PERHITUNGAN INTENSITAS SERANGAN PENYAKIT
(Laporan Praktikum
Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman)
Oleh
Tia Nur Fitriani
1614131086
Kelompok 5
JURUSAN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2017
I.
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Manusia
membutuhkan makanan untuk tetap hidup, manusia sangat bergantung pada hewan dan
tumbuhan, sedangkan tumbuhan dalam kehidupannya sering dihadapkan pada berbagai
gangguan, salah satunya adalah serangan dari penyakit tumbuhan yang akan sangat
berpengaruh terhadap hasil produksi. Analisis mengenai tingkat keparahan
penyakit tumbuhan serta keberadaan sangan dibutuhkan dalam mempelajari
kehilangan hasil, peramalan tingkat penyakit, dan sistem pengendalian yang
harus dilakukan untuk meminimalisasi kerugian yang disebabkan oleh serangan
penyakit. Berat atau ringannya penyakit dapat diklasifikasikan dalam tiga
kriterium utama, yaitu insidensi penyakit (diseases
insident), intensitas penyakit (diseases
severity), dan kehilangan hasil (crop
loss) (Sastrahidayat,2011).
Untuk
mengetahui tingkat serangan dari penyakit biasanya digunakan dengan istilah
serangan ringan, sedang, berat, atau sangat berat. Ungkapan yang demikian masih
bersifat kualitatif, tidak memiliki makna ilmiah. Pernyataan demikian sangat
bersifat subyektif. Untuk mengetahui tingkatan serangan penyakit kita tentu
harus bias menghitung tingkat keterjadian penyakit dan keparahan penyakit. Hal
ini sangatlah penting, karena berguna untuk kepentingan pengelolaan serta
pengendalian penyakit dalam budidaya pertanian. Dengan metode perhitungan ini,
kita bisa meramalkan dan menentukan besarnya penyakit pada suatu populasi,
sehingga akan mempermudah dalam proses pengendalian terhadap penyakit.(Lay, 1994).
Hampir dari keempat produk pertanian diatas mengalami
penurunan produksi dikarenakan hama dan penyakit. Pada praktikum ini dilakukan
untuk mengetahui gejala penyakit yang disebabkan oleh beberapa jamur.Jamur
tidak mempunyai batang, daun, dan akar serta tidak mempunyai sistem pembulu
seperti pada tumbuhan tingkat tinggi. Jamur umumnya berbentuk seperti benang,
bersel banyak, dan semua dari jamur mempunyai potensi untuk tumbuh, karena
tidak mempunyai klorofil yang berarti tidak dapat memasak makanannya sendiri,
maka jamur memanfaatkan sisa-sisa bahan organik dari makhluk hidup yang telah
mati maupun yang masih hidup. Jamur yang hidup pada tanaman yang masih hidup
disebut parasit, karena menyebabkan penyakit pada tanaman atau patogen. Seiring
berjalannya waktu status suatu hama maupun penyakit yang menyerang tanaman
mengalami pergeseran, tidak terkecuali pada tanaman mentimun dan tanaman
lainnya. Hingga saat ini informasi mengenai hama dan penyakit penting, serta
musuh alami pada pertanaman terutama yang ditanam di dataran tinggi belum
banyak diketahui dan masih terbatas.
Oleh karena itu, inventarisasi OPT pada pertanaman tanaman perlu
dilakukan agar pengelolaan tanaman mentimun dapat dilakukan dengan baik
(Pracaya, 2007).
Besarnya penyakit sering dikemukakan dengan istilah
serangan ringan, sedang, berat, atau sangat berat. Ungkapan yang demikian masih
bersifat kualitatif, tidak memiliki makna ilmiah. Pernyataan demikian sangat
bersifat subyektif. Dalam arti bahwa data kualitatif demikian tidak dapat
dibandingkan antara ahli yang satu dengan ahli yang lain dan antara daerah yang
satu dengan daerah yang lain. Data yang bersifat kuantitatif tentang intensitas
penyakit sangat diperlukan untuk berbagai kepentingan, terutama untuk
kepentingan pengelolaan/pengendalian penyakit tanaman. Keterjadian Penyakit
(KjP) merupakan persentase jumlah tanaman yang terserang patogen (n) dari total
tanaman yang diamati (N). Sedangkan keparahan penyakit (KpP) didefinisikan
sebagai persentase luasnya jaringan tanaman yang terserang patogen dari total
luasan yang diamati. Dimana KpP adalah keparahan penyakit; n adalah jumlah
jaringan terserang pada setiap kategori (skor); v adalah kategori (skor)
serangan; Z adalah kategori serangan tertinggi; dan N adalah total dari jumlah
jaringan yang diamati (Agrios,1997).
