Minggu, 29 April 2018

PENGENALAN PESTISIDA (Laporan Praktikum Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman)







PENGENALAN PESTISIDA
(Laporan Praktikum Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman)







Oleh
Tia Nur Fitriani
1614131086
Kelompok 5








images






JURUSAN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2017






I.       PENDAHULUAN




1.1  Latar Belakang

Pestisidamerupakanbahankimia yang digunakanuntukmembunuhhama, baikinsekta, jamurmaupungulma. Pestisidatelahsecaraluasdigunakanuntuktujuanmemberantashamadanpenyakittanamandalambidangpertanian. Pestisidajugadigunakandirumahtanggauntukmemberantasnyamuk, kecoadanberbagaiseranggapenganggulainnya.Dilainpihakpestisidainisecaranyatabanyakmenimbulkankeracunanpada orang (Kementan, 2007).

Pestisida merupakan racun yang mempunyai nilai ekonomis terutama bagi petani. Pestisida memiliki kemampuan membasmi organisme selektif (target organisme), tetapi pada praktiknya pemakian pestisida dapat menimbulkan bahaya pada organisme non target. Dampak negatif terhadap organisme non target meliputi dampak terhadap lingkungan berupa pencemaran dan menimbulkan keracunan bahkan dapat menimbulkan kematian bagi manusia, oleh karena itu kita sebagai manusia harus mengenali dan mengetahui tentang jenis dan informasi tentang pestisida agar tidak merugika diri sendiri (Tarumingkeng, 2008).

Penggunaan pestisida di lingkungan pertanian menjadi masalah yang sangat dilematis, terutama pada tanaman sayuran yang sampai sat ini masih menggunakan insektisida kimia sintetis secara intensif. Di satu pihak dengan digunakannya pestisida maka kehilangan hasil yang diakibatkan organisme penggangu tanaman (OPT) dapat ditekan, tetapi akan menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan seperti berkembangnya ras hama yang resisten terhadap insektisida, resurjensi hama, munculnya hama sekunder, terbunuhnya musuh alami hama dan hewan bukan sasaran lainnya, serta terjadinya pencemaran lingkungan, sedangkan di lain pihak tanpa pengunaan pestisida akan sulit menekan kehilangan hasil yang diakibatkan OPT. Karena hal tersebut, kita harus menggunakan pestisida dengan sebaik-baiknya dan mengikuti cara pemakaian, dosis, konsentrasi, dan penggunaannya (Kardinan, 2001).

Pestisida adalah bahan yang digunakan untuk mengendalikan, menolak, memikat, atau membasmi organisme pengganggu. Nama ini berasal dari pest ("hama") yang diberi akhiran cide ("pembasmi"). Sasarannya bermacam-macam, seperti serangga, tikus, gulma, burung, mamalia, ikan, atau mikrobia yang dianggap mengganggu. Pestisida biasanya, tapi tak selalu, beracun. dalam bahasa sehari-hari, pestisida seringkali disebut sebagai "racun". Tergantung dari sasarannya, pestisida dapat berupa insektisida (serangga) fungisida (fungi/jamur) rodentisida (hewan pengerat/Rodentia) herbisida (gulma) akarisida (tungau) bakterisida (bakteri) (Novizan. 2002).


1.2  Tujuan Praktikum

Adapun tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut.
1.      Mengenal pestisida dan kegunaannya.
2.      Mengetahui informasi tentang jenis-jenis pestisida.









II.    METODOLOGI PRAKTIKUM




2.1  Waktu dan Tempat

Adapun praktikum dilaksanakan pada hari Kamis, 09 November 2017. Praktikum dilakukan di Laboratorium Ilmu Proteksi Tumbuhan yang terdapat di Fakultas Pertanian Universitas Lampung.


2.2  Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu alat tulis dan kertas HVS. Sedangkan bahan yang digunakan adalah berbagai jenis pestisida  yang sudah disiapkan oleh asisten praktikum.


2.3  Cara Kerja

Langkah-langkah praktikum ini yaitu dimulai dengan disiapkannya alat tulis dan beberapa lembar kertas HVS. Lalu satu persatu pestisida dari masing-masing pestisida yang sudah disiapkan tersebut diamati dengan teliti. Kemudian dicatat nama dagang, bahan aktif, jenis pestisida, komoditi, OPT, dosis dan konsentrasi, cara masuk dan cara aplikasi pestisida tersebut.









