PENGENALAN GEJALA PENYAKIT PENTING TANAMAN II
(Laporan Praktikum
Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman)
Oleh
Tia Nur Fitriani
1614131086
Kelompok 5
JURUSAN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2017
I.
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Indonesia sebagai
negara agraris yang menghasilkan banyak produk pertanian, perkebunan,
perikanan, kehutanan, dan produk lainnya. Indonesia selalu berupaya memenuhi
standar mutu, baik kualitas maupun kuantitas. Upaya ini termasuk di dalamnya
adalah perhatianperhatianpadaaspekbudidayatanaman,
salahsatunyaadalahserangan OPT (OrganismePenggangguTanaman) yang
dapatmenimbulkankerugiansecaraekonomis.
Di antara OPT utamapadatanaman kopi yang
menimbulkankerugiansecaraekonomisadalahpenyakit karat
daunsehinggamengakibatkanmenurunnyapertumbuhantanaman. Penyakit karat
daunlebihbanyakmenyerang kopi jenisArabikadibandingkan Robusta karenajenis
Robusta mempunyaitingkatketahanan yang lebihtinggiterhadappatogen H. vastatrix
(Semangun, 2000).
Indonesia
sebenarnya juga berpotensi untuk menjadi produsen utama kakao dunia, apabila
berbagai permasalahan utama yang dihadapi perkebunan kakao dapat diatasi dan
agribisnis kakao dikembangkan dan dikelola secara baik. Indonesia masih memiliki lahan potensial yang
cukup besar untuk pengembangan kakao. Disamping itu kebun yang telah dibangun
masih berpeluang untuk ditingkatkan produktivitasnya karena produktivitas
rata-rata saat ini kurang (Siregar, Tumpal. H. S., 2005)
Cabai merah di
Indonesia merupakan komoditas sayuran
yang penting dilihat dari kebutuhan maupun
jumlahnya. Cabai merupakan tanaman setahun yang tegak dengan batang
berkayu, banyak cabang, serta ukuran yang dapat mencapai tinggi 120 cm dan
lebar tajuk tanaman hingga 90 cm.
Umumnya, daun cabai berwarna hijau muda sampai hijau gelap, tergantung
varietasnya. Daun cabai ditopang oleh tangkai daun yang mempunyai tulang
menyirip. Daun cabai berbentuk bulat
telur, lonjong, atau pun oval dengan ujung yang meruncing, tergantung spesies
dan varietasnya (Sumarni dan Agus 2008).
Mentimun (Cucumis
sativus Linn.) merupakan salah satu sayuran buah yang banyak dikonsumsi
masyarakat Indonesia dalam bentuk segar. Selain dimanfaatkan dalam bentuk buah
segar yaitu sebagai lalap, asinan, acar dan salad, mentimun juga dapat
dimanfaatkan sebagai bahan indusrti (kosmetika dan obatobatan) (Sumpena 2001)
Produksi mentimun
Indonesia masih sangat rendah yaitu 3,5 – 4,8 ton/ha, padahal potensinya dapat
mencapai 20 ton/ha terutama jika menanam varietas hibrida.Seperti halnya
tanaman sayuran lain, mentimun juga merupakan salah satu sayuran yang rentan
terhadap serangan hama serta infeksi patogen tanaman. Serangan hama dan patogen
merupakan gangguan pertumbuhan mentimun yang perlu diwaspadai, karena selain
menggangu pertumbuhan adanya serangan hama dan penyakit dapat menurunkan
produksi mentimun (Rukmana 1994).
Hampir dari keempat
produk pertanian diatas mengalami penurunan produksi dikarenakan hama dan
penyakit. Pada praktikum ini dilakukan untuk mengetahui gejala penyakit yang
disebabkan oleh beberapa jamur.Jamur tidak mempunyai batang, daun, dan akar
serta tidak mempunyai sistem pembulu seperti pada tumbuhan tingkat tinggi.