1.2 Tujuan
Praktikum
Adapun
tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut.
1.
Menghitung
intensitas penyakit tanaman yang disebabkan oleh patogen.
2.
Mengetahui
dan memahami perbedaan keterjadian dan keparahan penyakit.
3.
Mengetahui
manfaat pengukuran intensitas penyakit.
II.
METODOLOGI PRAKTIKUM
2.1 Waktu
dan Tempat
Adapun
praktikum dilaksanakan pada hari Kamis, 2 November 2017. Praktikum dilakukan di
Laboratorium Ilmu Proteksi Tumbuhan yang terdapat di Fakultas Pertanian
Universitas Lampung.
2.2 Alat
dan Bahan
Alat-alat
yang digunakan dalam praktikum ini yaitu alat tulis, dan kertas HVS. Sedangkan
bahan yang digunakan adalah sampel dari daun kakao, daun jeruk nipis, pohon
jagung, dan pohon pisang yang terserang patogen tertentu sehingga menyebabkan
penyakit yang sudah disiapkan oleh asisten praktikum.
2.3 Cara
Kerja
Langkah-langkah praktikum ini yaitu dimulai dengan
disiapkannya alat tulis dan beberapa lembar kertas HVS. Lalu dengan teliti
sampel dari masing-masing sampel dengan penyakitnya yang terdapat di meja tiap
kelompok diamati dan pohon yang berada diluar laboratorium. Daun sampel diamati
satu persatu dan dilihat skor kategori penyakit untuk dicari keparahan
penyakitnya dan dari banyak pohon sampel dilihat apakah ada pohon yang
terserang patogen dan penyakit dan dicari keterjadian penyakitnya. Kemudian hasil
pengamatan dicatat dan dihitung keterjadian serta keparahan penyakit.
Hasil pengamatan dapat dihitung dengan rumus berikut.
Keterjadian Penyakit (KP) = n/N x 100%
Dimana : n(jumlah
tanaman yang mengalami gejala penyakit)
N (jumlah tanaman)
Keparahan Penyakit (S) = (∑ (n+v) / N + V ) x 100%
Dimana : S
= keparahan penyakit
n = jumlah daun dari setiap kategori serangan
v = nilai skor tiap kategori serangan
N = jumlah seluruh daun yang diamati
V = nolai tertinggi skor penyakit
III.
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil
Praktikum
Adapun hasil praktikum perhitungan intensitas serangan
penyakitadalah sebagai berikut.
1.)
Keterjadia
penyakit bulai pada jagung(Peronosclerospora
mayolis)
∑Seluruh Tanaman
|
∑Tanaman Sakit
|
Ki P (%)
|
36
|
33
|
91,67
|
2.)
Keterjadia
penyakit kering daun pisang (Cordana
musae)
∑Seluruh Tanaman
|
∑Tanaman Sakit
|
Ki P
|
36
|
35
|
97,22
|
3.)
Keparahan
penyakit CVPD pada Jeruk (Liberobacter
asiaticus)sampel 5
Skor
|
∑Tanaman Sakit
|
Kp P (%)
|
0
|
1
|
35
|
1
|
5
|
|
2
|
3
|
|
3
|
1
|
|
4
|
0
|
4.)
Keparahan
penyakit karat daun kopi disebabkan jamur Hemilea
vastatrixsampel 6
Skor
|
∑Tanaman Sakit
|
Kp P (%)
|
0
|
0
|
25
|
1
|
5
|
|
2
|
0
|
|
3
|
0
|
|
4
|
0
|
5.)
Keparahan
penyakit karat daun kopi disebabkan jamur Hemilea
vastatrixsampel 7
Skor
|
∑Tanaman Sakit
|
Kp P (%)
|
0
|
1
|
20
|
1
|
4
|
|
2
|
0
|
|
3
|
0
|
|
4
|
0
|
6.)
Keparahan
penyakit karat daun kopi disebabkan jamur Hemilea
vastatrixsampel 3
Skor
|
∑Tanaman Sakit
|
Kp P (%)
|
0
|
0
|
43,75
|
1
|
2
|
|
2
|
1
|
|
3
|
1
|
|
4
|
0
|
7.)
Keparahan
penyakit CVPD pada Jeruk (Liberobacter
asiaticus)sampel 4
Skor
|
∑Tanaman Sakit
|
Kp P (%)
|
0
|
0
|
39,28
|
1
|
4
|
|
2
|
2
|
|
3
|
1
|
|
4
|
0
|
3.2 Pembahasan
Intensitas
serangan penyakit adalah tingkat serangan atau tingkat kerusakan tanaman yang
disebabkan oleh jamur, bakteri atau virus yang dinyatakan secara kuantitatif
atau kualitatif. (Pracaya, 2007).
