Minggu, 29 April 2018

PERHITUNGAN INTENSITAS SERANGAN PENYAKIT (Laporan Praktikum Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman)







PERHITUNGAN INTENSITAS SERANGAN PENYAKIT
(Laporan Praktikum Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman)







Oleh
Tia Nur Fitriani
1614131086
Kelompok 5








images






JURUSAN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2017






I.       PENDAHULUAN




1.1  Latar Belakang

Manusia membutuhkan makanan untuk tetap hidup, manusia sangat bergantung pada hewan dan tumbuhan, sedangkan tumbuhan dalam kehidupannya sering dihadapkan pada berbagai gangguan, salah satunya adalah serangan dari penyakit tumbuhan yang akan sangat berpengaruh terhadap hasil produksi. Analisis mengenai tingkat keparahan penyakit tumbuhan serta keberadaan sangan dibutuhkan dalam mempelajari kehilangan hasil, peramalan tingkat penyakit, dan sistem pengendalian yang harus dilakukan untuk meminimalisasi kerugian yang disebabkan oleh serangan penyakit. Berat atau ringannya penyakit dapat diklasifikasikan dalam tiga kriterium utama, yaitu insidensi penyakit (diseases insident), intensitas penyakit (diseases severity), dan kehilangan hasil (crop loss) (Sastrahidayat,2011).

Untuk mengetahui tingkat serangan dari penyakit biasanya digunakan dengan istilah serangan ringan, sedang, berat, atau sangat berat. Ungkapan yang demikian masih bersifat kualitatif, tidak memiliki makna ilmiah. Pernyataan demikian sangat bersifat subyektif. Untuk mengetahui tingkatan serangan penyakit kita tentu harus bias menghitung tingkat keterjadian penyakit dan keparahan penyakit. Hal ini sangatlah penting, karena berguna untuk kepentingan pengelolaan serta pengendalian penyakit dalam budidaya pertanian. Dengan metode perhitungan ini, kita bisa meramalkan dan menentukan besarnya penyakit pada suatu populasi, sehingga akan mempermudah dalam proses pengendalian terhadap penyakit.(Lay, 1994).
Hampir dari keempat produk pertanian diatas mengalami penurunan produksi dikarenakan hama dan penyakit. Pada praktikum ini dilakukan untuk mengetahui gejala penyakit yang disebabkan oleh beberapa jamur.Jamur tidak mempunyai batang, daun, dan akar serta tidak mempunyai sistem pembulu seperti pada tumbuhan tingkat tinggi. Jamur umumnya berbentuk seperti benang, bersel banyak, dan semua dari jamur mempunyai potensi untuk tumbuh, karena tidak mempunyai klorofil yang berarti tidak dapat memasak makanannya sendiri, maka jamur memanfaatkan sisa-sisa bahan organik dari makhluk hidup yang telah mati maupun yang masih hidup. Jamur yang hidup pada tanaman yang masih hidup disebut parasit, karena menyebabkan penyakit pada tanaman atau patogen. Seiring berjalannya waktu status suatu hama maupun penyakit yang menyerang tanaman mengalami pergeseran, tidak terkecuali pada tanaman mentimun dan tanaman lainnya. Hingga saat ini informasi mengenai hama dan penyakit penting, serta musuh alami pada pertanaman terutama yang ditanam di dataran tinggi belum banyak diketahui dan masih terbatas.  Oleh karena itu, inventarisasi OPT pada pertanaman tanaman perlu dilakukan agar pengelolaan tanaman mentimun dapat dilakukan dengan baik (Pracaya, 2007).

Besarnya penyakit sering dikemukakan dengan istilah serangan ringan, sedang, berat, atau sangat berat. Ungkapan yang demikian masih bersifat kualitatif, tidak memiliki makna ilmiah. Pernyataan demikian sangat bersifat subyektif. Dalam arti bahwa data kualitatif demikian tidak dapat dibandingkan antara ahli yang satu dengan ahli yang lain dan antara daerah yang satu dengan daerah yang lain. Data yang bersifat kuantitatif tentang intensitas penyakit sangat diperlukan untuk berbagai kepentingan, terutama untuk kepentingan pengelolaan/pengendalian penyakit tanaman. Keterjadian Penyakit (KjP) merupakan persentase jumlah tanaman yang terserang patogen (n) dari total tanaman yang diamati (N). Sedangkan keparahan penyakit (KpP) didefinisikan sebagai persentase luasnya jaringan tanaman yang terserang patogen dari total luasan yang diamati. Dimana KpP adalah keparahan penyakit; n adalah jumlah jaringan terserang pada setiap kategori (skor); v adalah kategori (skor) serangan; Z adalah kategori serangan tertinggi; dan N adalah total dari jumlah jaringan yang diamati (Agrios,1997).
1.2  Tujuan Praktikum

Adapun tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut.
1.      Menghitung intensitas penyakit tanaman yang disebabkan oleh patogen.
2.      Mengetahui dan memahami perbedaan keterjadian dan keparahan penyakit.
3.      Mengetahui manfaat pengukuran intensitas penyakit.