Jamur umumnya berbentuk seperti benang, bersel banyak, dan semua dari jamur
mempunyai potensi untuk tumbuh, karena tidak mempunyai klorofil yang berarti
tidak dapat memasak makanannya sendiri, maka jamur memanfaatkan sisa-sisa bahan
organik dari makhluk hidup yang telah mati maupun yang masih hidup. Jamur yang
hidup pada tanaman yang masih hidup disebut parasit, karena menyebabkan penyakit
pada tanaman atau patogen. Seiring berjalannya waktu status suatu hama maupun
penyakit yang menyerang tanaman mengalami pergeseran, tidak terkecuali pada
tanaman mentimun dan tanaman lainnya. Hingga saat ini informasi mengenai hama
dan penyakit penting, serta musuh alami pada pertanaman terutama yang ditanam
di dataran tinggi belum banyak diketahui dan masih terbatas. Oleh karena itu, inventarisasi OPT pada
pertanaman tanaman perlu dilakukan agar pengelolaan tanaman mentimun dapat
dilakukan dengan baik (Pracaya, 2007).
1.2 Tujuan
Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut.
1.
Mengetahui
jenis penyakit penting pada tanaman.
2.
Mengenal
gejala penyakit pada tanaman.
II.
METODOLOGI PRAKTIKUM
2.1 Waktu
dan Tempat
Adapun
praktikum dilaksanakan pada hari Kamis, 26 Oktober 2017. Praktikum dilakukan di
Laboratorium Ilmu Proteksi Tumbuhan yang terdapat di Fakultas Pertanian
Universitas Lampung.
2.2 Alat
dan Bahan
Alat-alat
yang digunakan dalam praktikum ini yaitu alat tulis, dan kertas HVS. Sedangkan
bahan yang digunakan adalah sampel dari daun kopi, buah kakao, buah cabai, dan
daun timun yang terserang jamur tertentu sehingga menyebabkan penyakit yang
sudah disiapkan oleh asisten praktikum.
2.3 Cara
Kerja
Langkah-langkah praktikum ini yaitu dimulai dengan
disiapkannya alat tulis dan beberapa lembar kertas HVS. Lalu dengan teliti
sampel dari masing-masing sampel dengan penyakitnya yang terdapat di meja tiap
kelompok diamati dan digambar dalam kertas HVS. Tanda dan gejala digambar
dengan teliti dan dicatat dalam hasil praktikum. Kemudian dicatat gejala lain
yang diberikan secara lengkap oleh asisten praktikum.
III.
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil
Praktikum
Adapun
hasil praktikum pengenalan gejala penyakit penting pada tanaman II adalah
sebagai berikut.
No.
|
Gambar
|
Keterangan
|
1.
|
Penyakit karat daun kopi disebabkan jamur Hemilea vastatrix
|
1. Bercak kuning muda
2. Bercak kuning tua
3. Bercak membesar dan jadi coklat tua
|
2.
|
Penyakit busuk buah kakao disebabkan oleh jamur Phytophtora palmivora
|
1. Bercak coklat (pangkal atau ujung)
2. Buah busuk coklat kehitaman
|
3.
|
Penyakit bususk buah cabai disebabkan oleh jamur Phytophtora capsici
|
1. Bercak kecil basar
2. Bercak meluas bewarna kuning kecoklatan
|
4.
|
Penyakit busuk daun timun disebabkan oleh jamur Pseudoporonospora cubensis
|
1. Bercak Kecil Kuning
2. Bercak Meluas Dan Membusuk
|
3.2 Pembahasan
Gejala
penyakit karat daun dapat dilihat pada
permukaan atas dan bawah daun, ditandai
dengan bercak kuning-jingga seperti serbuk (powder). Daun yang terinfeksi
timbul bercak kuning kemudian berubah menjadi cokelat. Jika diamati pada bagian
bawah daun tampak bercak yang awalnya berwarna kuning muda, selanjutnya berubah
menjadi kuning tua, pada bagian tersebut akan terlihat jelas tepung yang berwarna jingga. Tepung tersebut adalah
uredospora jamur H. vastatrix. Gejala
lanjut pada daun tampak bercak cokelat saling bergabung, menjadi lebih besar,
kemudian mengeringdan gugur. Secara keseluruhan infeksi penyakit karat daun
pada tanaman kopi mengakibatkan banyaknya daun gugur, selanjutnya tanaman akan
gundul sehingga menurunkan produksi. Gejala lanjut penyakit karat daun ditandai
dengan daun gugur, menyebabkan jumlah
bunga yang terbentuk berkurang dan uumlah biji yang dihasilkan menurun (Brown,
1995)
Daur
hidup atau siklus penyakit karat daun dimulai dari uredospora yang berada pada
permukaan daun. Selanjutnya spora berkecambah karena terdapat air dan membentuk
apresorium, kemudian menginfeksi daun dengan mempenetrasi melalui stomata pada
permukaan bawah daun. Miselium tumbuh antara sel daun dan mengirimkan haustoria
ke dalam sel daun muda (Agnihothrudu, 1992).