Penyakit
tanaman dapat didefinisikan sebagai penyimpangan sifat normal yang menyebabkan
tanaman tidak dapat melakukan kegiatanfisiologis seperti biasanya penyakit
tumbuhan dapat disebabkan oleh faktor biotik dan abiotik. Penyebab penyakit
yang bersifat biotik umunya parasitik pada tumbuahn, dapat ditularkan, dan
disebut penyakit biogenik. Adapun penyakit yang bersifat abiotik tidak parasit,
tidak menular, dan biasa disebut penyakit fisiogenik. Penyebab yang parasitik
terdiri dari beberapa golongan seperti virus, viroid, fitoplasma bakteri,
cendawan, riketsia, protozoa, nematode dan tumbuhan tingkat tinggi (Martoredjo,
1989).
Intensitas
penyakit suatu tanaman dihitung dengan rumus ini apabila penyakitnya besifat
sistemik atau dengan adanya serangan patogen cepat atau lambat akan menyebabkan
tanaman tidak berproduksi bahkan mati. Pada penyakit-penyakit yang tidak
demikian, artinya intensitas penyakit yang terjadi dan akibatnya bervariasi dan
tanaman tidak mengalami kematian, maka intensitas penyakitnya dinyatakan dalam
istilah Keparahan Penyakit (KeP) yang didefinisikan sebagai persentase luasnya
jaringan tanaman yang terserang pathogen dari total las yang diamati, seerti
dinyatakan dalam rumus berikut: Dimana KeP adalah keparahan penyakit, n adalah
jumlah jaringan terserang pada setiap kategori (skor), v adalah kategori (skor)
serangan, Z adalah kategori serangan tertinggi dan N adalah total dari jumlah
jaringan yang diamati (Zadoks,1979).
Pendugan
intesitas penyakit tanaman merupakan cara yang umum untuk menentukan besar
penyakit pada suatu populasi. Sedangkan keterjadian penyakit pada tanaman
merupakan banyaknya sampel unit yang terserang dalam persentase/proporsi dari
jumlah sempling unit atau jumlah keseluruhan terjadinya penyakit disebabkan
apabila penyakit ini bersifat sistemik serta serangan patogen cepat atau lambat
yang akan menyebabkan kematian. Keparahan penyakit tumbuhan adalah daerah sub
sempling unit yang terinfeksi penyakit ditulis dalam bentuk persen atau proporsi
total daerah sempling(Leonard J. F.
2001).
Melalui
hasil perhitungan dari keparahan penyakit, kita dapat meramalkan nilai dari
keterjadian penyakit. Dengan ini, tentu akan mempermudah dalam proses
pencegahan dan pengendalian penyakit dalam budidaya pertanian. Manfaat dalam
kehidupan dengan mengetahui angka keterjadian dan keparahan penyakit adalah
petani dapat memprediksi cara pengendalian dan kapan pengendalian harus
dilakukan. Dengan mengetahui intensitas penyakit suatu tanaman, maka kita akan
mampu mengetahui dampak ekonomi dan lingkungan yang disebabkan oleh penyakit
tersebut.Djafarudin. 2001.
Analisis
agroekosistem merupakan kegiatan terpenting dalam pengelolaan hama dan penyakit
terpadu, kegiatan ini dapat dianggap sebagai teknik pengamatan terhadap hal
yang mendasari petani dalam membuat keputusan-keputusan pengelolaan lahan
pertaniannya, sehingga petani mengetahui tindakan selanjutnya yang harus
dilakukan. Petani akan mengetahui harus dilakukan pengendalian atau tidak,
dilakukan pemusnahan, pembersihan, dan tindakan lainnya yang dianggap yang
terbaik dalam menangani penyakit tersebut (Mangan, 2002).
Pada
sampel 3 (piring kuning),4(piring biru),5(piring orange),6(piring hijau tosca),
dan 7 (piring putih bunga) dihitung persentase luasnya jaringan yang terserang
patogen dari total luasan yang diamati (Keparahan Penyakit). Penyakit karat
daun kopi pada sampel 3,6, dan 7 serta penyakit CVPD pada jeruk nipis pada
sampel 4 dan 5. Untuk keterjadian penyakit yaitu menghitung keterjadian
penyakit pada tanaman pisang yang mengalami penyakit kering daun pisang dan
pada tanaman jagung yang mengalami penyakit bulai.