III. HASIL DAN PEMBAHASAN




3.1  Hasil Praktikum

Adapun hasil praktikum pengenalan pestisida adalah sebagai berikut.
No.
Gambar
Keterangan
1.
Nama dagang : Sevin 85 S
Jenis : Insektisida
Bahan Aktif : Carbaryl 85%
Komoditi : 1. Jagung (OPT : belalang locusta migratoria, dosis 1,5 kg/ha, dan konsentrasi 400-500 l/ha), 2. Perusak dun Plusia chalcites 1-2 kg/ha, konsentrasi 500l/ha).
Cara masuk : lambung, kontak, dan pernapasan
Cara aplikasi : disemprotkan dengan volume tinggi.
2.

Nama dagang : Antracol 70WP
Jenis : Fungisida
Bahan aktif : Propinep 70%
Cara masuk : Kontak
Komoditi : 1. Anggur (OPT : embun tepung, dosis : 1,5-3 gr/l, konsentrasi :600-800 l air/ha), 2. bawang merah (OPT : bercak ungu Alternaia alii, dosis ; 2 gr/l, konsentrasi : 300-800 l air/ha)
Cara masuk : sistemik
Cara aplikasi: disemprotkan pada areal petanaman yang terserang.
3.
Nama dagang : aliette 100 CA
Jenis : fungisisda
Bahan aktif : alumuniem fosetil 100 gr/l
Komoditi : kelapa
OPT : buduk pucuk dan gugur buah Phytophtora palmivora
Dosis : 40-80 ml/pohon
Cara masuk : sistemik
Cara aplikasi : diinfuskan pada akar pohon
4.
Nama dagang : Marshal 200 FC
Jenis : insektisida
Bahan aktif : karbonsulfan 200,11 grl
Komoditi : 1. Bawang merah (OPT : ulat grayak, dosis : 1-2 ml/l, konsentrasi : 400-600 l/ha), 2. Cabai (OPT : thrip dan kutu daun, dosis : 2-4 ml/l, konsentrasi : 300-600 l/ha)
Cara masuk : kontak dan lambung
Cara aplikasi : : disemprotkan dengan volume tinggi.
5.
Nama dagang : Ridomil 35 SD
Jenis : fungisida
Bahan aktif : Metalaksil 35%.
Jenis formulasinya : Solution (S)
Komoditi : Jagung Konsentrasi : 5 gr dilarutkan 7.5 ml air
OPT : Bulai (sclerospora maydis)
Cara masuk : sistemik
Cara aplikasi :disemprotkan pada tanaman.



3.2  Pembahasan

Di Indonesia, kebutuhan pestisida meningkat dari tahun ketahun. Hal ini terlihat dari semakin banyaknya bahan aktif yang beredar dipasaran. Pada tahun 1982, terdapat 286 jenis nama dagang yang beredar di pasaran dengan 41 perusahaan terdaftar. Jumlahnya meningkat pada tahun 1989 yaitu menjadi 570 nama dagang dengan 65 perusahaan terdaftar. Selain itu, jumlah bahan aktif yang terdaftar juga mengalami peningkatan mulai dari 199 bahan aktif yang terdaftar pada tahun 1982 meningkat menjadi 273 bahan aktif yang terdaftar pada tahun 1989 (Sastroutomo,1992).

Penggunaan pestisida juga mengalami peningkatan setiap tahunnya. Sampai saat ini sekitar 2,5 juta ton pestisida digunakan setiap tahunnya.Dimana 75% negara yang menggunakan pestisida adalah negara-negara yang sedang berkembang seperti Indonesia dimana jenis pestisida berupa insektisida (serangga), fungisida (fungi/jamur), rodentisida (hewan pengerat/Rodentia), herbisida (gulma), akarisida (tungau), serta bakterisida (bakteri), dan pestisida yang sering digunakan yaitu insektisida dan pestisida dikarenakan serangga dan gulma merupakan salah satu yang menyerang dan menyebabkan tanaman rusak, mati, dll. Di Indonesia, disamping perusahaan perkebunan, petani yang paling banyak menggunakan berbagai jenis pestisida ialah petani sayuran, petani tanaman pangan dan  petani tanaman hortikultura buah-buahan. Khusus petani sayuran, kelihatannya sulit melepaskan diri dari ketergantungan penggunaan pestisida. Bertanam sayuran tanpa pestisida dianggap tidak aman, dan sering kali pestisida dijadikan sebagai garansi keberhasilan berproduksi(Zulkarnain, 2010).