Dalam
waktu 10-25 hari, terbentuk uredospora baru dari uredium yang keluar lewat
stomata, tergantung pada kondisi iklim. Tiap uredium menghasilkan ± 70.000
uredospora dalam 3-5 bulan yang berfungsi sebagai sumber inokulum penyakit.
Infeksi karat daun dapat menyebabkan daun gugur setiap saat, kadang-kadang satu
uredium cukup untuk menyebabkan daun gugur. Gugurnya daun sejak dini dapat
melemahkan pohon dan mengurangi hasil seperti terjadi dieback, pohon hanya
tinggal ranting saja, dan akhirnya mengalami kematian. Jamur H. vastatrix dapat
hidup dan terus berkembang sepanjang tahun (Semangun, 2000)
Penyebaran
uredospora terjadi karena bantuan percikan air ketika hujan yang menyebabkan
uredospora sampai pada sisi bawah daun, sedangkan yang disebabkan angin hanya
sedikit terjadi. Selain percikan air dan angin, yang berpotensi dalam
penyebaran uredospora adalah serangga seperti jenis thrips, burung dan manusia
(Agrios, 2005).
Daun
kopi yang saling bersentuhan akan
memudahkan perkembangan penyakit. Di samping itu juga dapat meningkatkan
kelembaban lingkungan yang memicu infeksi dan perkembangan H. Vastatrix. Faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi
perkembangan penyakit adalah lingkungan, yaitu suhu, kelembaban udara, curah
hujan, dan sinar matahari (McCartney, 1994).
Suhu
di atas 15 °C sekitar tanaman kopi dapat menghambat perkembangan penyakit.
Sementara itu, hujan berperan dalam meningkatkan kelembaban sehingga sesuai
untuk perkecambahan uredospora dan penyebaran jamur H. vastatrix. Sinar matahari langsung menyentuh permukaan daun,
menghambat proses perkecambahan uredospora dan memperpanjang periode inkubasi
penyakit karat daun (McCartney, 1994).
Penyakit
busuk buah kakao disebabkan oleh jamur Phytophthora
palmivora. Buah kakao yang terserang penyakit ini terdapat bercak coklat
kehitaman, biasanya dimulai dari ujung atau pangkal buah. Penyakit ini
disebarkan melalui sporangium yang terbawa atau terpercik air hujan, dan
biasanya penyakit ini berkembang dengan cepat pada kebun yang mempunyai curah
hujan tinggi dengan kondisi lembab (Semangun, 2000).
Busuk
buah dapat timbul pada berbagai umur buah, sejak buah masih kecil sampai
menjelang masak. Warna buah berubah,
umumnya mulai dari ujung buah atau dekat tangkai, yang dengan cepat meluas ke
seluruh buah. Buah menjadi busuk dalam
waktu 14-22 hari akhirnya buah menjadi hitam.
Pada permukaan buah yang sakit dan menjadi hitam tadi timbul lapisan
yang berwarna putih bertepung,terdiri atas jamur-jamur sekunder yang banyak membentuk
spora. Sering disini juga terdapat
sporangiofor dan sporangium jamur Phytophthora, penyebab penyakit ini
(Semangun, 2000).
Faktor
yang berperan untuk terjadinya infeksi busuk buah coklat adalah kebasahan
permukaan buah dan kelembaban nisbi udara (RH) yang ringgi. Penyakit ini dapat menyebabkan
kerugian sekitar 53-80% (Wahab, 2007).
Penyakit
busuk buah kakao disebabkan oleh P. palmivora. Pada buah kakao jamur membentuk
banyak sporangium. Sporangium dapat berkecambah secara langsung dengan
membentuk pembuluh kecambah, tetapi dapat juga berkecambah secara tidak
langsung dengan membentuk zoospora (Semangun, 1996).