Keparahan
penyakit karat daun kopi pada sampel 3 sebesar 43,75%, sampel 6 sebesar 25%,
dan sampel 7 sebesar 20%. Pada sampel 6 dan 7 masih pada kategori kisaran
kategori ringan (1%-25%) sehingga masih belum terlalu membutuhkan pengendalian
akan tetapi untuk mencegah keparahan penyakit akan lebih baik jika penyakit
karat daun kopi segera ditangani. Pada sampel 3 keparahan penyakit daun kopi
sudah pada kategori sedang (26%-50%), dengan angka keparahan penyakit yang
hampir 50% tersebut pengendalian harus segera dilakukan. Dan keparahan penyakit
CVPD daun jeruk nipis pada sampel 4 sebesar 39,28% dan sampel 5 sebesar 35%.
Keparahan penyakit CVPD tersebut termasuk pada kategori sedang dan sudah
membutuhkan pengendalian dengan segeraa sehingga penyakit tersebut tidak
semakin parah atau masuk kategori berat (51%-75%).
Keterjadian penyakit kering daun pisang dari hasil
pengamatan dan perhitungan didapatkan sebesar 97,22% dan keterjadian penyakit
bulai daun jagung sebesar 91,67%. Kedua keterjadian penyakit pada pengamatan
dua jenis tanaman tersebut menunjukkan bahwa hampir semua tanaman dari jumlah
tanaman yang diamati sudah terkena penyakit. Pada tanaman pisang akan lebih
baik jika tanaman pisang dimusnahkan semua dan dilakukan pembersihan lahan dan
kemudian baru ditanami kembali. Lahan yang sudah bersih sudah bisa ditanami
tanaman lain atau tetap ditanami pisang, tetapi akan lebih baik jika ditanami
tanaman lain terlebih dahulu. Keterjadian penyakit bulai pada jagung tersebut
juga sangat besar yaitu >90% sehingga akan lebih baik tanaman jagung
dimusnahkan dan lahannya kemudian dibersihkan sama seperti tanaman daun pisang.
Karena penyakit bulai dapat menyebar dengan cepat.
IV. KESIMPULAN
Adapun kesimpulan dari praktikum ini adalah sebagai
berikut.
1.
Keparahan penyakit CVPD pada jeruk nipis sudah termasuk
dalam kategori sedang dan sudah membutuhkan pengendalian.
2.
Keparahan penyakit karat daun kopi yang sudah termasuk
kategori sedang sudah membutuhkan pengendalian agar tidak memperparah penyakit
dan untuk yang masih termasuk kategori ringan belum terlalu dianjurkan untuk
melakukan pengendalian.
3.
Keterjadian penyakit yang hampir mencapai 100% pada
tanaman jagung yang terkena bulai dan tanaman pisang yang terkena kering daun
pisang menunjukkan bahwa tanaman sudah tidak bisa diselamatkan dan lebih baik
tanaman tersebut dimusnahkan dan lahannya dibersihkan terlebih dahulu agar bisa
ditanami kembali.
4.
Keterjadian penyakit yaitu persentase jumlah tanaman yang
terserang oleh patogen dari jumlah tanaman yang diamati sedangkan keparahan
penyakit yaitu persentase luasnya jaringan tanaman yang terserang oleh patogen
dari total luasan yang diamati.
5.
Manfaat dari pengukuran intensitas penyakit yaitu untuk mendasari
petani dalam membuat keputusan-keputusan pengelolaan lahan pertaniannya,
sehingga petani mengetahui tindakan selanjutnya yang harus dilakukan. Petani
akan mengetahui harus dilakukan pengendalian atau tidak, dilakukan pemusnahan,
pembersihan, dan tindakan lainnya yang dianggap yang terbaik dalam menangani
penyakit tersebut
DAFTAR PUSTAKA
Agrios, George W. 1997. Plant Pathology Fourth Edition. AcademicPress.New York.
Djafarudin. 2001. Dasar-dasar
Perlindungan Tanaman (Umum). Bumi Aksara. Jakarta.
Lay, B. 1994.Analisis
Mikroba di Laboratorium. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Leonard J. F.
2001.Exercises in Plant Disease
Epidemiology. APS Press. St. Paul Minnesota.
Martoredjo, T. 1989. Pengantar
Ilmu Penyakit Tumbuhan Bagian Dari Perlindungan Tanaman. Andi Offset.
Yogyakarta.
Mangan, J. 2002. Pedoman
SL-PHT Untuk Pemandu. Proyek PHT-PR/IPMSECP. Jakarta.
Pracaya. 2007.Hama
Dan Penyakit Tanaman. Penebar Swadaya. Jakarta.
Sastrahidayat,
R. I. 2011. EpidemiologiTeoritisPenyakitTumbuhan.
UB Press UniversitasBrawijaya. Malang.
Zadoks,C.J.and R.D. Schein. 1979. Epidemiology and Plant Disease Management. Oxford University Press.
New York.
LAMPIRAN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar