PENGENALAN PESTISIDA
(Laporan Praktikum
Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman)
Oleh
Tia Nur Fitriani
1614131086
Kelompok 5
JURUSAN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2017
I.
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Pestisidamerupakanbahankimia yang digunakanuntukmembunuhhama,
baikinsekta, jamurmaupungulma.
Pestisidatelahsecaraluasdigunakanuntuktujuanmemberantashamadanpenyakittanamandalambidangpertanian.
Pestisidajugadigunakandirumahtanggauntukmemberantasnyamuk, kecoadanberbagaiseranggapenganggulainnya.Dilainpihakpestisidainisecaranyatabanyakmenimbulkankeracunanpada
orang (Kementan, 2007).
Pestisida
merupakan racun yang mempunyai nilai ekonomis terutama bagi petani. Pestisida
memiliki kemampuan membasmi organisme selektif (target organisme), tetapi pada
praktiknya pemakian pestisida dapat menimbulkan bahaya pada organisme non
target. Dampak negatif terhadap organisme non target meliputi dampak terhadap
lingkungan berupa pencemaran dan menimbulkan keracunan bahkan dapat menimbulkan
kematian bagi manusia, oleh karena itu kita sebagai manusia harus mengenali dan
mengetahui tentang jenis dan informasi tentang pestisida agar tidak merugika
diri sendiri (Tarumingkeng, 2008).
Penggunaan
pestisida di lingkungan pertanian menjadi masalah yang sangat dilematis,
terutama pada tanaman sayuran yang sampai sat ini masih menggunakan insektisida
kimia sintetis secara intensif. Di satu pihak dengan digunakannya pestisida
maka kehilangan hasil yang diakibatkan organisme penggangu tanaman (OPT) dapat
ditekan, tetapi akan menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan seperti
berkembangnya ras hama yang resisten terhadap insektisida, resurjensi hama,
munculnya hama sekunder, terbunuhnya musuh alami hama dan hewan bukan sasaran
lainnya, serta terjadinya pencemaran lingkungan, sedangkan di lain pihak tanpa
pengunaan pestisida akan sulit menekan kehilangan hasil yang diakibatkan OPT.
Karena hal tersebut, kita harus menggunakan pestisida dengan sebaik-baiknya dan
mengikuti cara pemakaian, dosis, konsentrasi, dan penggunaannya (Kardinan,
2001).
Pestisida
adalah bahan yang digunakan untuk mengendalikan, menolak, memikat, atau
membasmi organisme pengganggu. Nama ini berasal dari pest ("hama")
yang diberi akhiran cide ("pembasmi"). Sasarannya bermacam-macam,
seperti serangga, tikus, gulma, burung, mamalia, ikan, atau mikrobia yang
dianggap mengganggu. Pestisida biasanya, tapi tak selalu, beracun. dalam bahasa
sehari-hari, pestisida seringkali disebut sebagai "racun". Tergantung
dari sasarannya, pestisida dapat berupa insektisida (serangga) fungisida
(fungi/jamur) rodentisida (hewan pengerat/Rodentia) herbisida (gulma) akarisida
(tungau) bakterisida (bakteri) (Novizan. 2002).
1.2 Tujuan
Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut.
1.
Mengenal pestisida dan kegunaannya.
2.
Mengetahui informasi tentang jenis-jenis pestisida.
II.
METODOLOGI PRAKTIKUM
2.1 Waktu
dan Tempat
Adapun
praktikum dilaksanakan pada hari Kamis, 09 November 2017. Praktikum dilakukan
di Laboratorium Ilmu Proteksi Tumbuhan yang terdapat di Fakultas Pertanian
Universitas Lampung.
2.2 Alat
dan Bahan
Alat-alat
yang digunakan dalam praktikum ini yaitu alat tulis dan kertas HVS. Sedangkan
bahan yang digunakan adalah berbagai jenis pestisida yang sudah disiapkan oleh asisten praktikum.