Daur
atau siklus hidup dimulai dari uredospora. Jika uredospora sampai pada daun
yang peka, misalnya daun muda, uredospora berkecambah dan secara cepat
menginfeksi daun melalui stomata pada permukaan daun bagian bawah. Dalam tempo
10-20 hari, pada permukaan daun bagian bawah terbentuk uredospora baru oleh
uredium yang keluar lewat stomata. Tiap uredium menghasilkan + 70.000
uredospora dalam 3-5 bulan sebagai sumber penular penyakit yang sangat
potensial. Karena kopi merupakan tanaman tahunan, pembentukan daun berlangsung
sepanjang tahun sehingga memungkinkan jamur tersebut hidup dan terus berkembang
setiap saat (Sukamto 1998).
Penyebaran
penyakit P. palmivora dapat melalui air, semut, tikus, tupai, bekicot yang
dijumpai di perkebunan kakao. Selama
daur hidupnya, P. palmivora menghasilkan beberapa inokulum yang berperan dalam
perkembangan penyakit pada kakao, yaitu miselium, sporangium, Zoospora, dan
klamidiospora. Penyebaran terjadi akibat kontak langsung antara buah sakit dan
buah sehat, penyebaran inokulum oleh tetesan air hujan dari buah sakit ke buah
sehat dibawahnya, bantuan serangga vektor, dan percikan air hujan dari tanah
kebuah disekitar pangkal batang (Rubiyo, 2013).
Pengendalian
busuk buah kakao dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti penanaman kakao
klon tahan, pembuatan saluran drainase yang diatur saling berpotongan atau
sambung-menyambung satu sama lain ke arah tempat pembuangan, pemangkasan pohon
pelindung setiap 3 bulan, tidak menanam terlalu rapat, baik tanaman kakao
maupun pohon pelindungnya, penyemprotan agen hayati seperti misalnya
Trichoderma spp, penyemprotan fungisida (Balai Besar Pelatihan Pertanian, 2013).
Penyakit
busuk buah cabai atau antraknosa yang disebabkan oleh P. Capsici.Gejala antraknosa sangat mudah dikenali dengan gejala
awal pada buah cabai berupa bercak kecil dan berair. Ukuran luka tersebut dapat mencapai 3 – 4 cm
pada buah cabai yang berukuran besar.
Pada serangan lanjut yang sudah parah, gejala luka tersebut lebih jelas
tampak seperti luka terbakar matahari dan berwarna antara merah tua sampai
coklat menyala hingga warna hitam. Pada
saat sudah parah, penyakit ini akan sangat merusak, dapat menyebabkan nekrosis
dan bercak pada daun, cabang atau ranting.
Penyebab penyakit memencar melalui percikan air dan jarak pemencaran
akan lebih jauh jika disertai adanya hembusan angin. Penyakit antarknosa telah menyebar luas di
daerah-daerah pertanaman cabai yang kondisinya sangat lembab atau daerah dengan
curah hujan tinggi (Direktorat Perlindungan Tanaman Hortikultura, 2010).
Cendawan
penyebab penyakit antraknosa berkembang dengan sangat pesat bila kelembaban
udara cukup tinggi yaitu bila lebih dari 80 % RH dengan suhu 320C. Serangan
jamur C. capsici pada biji cabai dapat menimbulkan kegagalan berkecambah atau
bila telah menjadi kecambah dapat menimbulkan rebah kecambah, sedangkan pada
tanaman dewasa dapat menimbulkan mati pucuk,infeksi lanjut ke bagian lebih
bawah yaitu daun dan batang yang menimbulkan busuk kering warna cokelat
kehitam-hitaman (Yusuf, 2010).
Siklus
penyakit antraknosa diawali dari jamur pada buah masuk ke dalam ruang biji dan
menginfeksi biji. Jamur tersebut dapat
menginfeksi semai yang tumbuh dari biji sakit.
Kemudian jamur menyerang daun,
batang dan akhirnya menginfeksi
buah. Jamur hanya sedikit sekali
mengganggu tanaman yang sedang tumbuh, tetapi menggunakan tanaman ini untuk
bertahan sampai terbentuknya buah hijau.
Selain itu jamur dapat bertahan pada sisa-sisa tanaman sakit, seterusnya
konidium disebarkan oleh angin (Semangun, 1989).