Enam tepat penggunaan pestisida berdasarkan konsepsi PHT, penggunaan pestisida harus berdasarkan pada enam tepat, yaitu (1) tepat sasaran, (2) tepat mutu, (3) tepat jenis pestisida, (4) tepat waktu, (5) tepat dosis atau konsentrasi, dan (6) tepat cara penggunaan (Dirjen Bina Produksi Hortikultura 2002).
1.      Tepat sasaran pestisida yang digunakan harus berdasarkan jenis OPT yang menyerang tanaman. Oleh karena itu, sebelum menggunakan pestisida langkah awal yang harus dilakukan adalah melakukan pengamatan terlebih dahulu dengan tujuan untuk mengidentifikasi jenis OPT yang menyerang. Langkah selanjutnya ialah memilih jenis pestisida yang akan digunakan, dimanainsektisida (serangga hama), akarisida (hama golongan akarina/tungau), rodentisida binatang pengerat (tikus), molluskisida (siput atau moluska), nematisida (nematoda), fungisida (cendawan), bakterisida (penyakit akibat bakteri), herbisida (gulma).
2.      Tepat Mutu Pestisida yang digunakan bahan aktifnya harus bermutu. Oleh karena itu  dipilih pestisida yang terdaftar dan diijinkan oleh Komisi Pestisida. Pestisida yang tidak terdaftar, sudah kadaluarsa, rusak atau yang diduga palsu tidak boleh digunakan karena efikasinya diragukan dan bahkan dapat mengganggu pertumbuhan tanaman. Jenis-jenis pestisida tersebut dapat dilihat pada buku Pestisida Pertanian dan Kehutanan  yang diterbitkan setiap tahun oleh Pusat Perizinan dan Investasi, Sekretariat Jendral, Kementerian Pertanian Republik Indonesia.
3.      Tepat Jenis Pestisida  Pestisida yang digunakan harus diketahui efektif terhadap hama dan penyakit sasaran tetapi tidak mengganggu perkembangan dan peranan organisme berguna. Informasi ini dapat diperoleh dari buku panduan penggunaan pestisida yang dikeluarkan oleh Pusat Perijinan dan Investasi Kementerian Pertanian atau berdasarkan hasil-hasil penelitian terbaru. Oleh karena itu membaca label yang tertera pada kemasan pestisida atau melihat peruntukannya pada buku Pestisida Pertanian dan Kehutanan  mutlak diperlukan.
4.      Tepat Waktu Penggunaan Penggunaan pestisida berdasarkan konsepsi PHT harus dilakukan berdasarkan hasil pemantauan atau pengamatan rutin, yaitu jika populasi OPT atau kerusakan yang ditimbulkannya telah mencapai Ambang Pengendalian.  Hal ini disebabkan keberadaan OPT pada tingkat populasi tertentu secara ekonomi belum tentu merugikan. Waktu yang tepat untuk melakukan penyemprotan adalah pada sore hari (± pukul 17.00), ketika suhu udara < 30 oC dan kelembaban udara berkisar antara 50-80%.
5.      Tepat Dosis atau Konsentrasi  Daya racun pestisida terhadap jasad sasaran ditentukan oleh dosis atau konsentrasi formulasi pestisida yang digunakan. Dosis atau konsentrasi formulasi pestisida yang lebih rendah atau lebih tinggi dari yang dianjurkan akan memacu timbulnya generasi OPT yang akan kebal terhadap pestisida yang digunakan. Dengan demikian penggunaan pestisida harus mengikuti dosis atau konsentrasi formulasi yang direkomendasikan  pada label kemasannya.
6.      Tepat Cara Penggunaan Beberapa cara penggunaan pestisida antara lain ialah, pencelupan, pengasapan, pemercikan, penyuntikan, pengolesan, penaburan, penyiraman, dan penyemprotan. Pengetahuan tentang cara penggunaan pestisida mutlak diperlukan agar efikasi pestisida tersebut sesuai dengan yang diinginkan.