2.3 Cara
Kerja
Langkah-langkah praktikum ini yaitu dimulai dengan
disiapkannya alat tulis dan beberapa lembar kertas HVS. Lalu satu persatu
pestisida dari masing-masing pestisida yang sudah disiapkan tersebut diamati
dengan teliti. Kemudian dicatat nama dagang, bahan aktif, jenis pestisida,
komoditi, OPT, dosis dan konsentrasi, cara masuk dan cara aplikasi pestisida
tersebut.
III.
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil
Praktikum
Adapun
hasil praktikum pengenalan pestisida adalah sebagai berikut.
No.
|
Gambar
|
Keterangan
|
1.
|
|
Nama dagang : Sevin 85 S
Jenis : Insektisida
Bahan Aktif : Carbaryl 85%
Komoditi : 1. Jagung (OPT : belalang
locusta migratoria, dosis 1,5 kg/ha, dan konsentrasi 400-500 l/ha), 2.
Perusak dun Plusia chalcites 1-2 kg/ha, konsentrasi 500l/ha).
Cara masuk : lambung, kontak,
dan pernapasan
Cara aplikasi : disemprotkan
dengan volume tinggi.
|
2.
|
|
Nama dagang : Antracol 70WP
Jenis : Fungisida
Bahan aktif : Propinep 70%
Cara masuk : Kontak
Komoditi : 1. Anggur (OPT :
embun tepung, dosis : 1,5-3 gr/l, konsentrasi :600-800 l air/ha), 2. bawang
merah (OPT : bercak ungu Alternaia alii, dosis ; 2 gr/l, konsentrasi :
300-800 l air/ha)
Cara masuk : sistemik
Cara aplikasi: disemprotkan
pada areal petanaman yang terserang.
|
3.
|
|
Nama dagang : aliette 100 CA
Jenis : fungisisda
Bahan aktif : alumuniem
fosetil 100 gr/l
Komoditi : kelapa
OPT : buduk pucuk dan gugur buah
Phytophtora palmivora
Dosis : 40-80 ml/pohon
Cara masuk : sistemik
Cara aplikasi : diinfuskan
pada akar pohon
|
4.
|
|
Nama dagang : Marshal 200 FC
Jenis : insektisida
Bahan aktif : karbonsulfan
200,11 grl
Komoditi : 1. Bawang merah (OPT
: ulat grayak, dosis : 1-2 ml/l, konsentrasi : 400-600 l/ha), 2. Cabai (OPT :
thrip dan kutu daun, dosis : 2-4 ml/l, konsentrasi : 300-600 l/ha)
Cara masuk : kontak dan
lambung
Cara aplikasi : :
disemprotkan dengan volume tinggi.
|
5.
|
|
Nama dagang : Ridomil 35 SD
Jenis : fungisida
Bahan aktif : Metalaksil 35%.
Jenis formulasinya : Solution
(S)
Komoditi : Jagung Konsentrasi
: 5 gr dilarutkan 7.5 ml air
OPT : Bulai (sclerospora maydis)
Cara masuk : sistemik
Cara aplikasi :disemprotkan
pada tanaman.
|
3.2 Pembahasan
Di
Indonesia, kebutuhan pestisida meningkat dari tahun ketahun. Hal ini terlihat
dari semakin banyaknya bahan aktif yang beredar dipasaran. Pada tahun 1982, terdapat
286 jenis nama dagang yang beredar di pasaran dengan 41 perusahaan terdaftar.
Jumlahnya meningkat pada tahun 1989 yaitu menjadi 570 nama dagang dengan 65
perusahaan terdaftar. Selain itu, jumlah bahan aktif yang terdaftar juga
mengalami peningkatan mulai dari 199 bahan aktif yang terdaftar pada tahun 1982
meningkat menjadi 273 bahan aktif yang terdaftar pada tahun 1989
(Sastroutomo,1992).