Penyebaran
penyakit dapat melalui angin atau hama vektor penyakit. Penyakitini juga yang
disebabkanolehfaktorlingkunganadalahhasilkondisiekstrim yang mendukungpertumbuhan
(suhu, kelembaban, cahayadan lain-lain)dankelebihanataukekuranganzatkimia yang
diserapataudibutuhkantumbuhan
Pengendalian
penyakit antraknosa cabai tindakan untuk membersihkan benih (sanitasi) serta
pergiliran tanaman bukan inang adalah bagian terpenting bagi pencegahan
penyakit ini. Pemakaian fungisida yang
tepat dan akurat dapat digunakan untuk mengurangi penyakit ini. Tindakan kultur
teknis lainnya yang disarankan adalah menanam cabai pada musim kemarau, menghindari
penanaman pada musim banyak hujan, perbaikan drainase, membuat bedengan searah
angin, sanitasi pertanaman dengan membuang rumput-rumputan dan buah cabai yang
terserang penyakit busuk buah, dan penggunaan varietas tahan seperti “Hot
Beauty” (Semangun, 1989).
Pengendalian
hayati adalah pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) dengan
menggunakan organisme selain OPT itu sendiri.
Karena itu pengendalian hayati dapat dikatakan suatu proses menekan,
mengurangi atau meniadakan penyebab penyakit atau patogen baik yang telah aktif
menyerang maupun yang berada pada stadia dormansi. Bisa juga menggunakan
pestisida dan dengan Tricoderma sp secara hayati (Nurhayati, 2007)
Penyakit
busuk daun timun disebabkan oleh jamur Pseudoporonospora
cubensis. Gejala yang ditimbulkan oleh penyakit busuk daun/embun bulu
adalah pada permukaan atas daun terdapat bercak-bercak kuning, terkadang agak
bersudut karena dibatasi oleh tulang daun. Pada cuaca lembab pada sisi bagian
bawah bercak terdapat miselium menyerupai bulu berwarna keunguan. Gejala lanjut
dari penyakit ini dapat mengakibatkan daun menjadi busuk, mengering dan mati
(Semangun 1989).
Penyakit
busuk daun adalah penyakit utama pada tanaman Famili Cucurbitaseae. Cendawan
ini memiliki miselium yang tidak bersekat, intraseluler, dengan haustorium kecil,
dan terkadang bercabang. Patogen merupakan parasit obligat, yang dapat hidup
hanya pada kehadiran tanaman inang. Daerah yang ditanami mentimun sepanjang
tahun dapat menjadi sumber inokulum utama penyakit ini. Patogen dipencarkan atau
penyebarannya bisa oleh angin, hujan dan adanya kontak dengan pekerja maupun
alat-alat pertanian yang digunakan (CABI 2005).
Siklus
busuk daun cendawan Pseudoperonospora cubensis (Berk. Er Curt) Rostow atau sering
disebut sebagai embun bulu (Downy mildew). Penyakit ini dipancarkan oleh angin,
kemudian menginfeksi mulut kullit daun
mentimun. Infeksi pada tanaman dapat terjadi bila kelembaban udara tinggi
(100%) dan suhu udara antara 10º-28ºC, suhu optimum 16º-22ºC, terutama bila
banyak embun atau kabut. Gejala serangan secara visual, pada daun terdapat
bercak-bercak kuning bersudut. Bila keadaan cuaca lembab, pada sisi bawah
bercak terdapat jamur seperti bulu yang bewarna keungu-unguan. Warna daun yang
diserang akan berubah menjadi coklat membusuk. Pengendalian penyakit busuk daun
(Downy Mildew) dapat dilakukan dengan penanaman varietas mentimun yang tahan
(resisten) terhadap penyakit tersebut, memperbaiki drainase tanah, mengurangi
kelembaban kebun dengan cara memperjarang jarak tanam, dan disemprot fungisida
yang mengandung bahan aktif Mankozeb dan Zineb (Rukmana 2007).
Pengendalian
penyakit busuk daun timun yang disebabkan oleh jamur Pseudoporonospora cubensisbisa dilakukan dengan pemberian Natural
GLIO sebelum tanam.
IV. KESIMPULAN
Adapun kesimpulan dari hasil praktikum pengenalan gejala
penyakit penting tanaman II adalah sebaggai berikut.