Keuntungan dengan adanya pestisida tidak hanya berperan dalam mengendalikan jasad-jasad pengganggu dalam bidang pertanian saja, namun juga diperlukan dalam bidang kehutanan terutama untuk pengawetan kayu dan hasil hutan yang lainnya, dalam bidang kesehatan dan rumah tangga untuk mengendalikan vektor (penular) penyakit manusia dan binatang pengganggu kenyamanan lingkungan, dalam bidang perumahan terutama untuk pengendalian rayap atau gangguan serangga yang lain. Hasil penelitian menunjukkan bahwa serangan hama pada tanaman cukup tinggi. Dengan menggunakan pestisida kehilangan hasil produksi pertanian bisa dikurangi. Pada tahun 1985 dunia menggunakan sekitar 2300 juta kg pestisida kimia. Pestisida meningkat dengan pesat khususnya di Negara-negara sedang berkembang dimana pestisida dianggap suatu cara mudah untuk meningkatkan produksi, seringkali aktif dipromosikan dan disubsidi. Namun demikian, beberapa kerugian dan bahaya penggunaan pestisida lambat laun menjadi jelas, antaralain: dari waktu ke waktu, hama menjadi kebal terhadap pestisida, yangkemudian memaksa penggunaan pestisida dalam dosisi yang lebih tinggi. Akhirnya perlu dikembangkan pestisida jenis baru. Hal ini merupakan proses yang mahal dan lama. Kekebalan hama ini semakin berkembangcepat di daerahtropis daripada di daerah beriklim sedang karena proses biologisnya berlangsung lebih cepat pada suhu yang lebih tinggi. Pestisida bukan hanya pembunuh organisme yang menyebabkan kerusakan pada tanaman, namun juga membunuh organisme yang berguna seperti musuh alami hama. Serangan hama primer dansekunder bisa meningkat setelah pestisida membunuh musuh alamihama ; Pestisida yang tidak mudah terurai, akan terserap dalam rantai makanan dan sangat membahayakan seranggga, hewan pemakanserangga, burung pemangsa, dan pada akhirnya manusia. Dampak tarhadap manusia apabila penggunaan pestisida tanpa diimbangi dengan perlindungan dan perawatan kesehatan, orang yang sering berhubungan dengan pestisida, secara lambat laun akan mempengaruhi kesehatannya. Pestisida meracuni manusia tidak hanya pada saat pestisida itu digunakan, tetapi juga saat mempersiapkan, atau sesudah melakukan penyemprotan.  Kecelakaan  akibat pestisida pada manusia juga merupakan kerugian yang nya pestisida, terutama dialami oleh orang yang langsung melaksanakan penyemprotan. Mereka dapat mengalami pusing-pusing ketika sedang menyemprot maupun sesudahnya, atau muntah-muntah, mulas, mata berair, kulit terasa gatal-gatal dan menjadi  luka, kejang-kejang, pingsan, bahkan kematian. Kejadian tersebut umumnya disebabkan kurangnya perhatian atas keselamatan kerja dan kurangnya kesadaran bahwa pestisida adalah racun Sukoco(1999).

Kerugiannya pestisida berpengaruh buruk terhadap kualitas lingkungan. Masalah yang banyak diprihatinkan dalam pelaksanaan program pembangunan yang berwawasan lingkungan adalah masalah pencemaran yang diakibatkan penggunaan pestisida di bidang pertanian, kehutanan, pemukiman, maupun di sektor kesehatan. Pencemaran pestisida terjadi karena adanya residu yang tertinggal di lingkungan fisik dan biotis disekitar kita. Dan  menyebabkan kualitas lingkungan hidup manusia semakin menurun. Tiga dampak buruk penggunaan pestisida, khususnya yang mempengaruhi peningkatan perkembangan populasi hama yaitu munculnya ketahanan (resistensi) hama terhadap pestisida, resurgensi hama, ledakan populasi hama sekunder Sukoco(1999).

Dosis adalah banyaknya pestisida yang digunakan untuk mengendalikan hama secara memadai pada lahan seluas 1 ha. Konsentrasi adalah banyaknya pestisida yang dilarutkan dalam satu liter air.Semua jenis pestisida merupakan  racun, penggunaan dosis yang semakin besar maka semakin besar terjadinya keracunan pestisida. Karena bila dosis penggunaan pestisida bertambah, maka efek dari pestisida juga akan bertambah. Peenggunaan dosis yang tidak sesuai mempunyai risiko 4 kali untuk terjadi keracunan dibandingkan penyemprotan yang dilakukan sesuai dengan dosis aturan (Afriyanto, 2008).