Penggunaan
pestisida juga mengalami peningkatan setiap tahunnya. Sampai saat ini sekitar
2,5 juta ton pestisida digunakan setiap tahunnya.Dimana 75% negara yang
menggunakan pestisida adalah negara-negara yang sedang berkembang seperti
Indonesia dimana jenis pestisida berupa insektisida (serangga), fungisida
(fungi/jamur), rodentisida (hewan pengerat/Rodentia), herbisida (gulma),
akarisida (tungau), serta bakterisida (bakteri), dan pestisida yang sering
digunakan yaitu insektisida dan pestisida dikarenakan serangga dan gulma
merupakan salah satu yang menyerang dan menyebabkan tanaman rusak, mati, dll.
Di Indonesia, disamping perusahaan perkebunan, petani yang paling banyak
menggunakan berbagai jenis pestisida ialah petani sayuran, petani tanaman
pangan dan petani tanaman hortikultura
buah-buahan. Khusus petani sayuran, kelihatannya sulit melepaskan diri dari
ketergantungan penggunaan pestisida. Bertanam sayuran tanpa pestisida dianggap
tidak aman, dan sering kali pestisida dijadikan sebagai garansi keberhasilan
berproduksi(Zulkarnain, 2010).
Enam
tepat penggunaan pestisida berdasarkan konsepsi PHT, penggunaan pestisida harus
berdasarkan pada enam tepat, yaitu (1) tepat sasaran, (2) tepat mutu, (3) tepat
jenis pestisida, (4) tepat waktu, (5) tepat dosis atau konsentrasi, dan (6)
tepat cara penggunaan (Dirjen Bina Produksi Hortikultura 2002).
1.
Tepat sasaran pestisida yang digunakan harus berdasarkan
jenis OPT yang menyerang tanaman. Oleh karena itu, sebelum menggunakan
pestisida langkah awal yang harus dilakukan adalah melakukan pengamatan
terlebih dahulu dengan tujuan untuk mengidentifikasi jenis OPT yang menyerang.
Langkah selanjutnya ialah memilih jenis pestisida yang akan digunakan, dimanainsektisida
(serangga hama), akarisida (hama golongan akarina/tungau), rodentisida binatang
pengerat (tikus), molluskisida (siput atau moluska), nematisida (nematoda),
fungisida (cendawan), bakterisida (penyakit akibat bakteri), herbisida (gulma).
2.
Tepat Mutu Pestisida yang digunakan bahan aktifnya harus
bermutu. Oleh karena itu dipilih
pestisida yang terdaftar dan diijinkan oleh Komisi Pestisida. Pestisida yang
tidak terdaftar, sudah kadaluarsa, rusak atau yang diduga palsu tidak boleh digunakan
karena efikasinya diragukan dan bahkan dapat mengganggu pertumbuhan tanaman.
Jenis-jenis pestisida tersebut dapat dilihat pada buku Pestisida Pertanian dan
Kehutanan yang diterbitkan setiap tahun
oleh Pusat Perizinan dan Investasi, Sekretariat Jendral, Kementerian Pertanian
Republik Indonesia.
3.
Tepat Jenis Pestisida
Pestisida yang digunakan harus diketahui efektif terhadap hama dan
penyakit sasaran tetapi tidak mengganggu perkembangan dan peranan organisme
berguna. Informasi ini dapat diperoleh dari buku panduan penggunaan pestisida
yang dikeluarkan oleh Pusat Perijinan dan Investasi Kementerian Pertanian atau
berdasarkan hasil-hasil penelitian terbaru. Oleh karena itu membaca label yang
tertera pada kemasan pestisida atau melihat peruntukannya pada buku Pestisida
Pertanian dan Kehutanan mutlak
diperlukan.
4.