II.    METODOLOGI PRAKTIKUM




2.1  Waktu dan Tempat

Adapun praktikum dilaksanakan pada hari Kamis, 2 November 2017. Praktikum dilakukan di Laboratorium Ilmu Proteksi Tumbuhan yang terdapat di Fakultas Pertanian Universitas Lampung.


2.2  Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu alat tulis, dan kertas HVS. Sedangkan bahan yang digunakan adalah sampel dari daun kakao, daun jeruk nipis, pohon jagung, dan pohon pisang yang terserang patogen tertentu sehingga menyebabkan penyakit yang sudah disiapkan oleh asisten praktikum.


2.3  Cara Kerja

Langkah-langkah praktikum ini yaitu dimulai dengan disiapkannya alat tulis dan beberapa lembar kertas HVS. Lalu dengan teliti sampel dari masing-masing sampel dengan penyakitnya yang terdapat di meja tiap kelompok diamati dan pohon yang berada diluar laboratorium. Daun sampel diamati satu persatu dan dilihat skor kategori penyakit untuk dicari keparahan penyakitnya dan dari banyak pohon sampel dilihat apakah ada pohon yang terserang patogen dan penyakit dan dicari keterjadian penyakitnya. Kemudian hasil pengamatan dicatat dan dihitung keterjadian serta keparahan penyakit.
Hasil pengamatan dapat dihitung dengan rumus berikut.
Keterjadian Penyakit (KP) = n/N x 100%
Dimana :          n(jumlah tanaman yang mengalami gejala penyakit)
N (jumlah tanaman)
Keparahan Penyakit (S) = (∑ (n+v) / N + V ) x 100%
Dimana :          S = keparahan penyakit
n = jumlah daun dari setiap kategori serangan
v = nilai skor tiap kategori serangan
N = jumlah seluruh daun yang diamati
V = nolai tertinggi skor penyakit









III. HASIL DAN PEMBAHASAN




3.1  Hasil Praktikum

Adapun hasil praktikum perhitungan intensitas serangan penyakitadalah sebagai berikut.

1.)    Keterjadia penyakit bulai pada jagung(Peronosclerospora mayolis)
∑Seluruh Tanaman
∑Tanaman Sakit
Ki P (%)
36
33
91,67

2.)    Keterjadia penyakit kering daun pisang (Cordana musae)
∑Seluruh Tanaman
∑Tanaman Sakit
Ki P
36
35
97,22

3.)    Keparahan penyakit CVPD pada Jeruk (Liberobacter asiaticus)sampel 5
Skor
∑Tanaman Sakit
Kp P (%)
0
1


35
1
5
2
3
3
1
4
0

4.)    Keparahan penyakit karat daun kopi disebabkan jamur Hemilea vastatrixsampel 6
Skor
∑Tanaman Sakit
Kp P (%)
0
0


25
1
5
2
0
3
0
4
0

5.)    Keparahan penyakit karat daun kopi disebabkan jamur Hemilea vastatrixsampel 7
Skor
∑Tanaman Sakit
Kp P (%)
0
1


20
1
4
2
0
3
0
4
0

6.)    Keparahan penyakit karat daun kopi disebabkan jamur Hemilea vastatrixsampel 3
Skor
∑Tanaman Sakit
Kp P (%)
0
0


43,75
1
2
2
1
3
1
4
0

7.)    Keparahan penyakit CVPD pada Jeruk (Liberobacter asiaticus)sampel 4
Skor
∑Tanaman Sakit
Kp P (%)
0
0


39,28
1
4
2
2
3
1
4
0

3.2  Pembahasan

Intensitas serangan penyakit adalah tingkat serangan atau tingkat kerusakan tanaman yang disebabkan oleh jamur, bakteri atau virus yang dinyatakan secara kuantitatif atau kualitatif. (Pracaya, 2007).