Formulasi pestisida, dimana bahan terpenting yang bekerja aktif dalam pestisida terhadap hama sasaran dinamakan bahan aktif (Active ingridient atau bahan tehnis). Dalam pembuatan pestisida di pabrik (manufacturing plant), bahan aktif tersebut tidak dibuat secara murni, tetapi dicampur sedikit dengan bahan-bahan pembawa lainnya. Bahan aktif  dengan kadar bahan aktif yang tinggi tersebut tidak dapatdigunakan sebelum diubah  bentuk dan sifat fisiknya dan dicampur dengan bahan lainnya. Pencampuran ini dilakukan agar bahan aktif tersebut mudah disimpan, diangkut dan dapat digunakan dengan aman, efektif dan ekonomis. Produk jadi yang merupakan campuran fisik antara bahan aktif dan bahan tambahan yang tidak aktif (inert ingridient) dinamakan formulasi (formulated product). Formulasi sangat menentukan bagaimana pestisida dengan bentuk dan komposisi tertentu harus dipergunakan, berapa dosis atau takaran yang harus dipakai, berapa frekuensi dan interfal penggunaan, serta terhadap sasaran apa pestisida dengan formulasi tersebut dapat digunakan dengan efektif. Untuk keamanan distribusi dan penggunaannya pestisida diedarkan dalam beberapa macam formulasi, yaitu sebagai berikut (Kemenkes, 2012).
A.    Fomulasi cair
Terdapat beberapa bentuk formulasi cair, yaitu :
1. Pekatan yang dapat diemulsikan
Formulasi pekatan yang dapat diemulsikan atau emulsifeable concentrate(EC) merupakan formulasi dalam bentukcair, dibuat dengan melarutkan bahan aktif dalam palarut tertentu dan ditambah sulfaktan atau bahan pengemulsi. Contoh : Agrothion 50 EC, Basudin 60 EC
2. Pekatan yang larut dalam air
Biasanya disebut water soluble concentrate (WSC), terdiri atas bahan aktif yang dilarutkan dalam pelarut tertentu yang dapat bercampur baik dengan air. Contoh :  Azodrin 15 WSC
3. Pekatan dalam air
Disebut juga aqueous concentrate, merupakan pekatan pestisida yang dilarutkan dalam air dari bentuk garam dari herbisida asam yang mempunyai kelarutan tinggi dalam air. Contoh : 2-metil-4 khlorofenoksi asetat (MCPA) 2,4 – dikhloroferroksi asetat (2,4 – D)
4. Pekatan dalam minyak
Oil concentrate merupakan formulasi cair yang mengandung bahan aktif konsentrasi tinggi yang dilarutkan dalam pelarut hidrokarbon aromatik seperti xilin atau nafta Contoh : Sevin 4 oil.
5. Aerosol
Formulasi cair dengan bahan aktif yang dilarutkan dalam pelarut organik, kedalamnya ditambahkan gas yang bertekanan, kemudian dikemas menjadi kemasan yang siap pakai, dibut dalam konsentrasi rendah. Contoh : Flygon aerosol
6. Gas yang dicairkan
Liquified gases merupakan pestisida dengan bahan aktif berbentuk gas yang dipampatkan pada tekanan tertentu dalam suatu kemasan. Contoh : Methyl Bromida

B. Formulasi padat
Beberapa formulasi padat yang ada, sebagai berikut :
1. Tepung yang dapat disuspensikan (dilarutkan)
Disebut juga wetable powder (WP) atau dispersible powder (DP) merupakan tepung kering yang halus, sebagai bahan pembawa inert (misalnya tepung tanah liat) yang bila dicampur dengan air akan membentuk suspensi. Ke dalam formulasi ini juga ditambahkan surfaktan sebagai bahan pembasah atau penyebar untuk mempercepat pembasahan tepung untuk air, mencegah penggumpalan dan pengendapan tepung, mencegah pembentukan busa yang berlebihan Contoh : Ficam 50 WP
2. Tepung yang dapat dilarutkan
Formulasi yang dapat dilarutkan atau Soluble powder (SP) sama dengan WP, tapi bahan aktif, bahan pembawa dan bahan lainnya dalam formulasi ini semuanya mudah larut dalam air. Contoh : Dowpon M.
3. Butiran
Dinamakan juga Granula (G), bahan aktifnya menempel atau melapisi bahan pembawa yang inert, seperti tanah liar, pasir, atau tongkol jagung yang ditumbuk. Contoh Abate 1G.
4.Pekatan debu
Dust concentrate adalah tepung kering yang mudah lepas dengan ukuran kurang dari 75 micron, mengandung bahan aktif dalam konsentrasi yang relatif tinggi, antara 25 sampai 75%.
5. Debu
Terdiri atas bahan pembawa yang kering dan halus, mengandung bahan aktif alam konsentrasi 1-10%. Ukuran debu kurang dari 70 micron. Contoh : lannate2 D.
6. Umpan
Disebut juga Bait (B), merupakan campuran bahan aktif pestisida dengan bahan penambah yang inert, biasanya berbentuk bubuk, pasta atau butiran (biji/benih) Contoh : Zink Fosfit (Umpan Bubuk) Klerat RM (biji beras yang dilapisi bahan aktif  pestisida)
7. Tablet
Ada dua bentuk, bentuk tablet yang bila terkena udara akan menguap menjadi fumigan, biasanya digunakan untuk fumigasi gudang atau perpustakaan, contoh : Phostoxin tablet. Bentuk lainnya adalah tablet yang penggunaannya diperlukan pemanasan, uap yang dihasilkannya dapat membunuh/mengusir hama, contoh : Fumakkila
8. Padat lingkar
Merupakan campuran bahan aktif pestisida dengan serbuk kayu atau sejenisnya dan perekat yang dibentuk menjadi padatan yang melingkar. Contoh : Moon Deer 0,2 MC