Tepat Waktu Penggunaan Penggunaan pestisida berdasarkan
konsepsi PHT harus dilakukan berdasarkan hasil pemantauan atau pengamatan
rutin, yaitu jika populasi OPT atau kerusakan yang ditimbulkannya telah
mencapai Ambang Pengendalian. Hal ini
disebabkan keberadaan OPT pada tingkat populasi tertentu secara ekonomi belum
tentu merugikan. Waktu yang tepat untuk melakukan penyemprotan adalah pada sore
hari (± pukul 17.00), ketika suhu udara < 30 oC dan kelembaban udara
berkisar antara 50-80%.
5.
Tepat Dosis atau Konsentrasi Daya racun pestisida terhadap jasad sasaran
ditentukan oleh dosis atau konsentrasi formulasi pestisida yang digunakan.
Dosis atau konsentrasi formulasi pestisida yang lebih rendah atau lebih tinggi
dari yang dianjurkan akan memacu timbulnya generasi OPT yang akan kebal
terhadap pestisida yang digunakan. Dengan demikian penggunaan pestisida harus
mengikuti dosis atau konsentrasi formulasi yang direkomendasikan pada label kemasannya.
6.
Tepat Cara Penggunaan Beberapa cara penggunaan pestisida
antara lain ialah, pencelupan, pengasapan, pemercikan, penyuntikan, pengolesan,
penaburan, penyiraman, dan penyemprotan. Pengetahuan tentang cara penggunaan
pestisida mutlak diperlukan agar efikasi pestisida tersebut sesuai dengan yang
diinginkan.
Keuntungan
dengan adanya pestisida tidak hanya berperan dalam mengendalikan jasad-jasad
pengganggu dalam bidang pertanian saja, namun juga diperlukan dalam bidang
kehutanan terutama untuk pengawetan kayu dan hasil hutan yang lainnya, dalam
bidang kesehatan dan rumah tangga untuk mengendalikan vektor (penular) penyakit
manusia dan binatang pengganggu kenyamanan lingkungan, dalam bidang perumahan
terutama untuk pengendalian rayap atau gangguan serangga yang lain. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa serangan hama pada tanaman cukup tinggi. Dengan
menggunakan pestisida kehilangan hasil produksi pertanian bisa dikurangi. Pada
tahun 1985 dunia menggunakan sekitar 2300 juta kg pestisida kimia. Pestisida
meningkat dengan pesat khususnya di Negara-negara sedang berkembang dimana
pestisida dianggap suatu cara mudah untuk meningkatkan produksi, seringkali aktif
dipromosikan dan disubsidi. Namun demikian, beberapa kerugian dan bahaya
penggunaan pestisida lambat laun menjadi jelas, antaralain: dari waktu ke
waktu, hama menjadi kebal terhadap pestisida, yangkemudian memaksa penggunaan
pestisida dalam dosisi yang lebih tinggi. Akhirnya perlu dikembangkan pestisida
jenis baru. Hal ini merupakan proses yang mahal dan lama. Kekebalan hama ini
semakin berkembangcepat di daerahtropis daripada di daerah beriklim sedang
karena proses biologisnya berlangsung lebih cepat pada suhu yang lebih tinggi.
Pestisida bukan hanya pembunuh organisme yang menyebabkan kerusakan pada
tanaman, namun juga membunuh organisme yang berguna seperti musuh alami hama.
Serangan hama primer dansekunder bisa meningkat setelah pestisida membunuh
musuh alamihama ; Pestisida yang tidak mudah terurai, akan terserap dalam
rantai makanan dan sangat membahayakan seranggga, hewan pemakanserangga, burung
pemangsa, dan pada akhirnya manusia. Dampak tarhadap manusia apabila penggunaan
pestisida tanpa diimbangi dengan perlindungan dan perawatan kesehatan, orang
yang sering berhubungan dengan pestisida, secara lambat laun akan mempengaruhi
kesehatannya. Pestisida meracuni manusia tidak hanya pada saat pestisida itu
digunakan, tetapi juga saat mempersiapkan, atau sesudah melakukan
penyemprotan. Kecelakaan akibat pestisida pada manusia juga merupakan
kerugian yang nya pestisida, terutama dialami oleh orang yang langsung
melaksanakan penyemprotan. Mereka dapat mengalami pusing-pusing ketika sedang
menyemprot maupun sesudahnya, atau muntah-muntah, mulas, mata berair, kulit
terasa gatal-gatal dan menjadi luka,
kejang-kejang, pingsan, bahkan kematian. Kejadian tersebut umumnya disebabkan
kurangnya perhatian atas keselamatan kerja dan kurangnya kesadaran bahwa
pestisida adalah racun Sukoco(1999).