Penyakit tanaman dapat didefinisikan sebagai penyimpangan sifat normal yang menyebabkan tanaman tidak dapat melakukan kegiatanfisiologis seperti biasanya penyakit tumbuhan dapat disebabkan oleh faktor biotik dan abiotik. Penyebab penyakit yang bersifat biotik umunya parasitik pada tumbuahn, dapat ditularkan, dan disebut penyakit biogenik. Adapun penyakit yang bersifat abiotik tidak parasit, tidak menular, dan biasa disebut penyakit fisiogenik. Penyebab yang parasitik terdiri dari beberapa golongan seperti virus, viroid, fitoplasma bakteri, cendawan, riketsia, protozoa, nematode dan tumbuhan tingkat tinggi (Martoredjo, 1989).

Intensitas penyakit suatu tanaman dihitung dengan rumus ini apabila penyakitnya besifat sistemik atau dengan adanya serangan patogen cepat atau lambat akan menyebabkan tanaman tidak berproduksi bahkan mati. Pada penyakit-penyakit yang tidak demikian, artinya intensitas penyakit yang terjadi dan akibatnya bervariasi dan tanaman tidak mengalami kematian, maka intensitas penyakitnya dinyatakan dalam istilah Keparahan Penyakit (KeP) yang didefinisikan sebagai persentase luasnya jaringan tanaman yang terserang pathogen dari total las yang diamati, seerti dinyatakan dalam rumus berikut: Dimana KeP adalah keparahan penyakit, n adalah jumlah jaringan terserang pada setiap kategori (skor), v adalah kategori (skor) serangan, Z adalah kategori serangan tertinggi dan N adalah total dari jumlah jaringan yang diamati (Zadoks,1979).

Pendugan intesitas penyakit tanaman merupakan cara yang umum untuk menentukan besar penyakit pada suatu populasi. Sedangkan keterjadian penyakit pada tanaman merupakan banyaknya sampel unit yang terserang dalam persentase/proporsi dari jumlah sempling unit atau jumlah keseluruhan terjadinya penyakit disebabkan apabila penyakit ini bersifat sistemik serta serangan patogen cepat atau lambat yang akan menyebabkan kematian. Keparahan penyakit tumbuhan adalah daerah sub sempling unit yang terinfeksi penyakit ditulis dalam bentuk persen atau proporsi total daerah sempling(Leonard J. F.  2001).

Melalui hasil perhitungan dari keparahan penyakit, kita dapat meramalkan nilai dari keterjadian penyakit. Dengan ini, tentu akan mempermudah dalam proses pencegahan dan pengendalian penyakit dalam budidaya pertanian. Manfaat dalam kehidupan dengan mengetahui angka keterjadian dan keparahan penyakit adalah petani dapat memprediksi cara pengendalian dan kapan pengendalian harus dilakukan. Dengan mengetahui intensitas penyakit suatu tanaman, maka kita akan mampu mengetahui dampak ekonomi dan lingkungan yang disebabkan oleh penyakit tersebut.Djafarudin. 2001.

Analisis agroekosistem merupakan kegiatan terpenting dalam pengelolaan hama dan penyakit terpadu, kegiatan ini dapat dianggap sebagai teknik pengamatan terhadap hal yang mendasari petani dalam membuat keputusan-keputusan pengelolaan lahan pertaniannya, sehingga petani mengetahui tindakan selanjutnya yang harus dilakukan. Petani akan mengetahui harus dilakukan pengendalian atau tidak, dilakukan pemusnahan, pembersihan, dan tindakan lainnya yang dianggap yang terbaik dalam menangani penyakit tersebut (Mangan, 2002).

Pada sampel 3 (piring kuning),4(piring biru),5(piring orange),6(piring hijau tosca), dan 7 (piring putih bunga) dihitung persentase luasnya jaringan yang terserang patogen dari total luasan yang diamati (Keparahan Penyakit). Penyakit karat daun kopi pada sampel 3,6, dan 7 serta penyakit CVPD pada jeruk nipis pada sampel 4 dan 5. Untuk keterjadian penyakit yaitu menghitung keterjadian penyakit pada tanaman pisang yang mengalami penyakit kering daun pisang dan pada tanaman jagung yang mengalami penyakit bulai.