IV. KESIMPULAN




Adapun kesimpulan dari hasil praktikum pengenalan pestisida adalah sebaggai berikut.
1.      Pestisida bersifat racun dari bahan kimia yang digunakan untuk membunuh srangga, gulm, jamur, bakteri, dan patogen lain yang dapat mengganggu tanaman agar tidak menimbulkan kerugian.
2.      Jenis pestisida meliputi insektisida (serangga), fungisida (fungi/jamur), rodentisida (hewan pengerat/rodentia), herbisida (gulma), akarisida (tungau), serta bakterisida (bakteri), dll.
3.      Enam tepat penggunaan pestisida, yaitu tepat sasaran, tepat mutu, tepat jenis pestisida, tepat waktu, tepat dosis atau konsentrasi, dan tepat cara penggunaan.
4.      Dosis adalah banyaknya pestisida yang digunakan untuk mengendalikan hama secara memadai pada lahan seluas 1 ha. Konsentrasi adalah banyaknya pestisida yang dilarutkan dalam satu liter air.
5.      Keuntungan pestisida yaitu mengendalikan jasad-jasad pengganggu dalam bidang pertanian, bidang kehutanan terutama untuk pengawetan kayu dan hasil hutan yang lainnya, bidang kesehatan dan rumah tangga untuk mengendalikan vektor (penular) penyakit manusia dan binatang pengganggu kenyamanan lingkungan, dll.
6.      Kelemahan penggunaan pestisida yaitu merusak lingkungan dengan bahan kimia yang terkandung di dalam pestisida, menimbulkan sifat resisten pada patogen, dll.
7.      Ridomil 35 SD, Antracol 70 WP, dan Aliette 10 CA termasuk kedalam jenis fungisida.
8.      Sevin 85 S dan marshal 200 FC termasuk kedalam jenis insektisida.









DAFTAR PUSTAKA



Afrianto, Eddy. 2008.PengawasanMutuBahan/ProdukPanganJilid II. Jakarta.

DirektoratJendralBinaproduksiHortikultura.2002.PenggunaanPestisidaSecaraBenardenganResidu Minimum.Ditlinhort.Jakarta.

DirektoratPembinaanSekolahMenengahKejuruan, DirektoratJenderalManajemenPendidikanDasardanMenengah, DepartemenPendidikanNasional.

Kardinan, A. 2001.Pestisida Nabati.JilidRamuandanAplikasi.PenebarSwadaya. Jakarta.

Kemenkes. 2012.PedomanPenggunaanInsektisida (DalamPengendalianVektor).DirjenPengendalianPenyakitdanLingkungan. Kemenkes RI.

KementerianPertanianRepublik Indonesia. 2007.PeraturanMenteriPertanianNomor: 07/Permentan/SR. 140/2/ 2007 tentangSyaratdanTatacaraPendaftaranPestisida. KementerianPertanianRepublikIndonesia,Jakarta.

Novizan. 2002. Petunjuk Pemakaian Pestisida. Agro Media Pustaka.Jakarta.

Sastroutomo, S.S. (1992). Pestisida: DasarDasardanDampakPenggunaannya,GramediaPustakaUtama. Jakarta.

Sukoco. 1999. Pertanian Masa Depan. Kanisus. Yogyakarta

Tarumingkeng. 2008. Pestisida dan Penggunaannya. Bogor: Institut Pertanian Bogor

Zulkarnain, I., 2010. AplikasiPestisidadanAnalisaResiduPestisida.UniversitasSumatera Utara. Medan.


























LAMPIRAN


Tidak ada komentar:

Posting Komentar