1.
Penyakit
penting yang menyerang tanaman sangat banyak jenisnya, beberapa diantaranya
yaitu Penyakit karat daun kopi (Hemilea
vastatrix), busuk buah kakao (Phytophtora
palmivora), bususk buah cabai (Phytophtora
capsici), dan busuk daun timun (Pseudoporonospora
cubensis).
2.
Penyakit
karat daun kopi memiliki gejala bercak-bercak kuning muda yang lama kelamaan
menjadi kuning tua dan meluas >5 cm dan menjadi coklat tua sehingga daun
mengering,
3.
Penyakit
busuk buah kakao memiliki gejala bercak-bercak coklat di permukaan kulit buah
yang biasanya di ujung atau pangkal buah dan membesar di seluruh permukaan buah
dan bewarna coklat kehitaman sehingga buah menjadi busuk.
4.
Penyakit
busuk buah cabai memiliki gejala bercak-bercak kecil yang basah, buah berubah
warna menjadi kuning kecoklatan dan meluas di seluruh bagian buah, dan biji
bewarna coklat dan keriput.
5.
Penyakit
busuk daun timun memiliki gejala bercak kecil bewarna kuning di permukaan atas
daun yang lama kelamaan akan meluas bewarna coklat sehingga daun membusuk.
DAFTAR PUSTAKA
Agnihothrudu, V. 1992. Leaf rust of coffee. In Plant Disease of International Importance.
Prentice-Hall, Inc., New Jersey USA.
Agrios, G. N. 2005. Plant
Pathology. Fifth Edition. Elsevier Academic Press. USA.
Balai Besar Pelatihan Pertanian. 2013. Penyakit Busuk Buah (PBB) Kakao.
Brown, J. S., J. H. Whan, M. K. Kenny, and P. R.
Merriman. 1995. The effect of coffee leaf
rust on foliation and yield of coffee in Papua New Guinea. Crop Prot. 14
(7): 589-592.
Centre for Agriculture and Bioscience International
(CABI). 2005. Corp protection compendium
2005 [CD-ROM].CAB International.Wallingford.
McCartney, H. A. 1994. Spore dispersal: environmental and biological factors.. In Ecology of
Plant Pathogen. CAB International. Wallingford.
Nurhayati. 2007. Pertumbuhan
Colletotrichum capsici Penyebab Antraknosa Buah Cabai pada Berbagai Media yang
Mengandung Ekstrak Tanaman. Jurnal Raflesia. Vol.9, No.1, Hal 32-35.
Pracaya, 2007.Hama
Dan Penyakit Tanaman. Penebar Swadaya, Jakarta.
Rubiyo, &Amaria, W, 2013, KetahananTanamanKakaoterhadapPenyakitBusukBuah(PhytophthorapalmivoraButl.),JurnalPrespektif, vol. 12, no. 1, hal. 23-36
Rukmana R. 1994. Budidaya Mentimun. Kanisius.Yogyakarta.
Semangun H. 1989. Penyaki-Penyakit
Tanaman Hortikultura di Indonesia.UGM Press. Yogyakarta.
Semangun, H. 2000. Penyakit-PenyakitTanaman
Perkebunan di Indonesia(Revisi). GadjahMada University Press.Yogyakarta.
Siregar, Tumpal. H. S., 2005. Budidaya, PengolahandanPemasaranCokelat,PenebarSwadaya. Bogor.
Sukamto. S. 1998. Pengelolaan
Penyakit Tanaman kopi. Kumpulan Materi Pelatihan Pengelolaan Organisme
Pengganggu Tanaman Kopi. PusatPenelitian
Kopi dan Kakao.Jember.
Sumarni N, Agus M. 2008. Sukses Bertanam Cabai di Musim Hujan dan Kemarau. Papas Sinar
Sinanti. Jakarta.
Sumpena U. 2001. Budi
Daya Mentimun Intensif, dengan Mulsa, Secara Tumpang Gilir. Penebar
Swadaya. Jakarta.
Wahab, A. 2007.PengenalandanPengendalianPenyakitBusukBuahKakao(PhytophthorapalmivoraButler).BuletinInformasidanTeknologiBalaiPengkajianTeknologiPertanian
Sulawesi Tenggara
Tidak ada komentar:
Posting Komentar