Keparahan penyakit karat daun kopi pada sampel 3 sebesar 43,75%, sampel 6 sebesar 25%, dan sampel 7 sebesar 20%. Pada sampel 6 dan 7 masih pada kategori kisaran kategori ringan (1%-25%) sehingga masih belum terlalu membutuhkan pengendalian akan tetapi untuk mencegah keparahan penyakit akan lebih baik jika penyakit karat daun kopi segera ditangani. Pada sampel 3 keparahan penyakit daun kopi sudah pada kategori sedang (26%-50%), dengan angka keparahan penyakit yang hampir 50% tersebut pengendalian harus segera dilakukan. Dan keparahan penyakit CVPD daun jeruk nipis pada sampel 4 sebesar 39,28% dan sampel 5 sebesar 35%. Keparahan penyakit CVPD tersebut termasuk pada kategori sedang dan sudah membutuhkan pengendalian dengan segeraa sehingga penyakit tersebut tidak semakin parah atau masuk kategori berat (51%-75%).

Keterjadian penyakit kering daun pisang dari hasil pengamatan dan perhitungan didapatkan sebesar 97,22% dan keterjadian penyakit bulai daun jagung sebesar 91,67%. Kedua keterjadian penyakit pada pengamatan dua jenis tanaman tersebut menunjukkan bahwa hampir semua tanaman dari jumlah tanaman yang diamati sudah terkena penyakit. Pada tanaman pisang akan lebih baik jika tanaman pisang dimusnahkan semua dan dilakukan pembersihan lahan dan kemudian baru ditanami kembali. Lahan yang sudah bersih sudah bisa ditanami tanaman lain atau tetap ditanami pisang, tetapi akan lebih baik jika ditanami tanaman lain terlebih dahulu. Keterjadian penyakit bulai pada jagung tersebut juga sangat besar yaitu >90% sehingga akan lebih baik tanaman jagung dimusnahkan dan lahannya kemudian dibersihkan sama seperti tanaman daun pisang. Karena penyakit bulai dapat menyebar dengan cepat.









IV. KESIMPULAN




Adapun kesimpulan dari praktikum ini adalah sebagai berikut.
1.      Keparahan penyakit CVPD pada jeruk nipis sudah termasuk dalam kategori sedang dan sudah membutuhkan pengendalian.
2.      Keparahan penyakit karat daun kopi yang sudah termasuk kategori sedang sudah membutuhkan pengendalian agar tidak memperparah penyakit dan untuk yang masih termasuk kategori ringan belum terlalu dianjurkan untuk melakukan pengendalian.
3.      Keterjadian penyakit yang hampir mencapai 100% pada tanaman jagung yang terkena bulai dan tanaman pisang yang terkena kering daun pisang menunjukkan bahwa tanaman sudah tidak bisa diselamatkan dan lebih baik tanaman tersebut dimusnahkan dan lahannya dibersihkan terlebih dahulu agar bisa ditanami kembali.
4.      Keterjadian penyakit yaitu persentase jumlah tanaman yang terserang oleh patogen dari jumlah tanaman yang diamati sedangkan keparahan penyakit yaitu persentase luasnya jaringan tanaman yang terserang oleh patogen dari total luasan yang diamati.
5.      Manfaat dari pengukuran intensitas penyakit yaitu untuk mendasari petani dalam membuat keputusan-keputusan pengelolaan lahan pertaniannya, sehingga petani mengetahui tindakan selanjutnya yang harus dilakukan. Petani akan mengetahui harus dilakukan pengendalian atau tidak, dilakukan pemusnahan, pembersihan, dan tindakan lainnya yang dianggap yang terbaik dalam menangani penyakit tersebut









DAFTAR PUSTAKA




Agrios, George W. 1997. Plant Pathology Fourth Edition. AcademicPress.New York.

Djafarudin. 2001. Dasar-dasar Perlindungan Tanaman (Umum). Bumi Aksara. Jakarta.

Lay, B. 1994.Analisis Mikroba di Laboratorium. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Leonard J. F.  2001.Exercises in Plant Disease Epidemiology. APS Press. St. Paul Minnesota.

Martoredjo, T. 1989. Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan Bagian Dari Perlindungan Tanaman. Andi Offset. Yogyakarta.

Mangan, J. 2002. Pedoman SL-PHT Untuk Pemandu. Proyek PHT-PR/IPMSECP. Jakarta.

Pracaya. 2007.Hama Dan Penyakit Tanaman. Penebar Swadaya. Jakarta.

Sastrahidayat, R. I. 2011. EpidemiologiTeoritisPenyakitTumbuhan. UB Press UniversitasBrawijaya. Malang.

Zadoks,C.J.and R.D. Schein. 1979. Epidemiology and Plant Disease Management. Oxford University Press. New York.




























LAMPIRAN


Tidak ada komentar:

Posting Komentar