Kerugiannya
pestisida berpengaruh buruk terhadap kualitas lingkungan. Masalah yang banyak
diprihatinkan dalam pelaksanaan program pembangunan yang berwawasan lingkungan
adalah masalah pencemaran yang diakibatkan penggunaan pestisida di bidang
pertanian, kehutanan, pemukiman, maupun di sektor kesehatan. Pencemaran
pestisida terjadi karena adanya residu yang tertinggal di lingkungan fisik dan
biotis disekitar kita. Dan menyebabkan
kualitas lingkungan hidup manusia semakin menurun. Tiga dampak buruk penggunaan
pestisida, khususnya yang mempengaruhi peningkatan perkembangan populasi hama
yaitu munculnya ketahanan (resistensi) hama terhadap pestisida, resurgensi
hama, ledakan populasi hama sekunder Sukoco(1999).
Dosis
adalah banyaknya pestisida yang digunakan untuk mengendalikan hama secara
memadai pada lahan seluas 1 ha. Konsentrasi adalah banyaknya pestisida yang
dilarutkan dalam satu liter air.Semua jenis pestisida merupakan racun, penggunaan dosis yang semakin besar
maka semakin besar terjadinya keracunan pestisida. Karena bila dosis penggunaan
pestisida bertambah, maka efek dari pestisida juga akan bertambah. Peenggunaan
dosis yang tidak sesuai mempunyai risiko 4 kali untuk terjadi keracunan
dibandingkan penyemprotan yang dilakukan sesuai dengan dosis aturan (Afriyanto,
2008).
Formulasi
pestisida, dimana bahan terpenting yang bekerja aktif dalam pestisida terhadap
hama sasaran dinamakan bahan aktif (Active ingridient atau bahan tehnis). Dalam
pembuatan pestisida di pabrik (manufacturing plant), bahan aktif tersebut tidak
dibuat secara murni, tetapi dicampur sedikit dengan bahan-bahan pembawa
lainnya. Bahan aktif dengan kadar bahan
aktif yang tinggi tersebut tidak dapatdigunakan sebelum diubah bentuk dan sifat fisiknya dan dicampur dengan
bahan lainnya. Pencampuran ini dilakukan agar bahan aktif tersebut mudah
disimpan, diangkut dan dapat digunakan dengan aman, efektif dan ekonomis.
Produk jadi yang merupakan campuran fisik antara bahan aktif dan bahan tambahan
yang tidak aktif (inert ingridient) dinamakan formulasi (formulated product).
Formulasi sangat menentukan bagaimana pestisida dengan bentuk dan komposisi
tertentu harus dipergunakan, berapa dosis atau takaran yang harus dipakai,
berapa frekuensi dan interfal penggunaan, serta terhadap sasaran apa pestisida
dengan formulasi tersebut dapat digunakan dengan efektif. Untuk keamanan
distribusi dan penggunaannya pestisida diedarkan dalam beberapa macam
formulasi, yaitu sebagai berikut (Kemenkes, 2012).
A.
Fomulasi cair
Terdapat
beberapa bentuk formulasi cair, yaitu :
1.
Pekatan yang dapat diemulsikan
Formulasi
pekatan yang dapat diemulsikan atau emulsifeable
concentrate(EC) merupakan formulasi dalam bentukcair, dibuat dengan
melarutkan bahan aktif dalam palarut tertentu dan ditambah sulfaktan atau bahan
pengemulsi. Contoh : Agrothion 50 EC, Basudin 60 EC
2.
