobacter asiaticus) menyebabkan daun menjadi kuning dan kaku, tulang daung bewarna gelap, dan terdapat bercak-bercak.










DAFTAR PUSTAKA




AAK. 2006. Teknik Bercocok Tanam Jagung. Kanisius. Badan Pusat Statistik        Yogyakarta. Balitsereal Litbang Deptan. Yogyakarta.

Anonim. 2010. Penyakit-Penyakit Penting Tanaman Pisang. http://kliniktanaman.blogspot.co.id/2010/08/penyakit-penyakit-penting-tanaman_31.html, diakses pada 25 Oktober 2017.

Departemen Ilmu Hama & Penyakit Tumbuhan. 1981. Penyakit Pada Tanaman Jeruk Dan Usaha Pengendaliannya. Fak. Pertanian IPB. Bogor.

Mes, J.J. 1999. Molecular aspects of the interaction between tomato andFusariumoxysporumf.sp.lycopersici.Amsterdam:University Of Amsterdam, FNWI: Swammerdam Institute for LifeSciences (SILS). Amsterdam.

Sarwono. 1986. Jeruk Dan Kerabatnya. PT. Penebar Swadaya. Yoryakarta.

Semangun H. 2000. Penyakit-penyakit Tanaman Hortikultura di Indonesia. Universitas Gajah Mada.Yogyakarta.

Semangun, H.  2004.  Penyakit-penyakit Tanaman Hortikultura di Indonesia. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Tirtawidjaya. S. 1983. Citrus Vein Phloem Degeneration Virus. Penyebab Citrus chlorosis Di Jawa. IPB. Bogor.

Wakman, W. danBurhanuddin. 2001.Pengelolaanpenyakitprapanenjagung. BadanPenelitiandanPengambanganPertanian.PusatPenelitiandanPengembanganTanamanPangan.BalaiPenelitianTanamanSerealia.

Wakman, W. danBurhanuddin. 2007. PengelolaanpenyakitprapanenjagungDalamBukuJagung. Teknikproduksidanpengambanga.BadanPenelitiandanPengambanganPertanian.PusatPenelitiandanPengembanganTanamanPangan.BalaiPenelitianTanamanSerealia.
















LAMPIRAN

Tidak ada komentar:

Posting Komentar