Pekatan yang larut dalam air
Biasanya
disebut water soluble concentrate (WSC), terdiri atas bahan aktif yang dilarutkan
dalam pelarut tertentu yang dapat bercampur baik dengan air. Contoh : Azodrin 15 WSC
3.
Pekatan dalam air
Disebut
juga aqueous concentrate, merupakan pekatan pestisida yang dilarutkan dalam air
dari bentuk garam dari herbisida asam yang mempunyai kelarutan tinggi dalam
air. Contoh : 2-metil-4 khlorofenoksi asetat (MCPA) 2,4 – dikhloroferroksi asetat
(2,4 – D)
4.
Pekatan dalam minyak
Oil concentrate merupakan formulasi cair yang mengandung bahan aktif konsentrasi
tinggi yang dilarutkan dalam pelarut hidrokarbon aromatik seperti xilin atau
nafta Contoh : Sevin 4 oil.
5.
Aerosol
Formulasi
cair dengan bahan aktif yang dilarutkan dalam pelarut organik, kedalamnya
ditambahkan gas yang bertekanan, kemudian dikemas menjadi kemasan yang siap
pakai, dibut dalam konsentrasi rendah. Contoh : Flygon aerosol
6.
Gas yang dicairkan
Liquified
gases merupakan pestisida dengan bahan aktif berbentuk gas yang dipampatkan
pada tekanan tertentu dalam suatu kemasan. Contoh : Methyl Bromida
B.
Formulasi padat
Beberapa
formulasi padat yang ada, sebagai berikut :
1.
Tepung yang dapat disuspensikan (dilarutkan)
Disebut
juga wetable powder (WP) atau dispersible powder (DP) merupakan tepung
kering yang halus, sebagai bahan pembawa inert (misalnya tepung tanah liat)
yang bila dicampur dengan air akan membentuk suspensi. Ke dalam formulasi ini
juga ditambahkan surfaktan sebagai bahan pembasah atau penyebar untuk
mempercepat pembasahan tepung untuk air, mencegah penggumpalan dan pengendapan
tepung, mencegah pembentukan busa yang berlebihan Contoh : Ficam 50 WP
2.
Tepung yang dapat dilarutkan
Formulasi
yang dapat dilarutkan atau Soluble powder
(SP) sama dengan WP, tapi bahan aktif, bahan pembawa dan bahan lainnya
dalam formulasi ini semuanya mudah larut dalam air. Contoh : Dowpon M.
3.
Butiran
Dinamakan
juga Granula (G), bahan aktifnya menempel atau melapisi bahan pembawa yang
inert, seperti tanah liar, pasir, atau tongkol jagung yang ditumbuk. Contoh
Abate 1G.
4.Pekatan
debu
Dust concentrate adalah tepung kering yang mudah
lepas dengan ukuran kurang dari 75 micron, mengandung bahan aktif dalam konsentrasi
yang relatif tinggi, antara 25 sampai 75%.
5.
Debu
Terdiri
atas bahan pembawa yang kering dan halus, mengandung bahan aktif alam konsentrasi
1-10%. Ukuran debu kurang dari 70 micron. Contoh : lannate2 D.
6.
Umpan
Disebut
juga Bait (B), merupakan campuran bahan aktif pestisida dengan bahan penambah
yang inert, biasanya berbentuk bubuk, pasta atau butiran (biji/benih) Contoh :
Zink Fosfit (Umpan Bubuk) Klerat RM (biji beras yang dilapisi bahan aktif pestisida)
7.
Tablet
Ada
dua bentuk, bentuk tablet yang bila terkena udara akan menguap menjadi fumigan,
biasanya digunakan untuk fumigasi gudang atau perpustakaan, contoh : Phostoxin
tablet. Bentuk lainnya adalah tablet yang penggunaannya diperlukan pemanasan,
uap yang dihasilkannya dapat membunuh/mengusir hama, contoh : Fumakkila
8.
Padat lingkar
Merupakan
campuran bahan aktif pestisida dengan serbuk kayu atau sejenisnya dan perekat
yang dibentuk menjadi padatan yang melingkar. Contoh : Moon Deer 0,2 MC
IV. KESIMPULAN
Adapun kesimpulan dari hasil praktikum pengenalan
pestisida adalah sebaggai berikut.
1.
Pestisida
bersifat racun dari bahan kimia yang digunakan untuk membunuh srangga, gulm,
jamur, bakteri, dan patogen lain yang dapat mengganggu tanaman agar tidak
menimbulkan kerugian.
2.
Jenis pestisida meliputi insektisida (serangga),
fungisida (fungi/jamur), rodentisida (hewan pengerat/rodentia), herbisida
(gulma), akarisida (tungau), serta bakterisida (bakteri), dll.
3.
Enam tepat penggunaan pestisida, yaitu tepat sasaran,
tepat mutu, tepat jenis pestisida, tepat waktu, tepat dosis atau konsentrasi,
dan tepat cara penggunaan.
4.
Dosis adalah banyaknya pestisida yang digunakan untuk
mengendalikan hama secara memadai pada lahan seluas 1 ha. Konsentrasi adalah
banyaknya pestisida yang dilarutkan dalam satu liter air.
5.
Keuntungan pestisida yaitu mengendalikan jasad-jasad pengganggu
dalam bidang pertanian, bidang kehutanan terutama untuk pengawetan kayu dan
hasil hutan yang lainnya, bidang kesehatan dan rumah tangga untuk mengendalikan
vektor (penular) penyakit manusia dan binatang pengganggu kenyamanan lingkungan,
dll.
6.
Kelemahan penggunaan pestisida yaitu merusak lingkungan
dengan bahan kimia yang terkandung di dalam pestisida, menimbulkan sifat
resisten pada patogen, dll.
7.
Ridomil 35 SD, Antracol 70 WP, dan Aliette 10 CA termasuk
kedalam jenis fungisida.
8.
Sevin 85 S dan marshal 200 FC termasuk kedalam jenis insektisida.
DAFTAR PUSTAKA
Afrianto, Eddy. 2008.PengawasanMutuBahan/ProdukPanganJilid II.
Jakarta.
DirektoratJendralBinaproduksiHortikultura.2002.PenggunaanPestisidaSecaraBenardenganResidu
Minimum.Ditlinhort.Jakarta.
DirektoratPembinaanSekolahMenengahKejuruan,
DirektoratJenderalManajemenPendidikanDasardanMenengah,
DepartemenPendidikanNasional.
Kardinan, A. 2001.Pestisida
Nabati.JilidRamuandanAplikasi.PenebarSwadaya. Jakarta.
Kemenkes. 2012.PedomanPenggunaanInsektisida
(DalamPengendalianVektor).DirjenPengendalianPenyakitdanLingkungan. Kemenkes RI.
KementerianPertanianRepublik
Indonesia. 2007.PeraturanMenteriPertanianNomor: 07/Permentan/SR. 140/2/ 2007
tentangSyaratdanTatacaraPendaftaranPestisida.
KementerianPertanianRepublikIndonesia,Jakarta.
Novizan. 2002. Petunjuk
Pemakaian Pestisida. Agro Media Pustaka.Jakarta.
Sastroutomo, S.S.
(1992). Pestisida: DasarDasardanDampakPenggunaannya,GramediaPustakaUtama. Jakarta.
Sukoco. 1999. Pertanian
Masa Depan. Kanisus. Yogyakarta
Tarumingkeng. 2008. Pestisida dan Penggunaannya. Bogor:
Institut Pertanian Bogor
Zulkarnain, I., 2010. AplikasiPestisidadanAnalisaResiduPestisida.UniversitasSumatera
Utara. Medan.
LAMPIRAN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar